Bintang Abbas Adytama
"Jangan mendekat Bintang!"
Baru aja gue hendak menghampirinya, membuang pisau itu jauh-jauh darinya tapi Thana lebih cepat memberikan perintah itu.
"Jangan mendekat atau gue iris sekarang juga ini nadi, biar gue mati di depan lo!"
"Thana, please... don't," gue melirih dengan langkah kecil gue untuk menghampirinya diam-diam.
"Step back Bintang!" Tapi ternyata Thana menyadarinya, karena saking takutnya Thana nekat beneran gue pun memundurkan langkah gue.
"Pergi!"
"Lo mau liat gue mati beneran depan lo?""Thana... sadar, bukan mati yang kamu mau Than!"
"Sok tau! Gue dari lama emang pengen mati!"
"Enggak! Kamu cuma mau lari dari mimpi buruk ini, dan mati bukan pilihan yang tepat."
"Biarin, biar gue dikenang sebagai artis porno yang having sex with my own uncle."
Thana terlihat sangat berantakan, tatapannya kosong, jiwa Thana seperti tidak lagi bersamanya. Dan ketika tangannya mulai mengiris tangannya sendiri, gue nyaris lompat dan bergerak dengan cepat untuk menghempaskan pisau itu dari tangannya.
"Bintang brengsek!" Makinya bertariak, tangan Thana kini udah gue cengkram, pisau yang tadi ia pegang pun sudah terlempar ke lantai.
Gue berusaha untuk meraih tubuhnya untuk gue dekap tapi Thana memberontak sangat keras, bahkan sampai membuat gue kualahan.
Thana memberontak, Thana berteriak, Thana menangis hebat dan hati gue sangat patah melihatnya seperti ini.
Gue masib berusaha untuk mengendalikan Thana yang udah loss-control dari dirinya sendiri, gue dekatkan wajahnya di samping telinganya dan berbisik...
"Thana... hey... listen to me."
"Aku Bintang, Than."Thana seolah gak peduli dan dia masih berontak, hingga gue harus mengeluarkan tenaga yang jauh lebih keras untuk berhasil merengkuhnya ke dalam dekapan gue meski ia masih memberontak dan memukul-mukul bahu gue.
"It's okay..."
"It's okay Thana..."
"It's okay.... sayang."Seolah menjadi sebuah mantra yang terus gue bisikan pada Thana sambil mengelus kepala belakangnya, lalu tanpa disangka tubuh Thana pun melemas secara perlahan dan dia jatuh menangis dalam dekapan gue.
Tangisnya pecah, dia terisak sangat kencang dan tangannya mencengkram belakang baju gue.
"Jangan pergi Thana, masih ada orang-orang yang sayang kamu. Dimas, dan orang yang lagi peluk kamu juga sayang kamu. Jadi please, tolong pikirin kalau mereka masih ada, they're there for you, Than."
"Gak kuat Bintang, capek, sakit," mendengar lirihannya air mata gue jadi ikut keluar karena rasa sesak yang udah gue tahan dari tadi.
"It's okay."
"Ada aku Than."
"You safe with me."
"I'm your home right?"Thana gak menjawab, dia hanya terisak semakin kencang tapi kini wajahnya tenggelam dalam bahu gue dan bersamaan dengan itu tangannya melingkar di pinggang gue sangat kencang. Begitupun gue, gue memeluk tubuhnya, mendekap lukanya dan merengkuhnya sakitnya, dengan begitu Thana gak merasakannya sendirian.
***
Thana Asha Kalyna
Gue gak percaya kalau sekarang gue berada di ranjang yang sama dengan Bintang, pria ini masih mendekap gue erat, mengusap punggung gue sangat lembut dan menggumamkan sebuah nyanyian dengan suara merdunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (END)
Fanfiction"Bintang, lo terang banget. Mau ya jadi rumah buat gue yang hidupnya gelap ini?" - Thana "Gue gak seterang itu, kak. Gue bintang yang redup." - Bintang