Dua Puluh Satu

154 28 21
                                    

Thana Asha Kalyna

Selesai menikmati matahari terbit sambil berpelukan kayak teletabis gue dan Bintang pun memutuskan untuk cari sarapan di luar, kebetulan banget gak jauh dari villanya Bintang, ada warung soto Bogor jadi dengan berjalan kaki kami pun sarapan di sana.

"Lo tau gak Bintang?" Sambil makan gue memulai percakapan dengan cowok yang ngakunya sih udah jadi cowok gue.

"Apa?"

"Soto Bogor itu soto yang paling gue suka ketimbang soto-soto yang lain."

"Oh iya?"

"Iya, tapi gue gak suka kikil, lebih suka daging terus risol itu bagian paling enak di soto Bogor."

"Selera kita berarti beda, Than. Gue lebih suka soto Surabaya."

Gue tersenyum tipis ketika Bintang mau menceritakan tentang kesukaannya, "Itu enak juga sih, ya boleh lah selera lo."

"Selera gue emang bagus lagi."

"Kok pede begitu?"

"Kalau selera gue jelek, gue gak akan suka sama lo, Than."

"Uhukkk..."

Buset. Sampe keselek.

Gue yang abis keselek itu hanya bisa mengerjapkan mata ketika Bintang menyodorkan air minum pada gue, "Pelan-pelan, syok banget kayaknya denger gitu doang."

Ya gimana enggak woy?!

"Gue bilang apa-apa itu bismillah dulu!"

"Lo kali yang makannya gak bismillah!'

Lah? Iya juga.

"Mas, risolnya tambah lagi ya!" Tiba-tiba aja ini orang manggil mas-mas yang jual dan minta risol.

"Lo juga suka risolnya? Kan apa kata gue--,"

Bersamaan dengan itu permintaan Bintang langsung datang, dan yang membuat gue menghentikan ucapan gue adalah karena Bintang menyodorkan risol di atas piring itu pada gue.

"Buat lo Than, suka risolnya kan?"

Gue bengong.

Beneran bengong.

Mon maap ya tapi gue baru nih dapet cowok act of service begini. Jadi kaget, salting, berbunga-bunga tuh jadi satu sampai sekarang cuma bisa cengo aja.

"Gue lebih suka lo," gumam gue tanpa sadar tapi sialnya kedengeran oleh Bintang.

Cowok itu terkekeh, "Kalau itu gue tau."

***

Habis sarapan kita pun langsung bergegas pulang karena meskipun masih ingin di sini, kita tetap harus pulang. Gue juga udah bolos kerja karena gak ke kejar juga jam kerjanya. Bodohnya gue melupakan itu, dan Bintang jadi merasa bersalah sekarang.

"Sori banget ya Than, lo jadi bolos kerja."

"Gapapa, lagian gue bakal capek banget kalau maksain kerja abis dari sini "

"Ya maap juga udah bawa lo ke sini."

"Gue seneng kok Bintang, seneng banget, jadi lo gak perlu minta maaf. Jangan kapok ya ajak gue? Hehe..."

"Kapok lah gue dikatain orgil."

Gue menggaruk tekuk gue, ya menurut gue beneran orgil sih, maksudnya gue yang jadi orgil. Gimana enggak? Diajak ke puncak tiba-tiba, ditembak, dipeluk, apa gak gila gue?

"Itu gue yang gila, Bintang."
"Jadi cewek lo beneran gue bisa gila!"

Bintang terkekeh, "Jangan lah. Mana mau gue punya cewek orgil."

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang