Sembilan Belas

159 26 22
                                    

Thana Asha Kalyna

Gue tenggelam dalam tangisan gue sampai tiba-tiba gue merakan sengatan panas pada punggung tangan gue hingga membuat gue otomatis mendengak.

"Capek gak nangisnya? Minum dulu," gue mengerjapkan mata ketika kembali mendapati Bintang di sini, kali ini dengan secangkir teh hangat di tangannya yang ia sodorkan pada gue.

Gue masih bergeming, masih bingung hingga Bintang menaruh tehnya di atas nakas samping kasur. Lalu ia pun duduk di tepi kasur gue, duduk di hadapan gue, dengan tangannya yang kini meraih tangan gue untuk ia genggam.

"Bintang kenapa balik lagi?"

Dia tersenyum tipis, "Kenapa gue harus pergi?"

"Bintang."

"Makasih ya Thana, makasih karena udah cerita ke gue meskipun gue sangat nyesal buat dengar itu semua, karena setelah dengar semuanya gue jadi ikut sakit Than. Tapi gapapa, sakit bareng gue Than, nangis bareng gue, jangan sendirian lagi, ya?"

Air mata gue kembali turun. Gue merasa dipermainkan Bintang sekarang. Jadi dia tetap di sini sama gue atau ini cuma angan-angan gue aja?

"Thana...." tangannya terasa hangat ketika menyentuh pipi gue untuk menghapus air mata di sana. Rasanya terlalu nyata untuk disebut angan-angan.

"Bintang jangan ngerjain gue."

"Ngerjain apa maksudnya?"

"Lo ini beneran apa gak? Maksud gue, omongan lo, lo yang balik lagi ke sini."

Bintang terkekeh kecil, "Beneran, Thana. Lo mikir gue bakal ninggalin lo ya?"

Gue diam lagi.

"Gak, Thana. Gue di sini kok. Temenin lo."
"Minum dulu, teh angetnya, tadi gue gak pergi, gue bikinin lo teh ini."

Bintang kembali menyodorkan teh itu pada gue, gue menyeruputnya sedikit, dan itu berhasil membuat gue jauh lebih baik. Sebenarnya lebih karena sentuhan Bintang yang gak mau melepas genggamannya dari tangan gue sih kayaknya.

"Sekarang istirahat ya? Tidur lagi, lo mau gue nyanyiin lagu apa?"

Gue tersenyum, "Apa aja."

"Lagu bintang kecil? Atau pelangi-pelangi? Atau..."

"Gue bukan anak kecil!"

Bintang tertawa, "Maunya apa dong?"

"Terserah lo."

"Beautiful."

"Beautiful lagunya siapa? Banyak yang judul lagunya itu."

"Enggak, maksud gue elo."
"Beautiful."

Gue yang masih ingusan ini jadi salah tingkah denger gombalannya, udah gitu pake senyum manis segala lagi.

"Bintang.... sempet-sempetnya ya lo!" Gue memukul lengannya.

"Hahaha... beautiful Christina Aguirela, tapi gue tadi gak bohong kok."
"Lo cantik, Thana."

"Cantik? Yakin lo?" Gue dengan berani mengangkat piyama gue sampai bawah dada hingga menampilkan perut gue yang penuh bekas luka.
"Lo bilang orang yang punya banyak luka ini, cantik?"

Bintang gak kelihatan terkejut melihat semua bekas luka gue, dia malah tersenyum.

"Luka lo juga cantik, Thana."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang