the last extra chapter maybe (?)
enjoy^^
****
Bintang Abbas Adytama
Pernikahan gue dan Thana udah berjalan hampir 2 tahun. Tolong kalian jangan kayak orang-orang yang tanya, kapan nih punya momongan? Awalnya sih gue biasa aja, mungkin basa-basi buat pengantin baru tapi setelah 2 tahun terlewat kok pertanyaan itu malah makin sering gue dan Thana dengar ya? Jujur aja gue sampe muak sekarang. Apalagi Thana.
Semenjak menikah Thana jadi aktif berkegiatan sosial di lingkungan komplek, membuat ia jadi punya relasi dengan ibu-ibu lain di sekitar sini, banyaknya dari situlah pertanyaan tentang anak itu muncul. Kadang kalau kita datang ke acara seperti kondangan, arisan, kumpul keluarga besar, khususnya keluarga gue contohnya pada hari raya lebaran atau tahun baru, pertanyaan itu juga sering kita dengar. Kalau dari lingkungan kerja gue, yang mana di rumah sakit, sering sih ditanya itu, tapi kalau gue masih bisa gak ambil pusing, beda sama Thana. Thana bahkan sering kali gue dapati murung kalau udah ditanya perihal anak. Padahal mungkin emang belum waktunya aja, toh kami berdua udah periksa juga gak ada masalah, kami berdua sehat. Ini cuma masalah waktu, dan bisa gak ya orang-orang itu gak ngurusin terus soal keluarga gue. Capek banget jawabnya. Ya gimana? Gue sama Thana gak nunda, kita juga kepingin kok, tapi bisa apa kalau belum dikasih?
Seperti saat ini, Thana tampak murung setelah kami datang ke acara 7 bulanannya isteri Cakra, pasalnya ya lagi-lagi karena diteror dengan pertanyaan soal anak itu. Sumbernya kali ini dari Challa yang juga sudah punya anak setelah 1 tahun menikah, malah katanya lagi hamil lagi sekitar 2 atau 3 bulan gue lupa tadi dia bilangnya, karena gue beneran fokus aja sama Thana yang kalau di depan orang masih bisa lihatin senyum meski diserang pertanyaan memuakan itu.
"Kalian kapan nih nyusul, Isterinya Cakra aja langsung jadi tuh, gue juga lagi hamil lagi loh," begitu kata Challa.
Seperti yang gue bilang, Thana sih senyum-senyum aja. Dia kasih selamat pada Challa, tapi ketika perjalanan pulang kayak sekarang, wanita itu diam, gak bersuara sama sekali, memandang keluar jendela yang kini berbintik-bintik air di luar karena hujan yang melanda.
"Sayang...." gue mencoba memanggilnya.
"Ya?"
"Kamu kenapa?"
"Gapapa."
"Gak usah dipikirin Than."
"Soal apa?"
"Aku tau, soal anak lagi kan?"
Thana hanya tersenyum tipis.
"Racikan kita tuh kurang apa ya Bi? Kenapa gak jadi-jadi?"
Gue masih bisa lega kalau Thana masih bisa bercanda, meski setelahnya dia menunduk dalam-dalam, tampah sendu.
"Rezeki orang beda-beda Than."
"Apa aku bukan ibu yang baik ya? Makanya Tuhan gak mau kasih anak ke kita."
"Ngomong apa sih? Fariz tumbuh jadi anak pintar, ganteng kayak sekarang emang ibu yang ngurusnya siapa kalau bukan kamu?"
Thana gak menjawab dia diam menunduk sambil memainkan jarinya lagi.
"Maaf ya Bi."
"Buat?"
"Karena belum juga bisa hamil anak kamu. Apa ini ada hubungannya sama masa laluku sama om---,"
"Thana!" Gue mengintrupsinya karena omongannya makin ngaco.
"Gimana kalau pada akhirnya aku emang gak bisa kasih kamu keturunan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Home (END)
Fanfiction"Bintang, lo terang banget. Mau ya jadi rumah buat gue yang hidupnya gelap ini?" - Thana "Gue gak seterang itu, kak. Gue bintang yang redup." - Bintang