Part 50 : Fix U(s)

49.9K 5K 288
                                        

Yak kembali bersama dengan Ika, perempuan besi baja stainless steel cap badak impor. Mampukah Ika terus bertahaaannn?

Pertemuan berikutnya Mbak Rana melemparkan pertanyaan yang sama denganku. "Apa yang kamu suka dari Jason?

"Dia papa yang baik buat Max."

"Kalau secara pribadi?"

"Hm Jason pintar, kalau kerja bagus."

Kulirik Jason sepertinya kecewa jawabanku singkat kurang dari 1 menit sedangkan Jason habis 1 sesi. Mbak Rana juga menatapku seolah ingin memancing aku bercerita lebih panjang. Sebenarnya banyak yang ingin kukatakan. Aku suka Jason menghargaiku, menghargai pekerjaanku, tahu hal-hal detail yang kusuka. Ketika berjanji dia berusaha menepati, makanan Max sampai hari ini masih diantar sekalipun aku bilang tidak usah tiap hari. Tapi entahlah ... aku merasa ada tembok yang menghalangiku .

"Hal apa yang Silka tidak suka dari Jason?"

"Kalau dia mulai maksa. Aku udah jawab enggak mau, tapi dia terus ngotot," jawabku sambil melirik Jason. "Lalu aku enggak suka dimanipulasi. Jason kebanyakkan trick. Aku enggak merasa dia tulus."

Jason mengangguk-angguk. Tak ada gebrakan meja atau dia menuding balik. Sebaliknya Jason justru sibuk mencatat di smartphonenya. Awalnya kupikir dia sibuk membalas email. Ternyata tidak. Selesai sesi, Jason menunjukkan catatannya. Kalimat-kalimat mbak Rana yang dia catat, detail dari ceritaku yang menurutnya penting.

Sedangkan aku si anak psikologi malah datang dengan tangan kosong, pulang sama kosongnya. Melihat catatan Jason aku hanya menepuk bahunya, "Wah bagus, nanti kirimin ke aku yak." Yup, aku lebih mirip mahasiswa pemalas yang enggan mencatat tetapi ingin dapat 100.

"Lalu apa yang akhirnya membuat Silka dulu bersedia menikah dengan Jason?"

Aku terdiam. Tak langsung menjawab meliankan malah menunduk. Jason tidak melamar dengan muluk-muluk atau romantis. Dia hanya memberikan kalendar dan bertanya "Enaknya kita menikah kapan?". Agak basi yah.

Tapi sebelum menjawab itu, aku perlu mundur sedikir. Mundur ke awal-awal Jason mulai serius denganku. Waktu itu ketika Papa Mama gembira. Tentu saja karena mereka tidak tahu Jason sosok di balik upaya pidana Ko Willy. Suatu malam Papa Mama mengajakku bicara, tentang hubunganku. Setelah mutar-mutar sana-sini intinya Papa mengatakan urusan Ko Willy akan jadi urusan Papa Mama, bukan urusanku. Sepertinya mereka tak ingin keluarga Jason mundur karena tahu aku punya kakak kandung yang mengidap gangguan jiwa.

Tentu saja aku menolak, Kenapa harus menyembunyikan Ko Willy? Namun sepatah kalimat Papa membungkamku.

"Ika, kamu sudah banyak mengalah, Papa Mama ingin kamu bahagia. Punya suami yang sayang sama kamu. Ko Willy biar Papa Mama yang urus."

Papa Mama ingin kamu bahagia. Seumur-umur baru kali ini aku menyadari sedalam itu Papa Mama sayang kepadaku setelah diriku selalu jadi penumpang kedua setelah Ko Willy.

Dan ada alasan lain yang tak mau kuungkap kepada siapapun. Aku jatuh cinta kepada Jason. Benar-benar sayang ... dan aku ... i don't want to lose him. Jadi aku setuju dengan Papa Mama untuk tidak menceritakan tentang Ko WIlly kepada Jason.

Kembali ke pertanyaan mbak Rana kenapa aku mau menikah dengan Jason? Because I loved him

Tapi tentu saja aku tidak mungkin menjawab begitu.

Dengan lirih aku memberi alasan lain, "Waktu itu saya masih muda, Mbak ... Belum berpikir panjang ... Cuma ... cuma pengen ikut-ikutan orang."

Pandangan mbak Rana beralih ke arah Jason. Aku menghela napas. Lega. Lega mbak Rana tidak mencecarku. Lega karena aku tak perlu mengaku.

Aphiemi ( EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang