Tiga Puluh Empat

143 24 10
                                    

Bintang Abbas Adytama

Prak....

Seolah gak peduli sama ponselnya, Papa melempar itu ke arah gue sampai berbenturan dengan bahu gue sebelum ponsel itu jatuh ke lantai.

"Kamu pasti udah liat kan vidionya?"

Jujur gue udah muak banget soal vidio. Kek anjir, gak dimana-mana kenapa yang gue denger vidio, vidio, vidio lagi.

"Makanya Bintang, nurut--,"

"Nurut sama orangtua! Itu kan yang mau Papa omongin?"

"Gak usah nyela dulu kamu Bintang!"

"Pa, kemarin baru aja kita ngobrol baik-baik, kenapa sih udah cari masalah lagi."

"Kamu yang cari masalah dengan pacaran sama cewek gak bener itu!"

"Papa bahkan gak pernah kenal sama dia yang Papa sebut cewek gak bener itu!"

"Memang kenyataannya dia--,"

"Pa, Bang! Bisa gak ngomongnya gak usah otot-ototan, yang di sini jantungan, kalian juga panik."

Gue langsung menunjuk Hoshi yang dari tadi duduk di sofa kinj berdiri untuk bersuara, sayangnya ucapannya yang menjurus bercanda gak terdengar lucu sama sekali di telinga gue.

"Lo mending ke kamar!" Perintah gue.

"Gak!" Kekeh Hoshi.
"Papa aja yang ke kamar aku tuh kan ada samsak barangkali tangannya udah gatel."

"Diem kamu Hoshi." Papa juga mulai mengangkat tangannya untuk menunjuk Hoshi, kali ini Hoshi diam, tapi cuma 3 detik, setelahnya dia ngomong lagi.

"Jelasin bang yang bener, dan Papa dengerin dulu penjelasannya bang Bintang," ucap Hoshi lagi.

"Vidio itu diambil tanpa consent dari Thana, vidio itu diambil bertahun-tahun lalu waktu Thana masih 16 tahun dan dia jadi korban pelecehan seksual sama om-nya sendiri, om-nya yang bahkan seumuran sama Papa. Thana bukan cewek kayak gitu Pa, di sini dia korban, dia---,"

Papa memotong lagi ucapan gue, "Bedanya apa Bintang? Vidio itu tetap tersebar luas dengan wajah dia sebagai tokoh di vidio itu, emang orang-orang mau peduli kejadian di balik vidio itu? Orang-orang cuma akan mengonsumsi suka-suka mereka, Bintang."

"Terus Papa mau jadi sama aja kayak orang-orang di luar sana?"

"Ini bukan soal Papa mau jadi orang-orang diluar sana yang taunya cuma konsumsi vidio kayak gitu aja Bintang. Cih, Papa bahkan jijik lihatnya. Ini demi kamu sendiri Bintang. Masalahnya adalah dia pacar kamu, orang yang berhubungan sama kamu, apapun alasan dibalik vidio itu ada, image dan track record dia udah jelek, emang kamu gak malu kalau orang-orang tau cewek di vidio itu adalah pacar kamu?"

"Papa selalu sembunyi dibalik tameng semuanya demi kebaikan aku, padahal itu cuma untuk keegoisan Papa aja. Aku gak peduli sama omongan orang Pa, aku cuma pikirin orang-orang yang aku sayang, mungkin gak berlaku sama Papa yang lebih peduli omongan orang dari pada perasaan anaknya sendiri."

"Bintang!" Suara Papa sudah meninggi sekarang, Hoshi yang tadi sudah duduk lagi untuk mendengarkan kini kembali berdiri, kemudian melangkah untuk menengahi kami.
"Kamu masih aja ya gak ngerti? Kemakan cinta kamu hah? Dia bisa kasih kamu apa sih? Cewek bekas kayak dia---,"
Saat frasa cewek bekas keluar dari mulut Papa betulan memancing emosi gue hingga kaki gue melangkah mendekat pada Papa sebelum Hoshi yang tadi menyimak kini menahan tubuh gue.

"Pa... Papa bisa sedikit simpati sama Thana gak sih? Jaga omongan Papa. Thana korban pelecehan Pa, semua yang menimpa dia bukan keinginannya, dia menderita karena itu, di sini Thana yang dirugikan Pa, ini gak adil buat Thana!"

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang