"Enak banget, makasih Om," puji Max sambil mengacungkan jempol.
"Ah .. ya, Thanks," gumam Jason.
Makan malam hari ini, seperti biasa punya nama eksotik dan enaknya benar-benar keterlaluan. Namun, Jason hari ini aneh sekali. Aku mengerutkan kening. Dia seperti tidak fokus dan bolak-balik seperti melamun. Ketika membereskan piring, aku mendekati Jason.
"Bapak pulang saja."
"Eh, why?" Kedua alisnya terangkat. Dia tampak tersinggung.
"Kayaknya Bapak sakit deh. Dari tadi diajak ngomong enggak konsen. Yang dark store ada masalah ya?" cerocosku. "Main sama-sama Max mah besok-besok aja."
"I'm okay."
Tuh ... idih ini orang bohongnya ketahuan. Biasanya tuh kalau bicara dengan Jason ada 'aura' yang susah dijelaskan. Dia akan menatap orang yang berbicara dengannya dengan tatapan yang ... apa yah ... intense, kayak mencoba merekam dan selalu menilai yang orang lain katakan itu benar atau tidak.
Malam ini ... matanya enggak fokus. Bolak-balik lihat lampu sampai aku bingung apa lampunya rusak? Ada debunya? Kotor?
"Bapak kayaknya enggak gitu normal malem ini. Pulang aja deh, Pak," usirku. Iyalah, kalo dia sakit, trus tiba-tiba pingsan di tempatku siapa yang mau gotong? Badan gede begitu.
"No.. no ... no. I'm good. Ehm ... sudah lama enggak main catur sama Max."
Aku menatap Jason dengan pandangan curiga. Apa dia berantem sama istrinya gitu? Jadi keliatan kayak orang bego keleleran enggak jelas.
"Ya udah. Tapi jangan malem-malam ya. Jam 8 pulang saja." Aku memberi ultimatum.
Jason mengangguk. Aku melongo. Ini kenapa tiba-tiba kayak kerbau jinak habis dikasih makan? Aku menggelengkan kepala, kayaknya sedang berantem besar sama istrinya. Ya sutra ... urusan anda.
"Yang tadi sore yoga?" tanya Jason tiba-tiba.
"Oh itu ... namanya aerial hatha yoga. Keren ya, pertama lihat, saya langsung suka." Kalau ngomongin Aerial yoga atau yang kadang sering disebut orang defying gravity exercise aku pasti jadi sangat semangat.
"Sudah lama belajarnya?"
"Wah itu sih ... dari Max bayi,"kekehku. "Awalnya terapis saya yang suruh saya coba-coba Yoga."
"Hmm ..." Jason melihat ke arahku. Nah ini pandangannya mulai normal.
"Tapi saya enggak cocok Yoga biasa. Pas suruh meditasi, saya malah ketiduran," seringaiku. "Sempat coba beberapa yang lain, semua terlalu boring. Sampai ketemu aerial hatha. Enggak bisa pindah ke lain hati."
"Itu kainnya kuat? Enggak takut jatuh?"
"Awalnya takut lah! Takut banget. Tapi lama-lama enggak kok. Guruku baik. Awalnya susah banget buat do inversion, itu yang kepalanya kebalik. Tapi terus disemangatin."
"Why did you choose that?"
Aku mengangkat bahu. "Hmm .. because I want to overcome my fear. Awalnya takut jatuh, eh lama-lama bisa enggak jatuh. Lalu takut inversion, eh lama-lama enak juga. Aku sukanya yang kelas silk hatha, kainnya dari sutra, lebih sctrechy." Aku terus bercerita.
"Awal-awal juga enggak hafal-hafal urutannya flow nya. Tapi lama-lama hafal sih. Oh, satu lagi yang aku suka, di kelas suasannya enggak zen kayak di kelas Yoga biasa. Makanya aku enggak ketiduran," terangku.
"Silka ... silk. Nice rhyme." Seuntai senyum muncul di wajah Jason.
"Oya baru sadar." Aku tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphiemi ( EDITED)
RomanceHi, aku Silka Loekito, employee no 27 from start up company Mother& Me. Aku direkrut langsung oleh Mbak Mel, employee no 2. Aku juga single mom dengan satu anak, Max Putra Loekito. Hidupku sebagai budak eh karyawan korporat biasa-biasa saja. Hingg...