Lima

163 33 3
                                    

Thana Asha Kalyna

"Gak bisa Bintang."
"Gue gak pernah bisa ngobatin luka gue sendiri."

Tanpa sadar gue berucap demikian sambil melihat luka kecil yang baru aja diobatin sama Bintang. Tiba-tiba gue larut dalam bayangan, bagaimana jika Bintang bisa mengobati luka-luka gue yang lain? Pasti rasanya menyenangkan ketika bisa berbagi sakit dengan seseorang dan orang itu bisa mengobatinya, tapi seperkian detik kemudian gue disadarkan juga bahwa dengan berbagi luka, bukan hanya bisa diobati saja, tapi bagaimana kalau orang itu justru membuat luka gue jadi lebih sakit?

"Kenapa?" Tanyanya.

"Ya kalau bisa diobatin sama lo kenapa harus ngobatin sendiri? Hehe...." balas gue dengan cengiran yang langsung mendapat tatapan jengah darinya.

"Lo udah makan belum, Bintang?" Tanya gue.

"Belum."

"Temenin makan yuk."

"Gue masih ada yang mau dikerjain, kak."

"Bentaran aja kok. Bakso depan kosan itu loh, lo belum pernah coba kan?"

"Tapi..."

"Ayo dong, Bintang."

Gue merajuk. Kalau di depan gue itu Dimas mungkin gue udah kena tampol, untungnya ini Bintang yang walaupun lumayan untouchable tapi dia gak sejahat itu buat nampol gue yang bertingkah ini kan?

"Yaudah.. iya."

Gue tersenyum lebar. Hari ini gue akan berterimakasih ke kecoa yang udah dateng tiba-tiba ke kosan gue terus dia kabur keluar yang bodohnya malah gue kejar sebelum Bintang menubruk tubuh gue dengan tubuhnya dan berakhir bikin gue nyungsruk juga terluka di lutut. Gapapa banget Bintang, kalau kompensasinya bisa diobatin dan makan siang sama lo.

"Kaki lo emang gak sakit?" Ya ampun gini doang pake di tanya.

"Sakit banget sih kalau lo niat mau gendong."

"Nggak juga sih kak, kalau sakit ya mending gak usah maksud gue."

Gue tersenyum, "Kalau begitu ini gak sakit sama sekali."

Terus dia cuma senyum kecil sebelum berjalan mendahului gue keluar dari kosannya, muka terpaksanya aja lucu, apalagi muka senang hatinya.

Akhirnya kita pun pergi ke tukang bakso dekat kosan bersama-sama. Berjalan beriringan dengan cowok yang lebih tinggi dari gue meski secara umur gue lebih tua.

"Lo mau pesen bakso apa Bintang?" Tanya gue ketika kita berdua udah sampai dan kini lagi berdiri di depan menu yang di tempel di gerobak warung bakso ini.

"Samain aja."

"Kok gitu? Emang lo sukanya apa?"

"Gue suka apa aja kok."

"Kalau gue, lo suka gak?"

"Emang lo salah satu jenis bakso?" Tanya dia sebelum meninggalkan gue untuk mencari tempat duduk.

Ya enggak sih. Tapi maksudnya kan...

Yaudah iya. Gue yang salah.

"Pak bakso mercon 2 ya, sama minumnya es teh manis 2 juga, makasih pak," akhirnya gue memesan bakso sebelum bergabung bersama Bintang yang udah memilih tempat duduk lumayan di pojok. Tau aja kalau gue emang suka mojok, hehe....

Saat gue duduk berhadapan dengannya, Bintang menghiraukan gue dan malah sibuk dengan ponselnya.

"Adek lo..." gue mencoba membuka obrolan yang langsung menarik atensinya.
"Adek lo gak tinggal bareng lo?"

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang