Dua Puluh Empat

127 28 7
                                    

Thana Asha Kalyna

Satu minggu Bintang gak ada kabar, begitupun adiknya, Hoshi. Gue yakin, pasti ada sesuatu, karena terakhir kali, gue mendengar Bintang yang menerima telpon, dia menyebut-nyebut nama Hoshi, tapi tentu aja gue gak bisa dengan jelas mendengar apa yang dibicarakan oleh Bintang bersama orang yang menelponnya itu.

Gue udah menyuruh Dimas untuk mencari keduanya di kampus, tapi gak ada juga, Bintang dan Hoshi bolos sudah satu minggu, baik teman Bintang ataupun Hoshi gak ada yang tau soal mereka. Gue jadi khawatir, seperti yang gue bilang, pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Dimas... gue khawatir banget," keluh gue jujur pada Dimas. Iya, dia udah tau perihal hubungan gue sama Bintang. Dia melihatnya sendiri di kompetisi itu. Tapi sama seperti gue dan Bintang, selesai Hoshi tampil, Dimas pun langsung pergi juga. Kabar yang kami dapat dari social media, team Hoshi menang seperti dugaan Bintang, tapi bagaimana kabar Hoshi setelahnya, baik gue maupun Dimas gak mendapatkannya.

"Paling ada masalah keluarga kak," jawab Dimas. Semenjak hilangnya kabar Hoshi dan Bintang, Dimas selalu mampir ke kos gue selesai dia kuliah dan sebelum gue berangkat kerja ke Kafe sore hari.

"Iya, pasti, karena itu gue khawatir Dim! Gue gak tau apa masalahnya, tapi gue tau resiko apa yang Bintang tanggung dari setiap masalah keluarganya, gue takut dia kenapa-napa Dim!"

Dimas menepuk pundak gue, berusaha untuk menenangkan, "Gue pasti cari tau soal mereka, gimanapun Hoshi temen gue, dan bang Bintang, cowok lo. Lo tenang aja ya?"

"Alamatnya, lo gak tau?"

"Enggak, gue sama Hoshi kan gak yang sedeket itu juga, semenjak abangnya jadi tetangga lo aja kita sering kontekan, sebelumnya kita cuma saling kenal aja."

Gue menghela napas, rasanya beneran gak enak ya dighosting kayak gini, apalagi sama cowok lo yang baru pacaran beberapa hari, literally masih beberapa hari. Belum lagi soal khawatirnya gue, tambahlah gak karuan ni perasaan.

"Lo emang gak coba tanya ke temen deketnya Bintang?"

"Udah kak, bang Cakra temen deketnya, dia bilang gak tau apa-apa, tapi wajahnya kaget waktu gue tanya soal bang Bintang, jadi sebenernya gue curiga dia tau sesuatu, tapi kalau temen deketnya Hoshi, dia itu anak tongkrongan, udah gue tanyain semua temen tongkrongannya, tapi gak ada sama sekali yang tau."

Mendengar itu gue jadi berpikir sejenak dan munculah satu ide. Iya. Mungkin gue harus mendatangi sendiri yang namanya Cakra, karena Dimas bilang dia mencurigakan.

"Besok lo ke kampus?" Gue bertanya pada Dimas.

"Iya."

"Gue ikut ya?"

"Ngapain anjay?"

"Gue mau ngomong sama temennya Bintang."

"Lo sekhawatir itu ya? Lo harusnya marah karena di ghosting cowok lo padahal jadian juga baru."

Gue menghela napas, "Gue tau Dim, gue tau pasti terjadi sesuatu, dan kemungkinan Bintang buat gak baik-baik aja itu besar banget."

"Lo bisa jelasin intinya kenapa lo bisa berpikir kayak gitu?"

"Bintang itu korban abusive ayahnya sendiri," jawab gue jujur yang langsung membuat Dimas membulatkan matanya.

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang