Derix

116 26 4
                                    

Derix terduduk di depan ruangan Griyon dan melamun. Pikirannya, entah sudah sampai mana, tapi ia sesekali terlihat menghela nafasnya dengan gekstur tubuh yang sedikit gelisah.

Puk~ seseorang menepuk pundaknya.

" Reions "

Rupanya itu adalah Reions, satu-satunya orang yang dapat membuat Derix khawatir akan posisinya di istana Naefim.

Yah, siapapun memang menginginkan perhatian dari atasannya kan? Di dunia mereka, hukum alam yang seperti itu juga berlaku.

Reions mengulurkan tangannya yang sudah menggenggam secangkir anggur untuk di minum bersama.

" Apa yang sedang kau pikirkan, Derix? "

Derix tidak menjawabnya, ia juga tidak meminum anggurnya.

" memangnya, jika sudah menjadi seorang Jendral itu berarti tidak bisa bersantai sebentar? " celetuk Reions lagi

" ya.. sepertinya tidak untuk sekarang-sekarang ini " jawab Derix

" kau bahkan sudah terlalu serius untuk waktu yang lama. Meski aku di Matafa, kabar tentang mu juga tidak berhenti " sahut Reions.

Derix hanya tersenyum kecil.

" mengurus istana Naefim ternyata lebih berat dari pada mengurus Matafa, saat malam hari di Matafa, aku masih bisa meminum teh dengan roti gandum " oceh Reions lagi yang membuat suasana sedikit mencair

" bagaimana rasanya? Aku sudah lama sekali tidak merasakan minum teh " lirih Derix

" haaaa?! Benarkah?! " ucap Reions terkejut

Derix mengangguk.

" minuman yang paling sering aku minum adalah.. " katanya lagi sembari menunjukan cangkir kaca yang ia genggam itu.

" hmm.. kalau membawa teh ke medan perang, pasti akan terlalu repot juga, sih. Anggur sudah paling cocok dengan orang yang memiliki hidup seperti mu " kata Reions

" hahaha.. kau benar "

Meski sering kali membuat Derix cemburu, namun Reions tetaplah orang yang paling asik untuk di ajak berbicara. Karena saat bersamanya, Derix tidak harus dan selalu membahas tentang dunia dan Naefim.

Keduanya bertemu saat mereka masih di perguruan pasukan kerajaan. Disana, mereka di latih sebagai pasukan ketahanan Naefim.

" aihhh, seandainya dulu aku tidak masuk perguruan, mungkin aku sudah menjadi pria dengan kehidupan yang normal. Tidak harus selalu waspada dengan apa yang ada di sekitar, tidak harus memegang pedang " lanjut Reions lagi

" memangnya, jika di luar istana, hidup mu akan normal? " tanya Derix

" setidaknya, kita tidak pusing untuk memikirkan misi perlindungan batu kehidupan. Kau bahkan bisa memejamkan mata mu dengan santai " jawab Reions

" apa kau tidak rindu, bagaimana rasanya bersenda gurau di toko kopi? Selepas itu, kau bisa berkeliling pasar Naefim untuk membeli berbagai macam makanan " tambah Reions lagi.

Derix kembali melayangkan pikirannya, jauh dan jauh sekali.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Evilione Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang