Tiga Puluh Dua

133 25 22
                                    

Bintang Abbas Adytama

Gue dan Thana baru aja dari kantor polisi. Iya, gue baru aja mendampingi Thana untuk melaporkan kasus ini ke polisi. Sejujurnha gue agak menyesal untuk menyarankannya demikian, karena proses pemeriksaan pasti akan membutuhkan pengakuan Thana terhadap apa yang ia alami sehingga Thana harus mengingat kembali kejadian yang selalu menjadi mimpi buruk Thana, sehingga sekarang ketika pemeriksaan selesai, Thana terlihat tegang, tangannya tremor bahkan ia berkeringat dingin.

"Than, kamu gapapa?" Pertanyaan bodoh dari seorang Bintang disaat dirinya sendiri melihat langsung bagaimana keadaan pacarnya yang jauh dari gapapa.

"Gapapa," jawab Thana sudah pasti bohong.

Gue hanya bisa menggenggam tangannya meskipun gue sangat ingin memeluknya sekarang juga, tapi gak mungkin gue peluk Thana di depan umum kayak gini apalagi masih di lingkungan kantor polisi, gak etis bukan?

Akhirnya gue pun membawa Thana ke warung kecil yang ada di pinggir jalan, memesankannya air minum untuk ia setidaknya duduk dan menenangkan diri sebelum kita pulang.

Thana meneguk air mineral sampai setengah botol, sebelum ia berusaha untuk mengatur napasnya. Gue seka keringat dingin yang membasahi dahinya sambil masih gue genggam sebelah tangannya.

"Maaf karena kamu harus inget semua kejadian itu lagi Thana," sesal gue, Thana meresponnya dengan menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Aku pikir aku gak akan bisa, Bintang. Tapi kamu lihat kan? Laporan kita diterima, aku.... aku bisa kan?"

Gue mengangguk dengan membalas senyumannya, "Iya Thana, you've done your best, makasih ya?"

"Semuanya bakal baik-baik aja kan?"

"Pasti, semuanya pasti baik-baik aja."

"Aku gak sendirian kan Bintang?

Kali ini gue menggeleng, "Enggak Thana, kamu gak sendiri, i told you, ada aku."

"Makasih banyak Bintang."

Gue mengangguk lagi, menatapnya dalam-dalam, memberikan senyum terbaik gue untuknya, "Kamu udah melalui banyak hal Thana, kamu penasaran gak bahagia apa yang bakal kamu temuin nanti?"

"Enggak."

"Kenapa?"

"Because i already know."

"Oh ya? Apa?"

"Kamu."

Tahan Bintang. Tahan diri lo untuk gak kekepin cewek di depan lo ini.

***

Setelah mengantar Thana ke kosannya, dan memastikan bahwa ia tidak akan melakukan hal macam-macam lagi dengan menyakinkan ke orangnya sendiri dan membawa seluruh barang yang berpotensi menjadi alat untuk ia menyakiti dirinya lagi, gue sekarang dalam perjalanan mencari Dimas.

Sebelum gue pergi, Hoshi sebenarnya sempat datang ke kosan gue, dia gak kepo soal Thana, terbukti saat dia datang yang ia tanya bukan tentang, "Jadi di vidio itu beneran Thana atau bukan?" melainkan sebuah pertanyaan yang menanyakan soal keadaan Thana dan gue sendiri. Hoshi bertanya, "Lo sama Kak Thana baik-baik aja kan?" Pada akhirnya gue pun menceritakannya pada Hoshi karena gue percaya sama adik gue sendiri, bahkan karena Hoshi lah akhirnya gue bergerak sendiri untuk mencari keberadaan Dimas. Adik gue itu bilang ke gue:

"Bang, mungkin gue sama kak Thana beda kondisi, tapi apa yang gue dan Kak Thana simpen itu sama-sama kesakitan, kak Thana juga sakit kan dari kejadiannya itu? Dan menurut lo apa yang bikin gue selama ini nyimpen sakit gue dari lo? Karena gue tau sakit gue itu nyakitin saudara gue juga bang. Yang kak Thana rasain juga itu, apalagi ditambah ia yang harus inget semuanya lagi, buat ceritain semuanya, dia harus menyakiti dirinya lagi dan dia tau kalau dia akan menyakiti Dimas juga. Oke, dia masih sanggup buat cerita itu ke lo, ke polisi, karena kalian masih orang lain, tapi Dimas.... dia adiknya kak Thana. Kayak yang gue bilang tadi, kak Thana gak sanggup bilang ke Dimas, karena dia gak sanggup buat nyakitin adiknya juga."

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang