Sebuah Perasaan

193 33 0
                                    

Setelah cukup lama di dalam, akhirnya Hali keluar dengan mata merahnya karena menangis.

" Yang Mulia, apa Yang Mulia baik-baik saja?! " seru Reions khawatir.

" ya, aku baik-baik saja. Hanya sangat berdebu di dalam, " jawabnya.

" bakar.. " ucapnya lagi

" apa? "

" bakar rumah ini " kata Hali

" jadi benar, ini adalah rumah Evilione? Apa Yang Mulia sudah menemukan sesuatu yang menjadi kelemahannya di dalam sana? " ucap Reions.

Hali hanya mengangguk, sebenarnya bukan celah kelemahan Evilione yang ia temukan, melainkan sebuah rasa yang tidak pernah sesakit ini dia rasakan karena kilasan masa lalu dari seorang penyihir itu.

Para pasukannya pun membakar rumah itu dengan cepat, dan Hali hanya memandangi nya dengan tatapan datar.

" Evil.. aku tidak tahu, kalau ada kisah yang begitu menyakitkan dalam hidup mu " gumam Hali dalam hatinya.

" apa... apa yang kau katakan?! Dasar gila! Penyihir yang sudah membunuh banyak orang, kenapa kau kasihani?! " serunya lagi dalam hatinya.

" Yang Mulia, apa anda yakin anda baik-baik saja? Semenjak keluar dari rumah itu, Yang Mulia melamun " ucap Reions memecah lamunan Hali.

***

" sial! Apa dia benar-benar monster?! Dia tidak memakai sihirnya tapi kita sangat sulit mengalahkannya! " seru seorang pasukan yang ikut untuk menangkap Evilione.

" lihatlah, dia mengayunkan pedangnya dengan begitu lincah. Dia benar-benar sudah gila! "

" jangan banyak bicara disana, aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian. Aku harus segera menyusul orang ku " ucap Evilione dengan tatapan tajam.

" aaaaaarrghhh " seruan terakhir mereka sesaat sebelum semuanya berakhir di tangan sang penyihir.

" hebat juga kalian, bisa bertahan sampai cukup lama melawan ku. " kata Evilione tersenyum tipis saat mereka semua sudah mati dan tidak bergerak.

Evil pun langsung menyusul Corvus yang sudah pergi lebih dulu sedari tadi.

Saat sampai di rumah sang nenek, Evil melihat rumahnya sudah hangus terbakar dan tidak tersisa lagi. Evil melihat kesekeliling untuk mencari Corvus.

" Corvus dimana kau?! "

" Corvus!! Jawab aku! " seru Evil panik karena tidak mendapat jawaban dari Corvus.

Setelah mencari kesana kemari, Evil menemukan Corvus yang tengah terduduk sambil memeluk neneknya yang sudah bersimbah darah itu.

Ya, sang nenek tengah berusaha kabur lalu tertangkap dan di tusuk di bagian perutnya, mengakibatkan pendarahan yang begitu hebat.

" Corvus.. "

Evil pun melihat, Corvus menangis sejadi-jadinya untuk kedua kalinya. Jika pertemuannya yang pertama dengan sang nenek adalah tangisan bahagia, kali ini adalah tangisan penuh luka.

" Nak, kenapa.. kau.. menangis? " tanya sang nenek yang terbata-bata

Corvus tak dapat berkata-kata lagi, ia hanya sanggup untuk menangis.

" Corvus minggirlah! Aku akan menyembuhkannya " kata Evil dan bersiap untuk mengeluarkan sihir penyembuhannya.

Namun, tangan Evil di hadang oleh Corvus, melarangnya untuk menggunakan sihirnya.

" Evil, kalau kau menggunakan sihir mu, kau tidak akan bisa..

" apa yang kau katakan?! Pikirkan itu nanti, ya penting nenek mu...

Evilione Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang