Bintang Abbas Adytama
Setelah kepergian Thana ke kamarnya, sesuai janji gue kalau gue akan mengabari Dimas melalui Hoshi, jadi sekarang gue langsung telpon adik gue.
"Ci, gue minta nomor temen lo, Dimas."
"HAH? BANG! ANJIR LO BOONG KAN?"
Gue sampai harus menjauhkan telpon gue dari telinga ketika mendengar respon heboh Hoshi dengan suara melengkingnya yang membuat telinga gue sakit.
"Apa sih anjir, boong apaan?"
"Jangan bilang lo beneran demen sama Dimas?"
"Lo mau gue cium sebelah mana hah pake setrika panas?"
Si Hoshi malah ketawa, "Hahaha... galak amat, jadi kenapa lo tiba-tiba minta nomor Dimas?"
"Kakaknya nitip pesan ke gue, HP dia hilang, dia minta gue ngabarin Dimas karena adik gue kan temennya."
"Oh gitu, kok bisa hilang bang?"
"Dibegal."
"Anjir!"
"Eh tapi lo jangan kasih tau Dimas soal kakaknya dibegal ya, Thana gak mau Dimas tau."
"Kasian bang, kayaknya kak Thana butuh pacar deh, gimana kalau sama gue bang?"
Gue menyatukan alis, "Suka lo sama dia?"
"Emang lo enggak? Cantik tau, lucu lagi orangnya."
Gue gak menjawab, karena gue beneran gak tau jawabannya apa padahal jawabannya cuma sesimple iya atau enggak.
"Mana nomor Dimas?"
"Ntar gue yang kasih tau aja."
"Lo gak mau kasih ke gue? Jangan-jangan lo yang suka sama si Dimas sampe posesif begitu!"
"Astagfirullah, buset bang! Gak gitu! Cuma kan gue tau elo, lo gak gampang komunikasi sama orang baru."
Iya. Itu bener. Hoshi tau banget tentang gue. Dan harusnya memang begitu, seperti permintaan Thana yang cukup gue kasih tau Hoshi nanti Hoshi yang kasih tau Dimas, kenapa juga gue malah inisiatif minta nomornya untuk ngabarin sendiri? Kenapa gue baru sadar kalau gue lumayan effort lebih buat ini?
Gue bingung sendiri, tapi kemudian mulut gue menjawab, sambil jawab, sambil mikir, dan gue merasa alasan yang gue pikirin ini make-sense kokz
"Ya lo boleh kasih tau, tapi buat jaga-jaga kasih aja nomor adiknya ke gue, gimanapun gue tetangga kakaknya, biar Thana bisa lebih gampang kalau mau nyampein apa-apa ke Dimas, jadi bisa lewat gue aja."
"Simpati lo sama dia?"
"Iya."
"Agak bukan elo sih bang."
"Lo pikir gue sejahat itu ya sampai gue gak punya simpati ke orang?"
"Bukan gitu, gue tau lo baik, tapi buat bikin lo lebih direpotkan sendiri buat oranglain apalagi orang baru tuh kayak bukan elo aja."
"Sok tau." Padahal Hoshi emang tau, karena seperti yang gue bilang kalau Hoshi-lah yang paling mengerti gue dan pemahamannya terhadap diri gue memang benar. Cuma kali ini, gue sendiri yang gak paham sama diri gue.
"Lo kasihan sama dia?"
"Iya... kali."
"Peduli sama dia?"
"Hah?"
"Atau suka juga sama dia?"
"Ngaco!"
Hoshi tertawa, "Ya udah, ntar gue kasih nomor Dimas."
"Oh iya bang, besok lo bisa mulai kerja ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Home (END)
Fanfiction"Bintang, lo terang banget. Mau ya jadi rumah buat gue yang hidupnya gelap ini?" - Thana "Gue gak seterang itu, kak. Gue bintang yang redup." - Bintang