Bergabung.

116 30 1
                                    

Derix dengan suasana hati yang tidak biasanya, untuk pertama kali dalam seumur hidupnya. Ia.. kecewa dengan Hali. Sangat kecewa, sampai rasanya seperti hancur tak terbentuk.

" bisa-bisanya, Yang Mulia mempercayai perkataan penyihir itu " gumam nya sembari menaiki kudanya dan meninggalkan istana.

" seharusnya.. seharusnya aku tidak boleh kalah dari nya sedari dulu, dengan begitu.. ia tidak ada waktu untuk menghasut Yang Mulia. " tambahnya lagi

Derix, menuju Matafa.. dengan harapan, ia dapat bertemu dengan penyihir untuk melampiaskan amarahnya.

" ck.. manusia yang sangat lemah " ucap seseorang yang sudah mengawasi nya sedari tadi saat ia keluar dari istana.

***

Sesampainya di Matafa, desa yang begitu kelam dan gelap. Seperti 2 dunia yang berbeda dengan pusat Naefim.

" tak heran, jika Raja terdahulu menghapus desa ini dari peta dan mengasingkan seisi nya " katanya dalam hati sembari melangkah kian ke dalam Matafa.

" ja~~ dimana kalian, para penyihir. Hari ini, aku ingin sekali memenggal kepala kalian dan membakarnya " katanya lagi.

Selama menjadi jendral perang, Derix tidak pernah pergi kemana pun tanpa perintah dari Hali. Karena Derix selalu di tempatkan di sisi Hali.

Derix sempat sedikit terkejut melihat kondisi Matafa.

" tempat kelahiran Evilione kah.. " ucapnya dalam hati

Sepi, semua rumah tertutup. Dan hanya terlihat sedikit cahaya lilin dari balik celah kayu - kayu rumah itu.

Setelah cukup lama mengeliling Matafa, Derix melihat sebuah tempat makan sederhana di ujung jalan.

" hah? Di tempat ini, ada juga penjual makanan " gumam nya lalu menghampiri toko itu.

Tampak terlihat disana, pemilik toko yang sudah separuh baya bersama dengan istrinya. Mereka menyambut Derix dengan senyuman.

" selamat datang "

" bagaimana, anda bisa berjualan di tempat seperti ini? " tanya Derix kepada mereka

" apa anda tidak takut dengan penyihir yang tiba-tiba menyerang? " tambahnya lagi.

" ah.. soal itu, kami tidak perlu khawatir, karena tempat ini sudah di lindungi oleh sihir Yang Mulia. " jawab mereka dengan ramah

" ha? " ucap Derix heran

" ya.. tuan Reions yang memohon pada Yang Mulia untuk mengizinkan kami tetap berjualan makanan di tempat ini" jawab mereka lagi

Derix terduduk disana, sembari melihat sekelilingnya. Toko sederhana yang di tutupi tenda dan lampu lentera sebagai penerangnya.

" harum " gumam Derix

Rupanya, istri pemilik toko itu sedang memasak sup.

" kau lapar? " tanya si kakek.

Derix mengangguk malu.

Kakek itu segera menyiapkan makanan untuknya.

" ada apa sampai datang kesini? Apa ada sesuatu yang mendesak, Jendral? " tanya si kakek tiba-tiba.

Derix terkejut kalau kakek itu mengetahui siapa dirinya. Di zaman itu, rumor yang akan menyebar lebih dahulu dari pada wujudnya. Meski berita tentang kehebatan Jendral perang Naefim sudah sampai ke pelosok Negri, mereka tidak tahu seperti apa rupa orangnya.

" penglihatan yang cukup bagus, tuan " jawab Derix kepada si kakek.

" beberapa hari yang lalu, sebelum tuan Reions kembali ke istana. Dia berkata pada ku, bahwa suatu hari nanti akan ada orang yang berharga baginya datang kesini. Setelah melihat mu berjalan dari kejauhan, aku sudah menduga kalau orang yang di maksud oleh tuan Reions adalah kau " jawab si kakek lagi.

Evilione Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang