Mother & Me Headquarters
"We sell everything except the baby"
Keluar dari kantor mas Domi, aku sibuk memaki dalam hati ketika membaca slogan M&M. Bohong! Apanya yang everything? Di kantor tidak dijual obat penghapus ingatan mantan,atau Harry Potter invisible cloak, juga tidak ada mesin waktu untuk kembali ke masa lalu dan lari sejauh-jauhnya dari Jason Handojo.
Beberapa orang masih berbasa-basi dengan Jason di ruangan mas Domi, sedangkan aku sudah menyelinap secepat mungkin. Ampun! Lagian Mbak Mel, ngapain juga pakai nyebutin namaku! Coba kalau aku tahu new CBO itu JASON! Aku mungkin sudah menyiapkan jutaan cara buat main kucing-kucingan.
Sayangnya karyawan jalur langit membuat aku kelabakan. Dengan hati berdebar aku berjalan ke arah lift. Di lantai 25, Rumi langsung berteriak.
"Beibbb ... gila, ganteng banget yaaa CBO kitaaa."
Aku menarik napas dan menghembuskannya pelan-pelan. Tahan ... tahan .... Jangan sampai Rumi tahu!
"Beib, tampang lo kenapa lempeng gitu sih? Lo kagak denger itu anak-anak cewek pada heboh? No ring, Baby ... no ring." Rumi dengan bersemangat mengangkat kedua belah tangannya.
Ya jelas no ring! Kita sudah cerai lama! Mungkin cincin kawinnya udah Jason jual. Eh dia nggak perlu jual, memang kayak aku yang butuh duit sampai jual cincin kawin?!
"Yah, bagus ya." Aku berusaha diplomatis.
Rumi menghela napas kesal.
"Heran gue, lo kenapa kagak pernah nafsu liat cowok ganteng." Rumi membanting bokongnya di sebelahku. Sedangkan aku pura-pura sibuk membaca email-email di laptop. Tahan ...
"Mama." Tanpa menoleh pun aku mengenali suara itu. Suara yang selalu membuatku tersenyum. Aku segera berbalik dan memeluk bocah kecil yang menghampiriku.
"Alo anak Mama, tadi diantar Ms Libby? Eh kok belum panggil Auntie Rumi?"
"Sore Auntie Rumi."
"Haaaii Max ganteeng kesayangan Auntie." Rumi langsung memberikan flying kiss ke arah Max.
Aku pura-pura kesal dan mendelik. "Anak gue juga mau lo embat."
"Ihh tentu saja tydak, Beib. Max mah jadi ponakan aku ajaa."
Max hanya nyengir. Seragam SD Max kebesaran padahal itu sudah ukuran paling kecil. Badan Max memang kecil dibandingkan dengan teman-teman sepantarannya. Max kusekolahkan di di SD internasional yang buka di gedung sebelah.
"Kamu cuci tangan, cuci muka trus ganti baju dulu, Sayang. Eh kamar mandi di lantai 25 lagi mati airnya. Kamu cuci tangan di bawah aja ya."
"Yuks sama Auntie Rumi. Auntie mau kebawa meeting sama anak Marketing." Rumi langsung menggandeng Max dan keduanya asyik berceloteh akrab.
Aku hanya menatap punggung Max sambil menelan ludah. Max Putra Loekito. Separuh napasku, alasan aku hidup dan terus berjuang biar dipandang sebelah mata.
Menjadi ibu tunggal tak pernah mudah, tetapi setiap aku mendengar Max berkata, "Mama aku mama paling hebat di seluruh dunia." Semua susah payah terbayar lunas, kontan tanpa tunggakan.
Aku bersyukur bekerja di M&M yang sangat kooperatif. Di gedung ini, ada TK, childcare. Di gedung sebelah ada a small International school. Uang sekolah Max sebenarnya cukup menguras kantong. Yah sebenarnya target market sekolah itu untuk para Boss-boss yang perbulan gajinya di atas 50 juta. Bukan buat karyawan menengah sepertiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomanceHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...
