18 bulan setelah Max lahir
Langkah kakiku berderap sembari aku mengirim pesan kepada tim marketing memberi kabar bahwa bingkisan untuk salah satu KOL (Key Opinion Leader) M&M yang baru melahirkan sudah kuantar langsung ke rumah sakit.
Awalnya tak mudah berinteraksi dengan para KOL kita yang IG-nya persis seperti keluarga Cemara versi Sultan. Iya, kalau Keluarga Cemara asli kehidupan keluarganya hangat tapi pas-pasan, para KOL ini, keluarganya hangat dan kaya raya. Suami ganteng bak bintang film, istri dengan anak 3 tetapi body singset dan langsing. Anak-anak yang lucu, sehat, pintar, menggemaskan, dan punya pasukan nanny yang standby. Kurasa kuncinya si mama tetap bisa punya body singset cetar membahanaya adalah pasukan nanny.
Kalau single mom seperti aku? Boro-boro nge-gym membentuk bokong berotot, bisa cukup tidur 3 jam nonstop saja sudah bagus.
Rasa iri, rasa kesal, kenapa mereka hidup bahagia sedangkan aku begini-begini saja tumpang tindih.
"Crab mentality, if I can't have it, neither can you. Ini pola pikir yang bikin banyak orang terjebak, Silka," terang mbak Rana di salah satu sesi konsultasi kami. "Konon kepiting ketika terjebak di dalam ember, lalu ada kepiting lain yang ingin keluar, bukannya dibantu tetapi justru ditarik supaya kembali terperangkap oleh teman-temannya sendiri."
"Idih, jahat banget," komentarku spontan. Tapi kusadar, aku juga begitu. Aku iri kenapa orang lain bisa punya suami yang sayang sedangkan aku tidak.
"Kamu punya hobi apa?" tanya mbak Rana. "Coba deh pilih kegiatan yang kamu suka."
Jadilah aku mulai mencari-cari kelas yang bisa kuikuti ketika aku pulang kantor. Seminggu 1-2 kali. Ada teman mengajakku Yoga, yang lain sibuk bersatu dengan mother earth, melakukan sphinx and cobra, aku malah ketiduran di Yoga mat.
"Masak gue bayar trial class tapi malah selonjoran dan ketiduran di lantai?!" omelku kesal setelah kelas berakhir. Konon kata temanku, mbak pelatih berusaha membangunkanku tetapi bukannya bangun aku justru mendengkur.
Ke laut aja deh lo, Sil!
Hingga aku bertemu hal yang membuat adrenalinku melonjak. Aerial Hatha Yoga. Itu loh yoga dengan bantuain hammock sutra yang membuatku bisa melayang-layang di udara bak superman pakai bra plus underwear di dalam. Di kelas-kelas aerial, aku berubah dari wonder woman (a woman who always wonder) menjadi supergirl. Biar kakiku lebam-lebam, paha sakit, aku tetap bertahan.
Suasana Hatha Yoga tidak seperti kelas Yoga biasa yang begitu zen sehingga membuatku ngorok. Di kelas, Aerial semuanya hectic, kaki tangan saling membelit, pokoknya seru deh.
Yang paling kusuka, tiap selesai kelas, tiap aku selesai melakukan the impossible seperti melakukan inversion kepala di bawah bak Spiderman yang mencium Mary Jane, aku merasa ada suntikan semangat. I can do the things yang dulu aku enggak tahu aku bisa!
Setahun lebih berlatih, dan aku kini bisa menyapa KOL kami yang baru melahirkan dengan ucapan yang tulus keluar dari hati.
"Selamat yah, Mbak. So happy for you ..."
Ponselku bergetar, Bang Anggiat dan beberapa teman lain mengucapkan terima kasih atas foto KOL memegang hampers tersenyum sumringah dalam pelukan suaminya yang seperti Oppa Korea.
Aku menyimpan ponselku dan berdiri menunggu lift. Di depanku ada seorang pria tua yang setengah botak duduk di kursi roda. Di belakangnya seorang pria muda berseragam putih bersiap mendorong kursi roda itu masuk ke dalam lift. Lift terbuka, aku bersiap masuk ketika perempuan paruh baya di depanku berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomanceHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...
