Dua puluh dua

133 28 10
                                    

Bintang Abbas Adytama

Gue berusaha untuk gak terus menatap Thana yang sedang sibuk melayani pelanggan di kasir. Cewek itu masih belum sadar kalau gue ada di sini. Seperti biasa kalau habis melatih vokal, gue mampir ke sini sekalian jemput Thana, toh gue udah janji juga kan mau jemput dia.

Sampai ketika Thana diberi instruksi oleh temannya dari kitchen yang kayaknya soal pesanan gue, mata kita pun langsung bertemu. Dia tampak kaget, sedangkan gue hanya tersenyum tipis yang berakhir makin lebar tanpa sadar ketika Thana berjalan ke arah gue dengan pesanan gue di nampan yang dibawanya.

"Caramel latte dengan almond milknya kak?" Tanya Thana memastikan pesanan gue, gue gak menjawab, hanya terkekeh karena dia memanggil gue demikian.

"Iya, kak. Makasih."

"Habis dari latih vokal ya?" Tanyanya.

Gue mengangguk, "Iya, sekalian jemput lo."

"Malem ini gak dibawa kemana-mana lagi kan?"

Gue tersenyum, "Cuma makan taichan aja, mau?"

"Mau!!! Sebenernya lo ajak kemana juga gue mau-mau aja pada akhirnya, kecuali ke KUA, itu entar dulu ya Bintang."

"Yang itu bisa diatur kapan lo mau."

"Waduh, besok bisa?"

"Yakin lo gak bakal gila duluan?"

Thana tersenyum datar ke gue, "You know me so well."

"Haha, ya udah gih balik kerja. Gue sambil skripsian di sini."

Thana mengangguk, tapi dia gak langsung pergi, dia tampak merogoh saku di apronnya, mengambil notes pesanan dan menulis sesuatu di sana untuk kemudian memberikannya pada gue sebelum ngacir gitu aja pergi meninggalkan gue.

Saat gue baca tulisannya adalah; 'Semangat skripsiannya, pacar <3'

Bibir gue otomatis tertarik ke atas, gue menatapnya yang kini ada di meja depan gue sedang melayani pembeli yang lain. Kalau tau punya pacar sebahagia ini, kenapa gak dari dulu ya? Atau... mungkin bisa sebahagia ini karena Thana orangnya?

***

"Kelayapan mulu ya lo bang!" Gue gak tau tepatnya jam berapa ketika gue sampai rumah setelah jemput Thana, dan makan taichan bareng dia sebelum mengantarnya balik ke kosan dengan selamat, yang pasti saat gue pulang, gue melihat Hoshi sedang terduduk di sofa dengan Pizza yang sisa banyak juga beberapa kaleng soda di atas meja. Apa Hoshi beli itu buat gue, maksudnya... buat kami?

"Lo beli ini buat gue?" Tanya gue sambil menatap pizza dan kaleng-kaleng soda tersebut.

"Iya, gue mau ajak lo main PS tau, kan udah lama. Gue kirain lo cuma keluar sebentar, taunya lama banget, ini udah mau jam 12 malem," balas Hoshi, adik gue itu sangat ekspresif, jadi sekarang pun sangat kelihatan bahwa dia sedang kecewa.

"Sori, Ci. Lo gak bilang sih," setelah merespon begitu, tampak mata Hoshi yang menatap gue dengan siratan yang lebih kecewa lagi.

"Lo sebenernya kemana sampe gak cek HP? Gue udah chat lo!" Balasnya, ucapannya kini mulai terdengar datar terkesan kesal.

Gue pun mengecek HP yang memang dari tadi gak gue cek saat bersama Thana, dan benar aja beberapa missed call dan pesan dari Hoshi.

Gue pun mengecek HP yang memang dari tadi gak gue cek saat bersama Thana, dan benar aja beberapa missed call dan pesan dari Hoshi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang