Empat Belas

143 29 5
                                    

Thana Asha Kalyna

"Than, muka lo pucet loh, lo oke?" Gue yang sedang menata makanan di atas nampan untuk siap diantarkan ke pelanggan kini dibuat menoleh ke rekan kerja gue yang baru saja dapat pesanan baru.

"Oke kok," jawab gue. Sebenernya agak lemas, perut gue sakit, mata gue juga perih karena kurang tidur. Tapi ya mau gimana? Thana kan harus kuat hehe.

"Lo harusnya gak perlu nerima shiftnya Shifa buat lo gantiin," ucap rekan gue lagi, namanya Tiffa.

"Gapapa kok, gue emang kosong dan sekalian antar salad buah buat yang udah pada pesan kan?"

"Kalau lo lemes, istirahat aja ya Than?"

Gue tersenyum, "Emang gue keliatan lemes banget?"

"Sebenernya cuma keliatan dari wajah lo, lo kayak orang... gak tidur."

Sambil tersenyum tipis lagi gue menjawab, "Gue baik-baik aja kok, yuk lanjut kerja!"

Setelah itu gue dan rekan kerja gue pun melanjutkan kerja kami masing-masing, gue yang mengantar pesanan pelanggan dilanjut dengan melayani pelanggan lain yang ingin memesan.

"Ditunggu ya kak pesanannya, terimakasih," ucap gue pada pelanggan yang baru saja memesan sebelum meninggalkannya untuk memberikan list pesanan ini pada orang dapur. Tapi sebelum itu, rekan kerja gue yang lain menepuk pundak gue.

"Than..."

Gue menoleh.

"Ya?"

"Ada yang nyariin lo."

Gue melihat ke arah belakang rekan kerja gue dimana ada sosok yang berdiri sambil menatap gue dan tersenyum.

"Halo Thana."

***

Bintang Abbas Adytama

Gue gak tau dari jam berapa gue keluar dari kos buat muter-muter gak jelas pake motor gue karena setelah Hoshi pergi dan Dimas juga udah mengambil salad buahnya di kosan Thana, yang pasti itu adalah sore menjelang petang ketika gue merasa gabut banget makanya cari angin buat keluar dengan motor.

Satu hal yang gue heranin ke diri gue sendiri, saat gak tau mau kemana, terbesit dipikiran gue buat ke Kafe-nya Thana. Kayak... dih ngapain banget anjir. Meski begitu, nyatanya gue tetap melakukannya. Gue... pergi ke Kafe tempat Thana bekerja. Gak tau tujuannya apa, dan kenapa gue harus ke sana, yang pasti gue cuma mau memuaskan keinginan gue yang gak berdasar ini aja.

Sampai di sana gue gak langsung masuk, diam di parkiran dengan kepala yang masih memakai helm gue memerhatikan dari sini karena konsep Kafenya juga ada outdoor-nya, jadi gue menunggu Thana keluar untuk melayani pelanggan yang di luar.

Cuma hampir 15 menit gue ada di sana, gue gak kunjung melihat Thana. Tadinya gue mau masuk, tapi.... gue tersadar... kenapa lo segininya ya Bintang? Lo emang sengaja mau ketemu Thana apa gimana? Kan bisa nanti di kosan.

Gue kayak berperang dengan diri gue sendiri, otak dan hati gue mulai saling melempar pertanyaan hingga gue pusing sendiri dan memutuskan untuk pergi aja dari sana. Setelah gue pikir, kalau sampai gue beneran ketemu Thana, gue mau bilang apa kalau dia tanya kenapa gue ada di sana? Stupid Bintang.

Jadi gue pun muterin jalan lagi dan baru kembali ke kosan ketika langit sudah gelap tapi gue gak tau tepatnya sekarang jam berapa.  Dilihat dari jalan menuju kosan yang mana mulai jarang dilewati orang, kira-kira gue menebak kalau ini udah jam 9 atau lebih. Lama juga ya gue di luar.

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang