Extra Chapter #7

218 25 11
                                    

Thana Asha Kalyna

Gue kebangun di jam 11 malam setelah tadi ketiduran dari jam 9 malam, gue kebangun karena lagi-lagu gue merasakan kontraksi palsu yang gue rasakan juga sebelum gue ketiduran tadi. Saat membuka mata gue langsung mendapati Bintang yang matanya terpejam, terlihat raut kelelahan dari wajahnya karena semenjak hamil gue sudah banyak merepotkannya, contoh sederhanannya aja tadi Bintang yang baru aja pulang dari rumah sakit langsung nemenin Fariz tidur, padahal biasanya itu tugas gue, cuma karena perut gue lagi gak nyaman jadi Bintang bilang biar dia aja dan gue disuruh menunggu di kamar, tapi gue malah ketiduran duluan.

Sekarang gue merasa perut gue gak nyaman lagi, kayak ditarik akibat dari kontraksi palsu ini, kata dokter menjelang melahirkan memang akan sering merasakan kontraksi palsu seperti ini, tapi jujur aja ini cukup mengganggu karena perut gue sangat -sangat gak nyaman.

Gue perlahan bangkit untuk bersandar di kepala ranjang tanpa mau membangunkan Bintang. Gue mengusap-usap sendirian perut gue, menunggu kontraksi palsu ini selesai, "Ssshhh...." gue reflek meringis ketika perut gue terasa makin kencang, dan itu langsung membangunkan Bintang, tangan pria itu langsung meraba sisi sampingnya yang adalah tempat gue tidur, dan yang ia dapati adalah paha gue, setelahnya matanya pun terbuka, otomatis mendengak dan barulah ia mendapati gue terduduk menyandar di kepala ranjang.

Bintang langsung bangkit duduk, wajah ngantuknya itu menyiratkan kekhawatiran, "Thana, kamu kenapa?"

"Kayaknya kontraksi palsu lagi Bi, tadi aku ke bangun."

Bintang duduk di samping gue, tangannya kini menggantikan tangan gue untuk mengusap perut besar ini, "Kenapa gak bangunin aku?"

"Kamu capek Bi," jawab gue sambil menahan nyeri karena entah kenapa kontraksi ini terasa semakin kuat.

Bintang hanya menghela napas, "Sayang, jangan gitu. Kasih tau aku kalau ada yang dirasa ya?"

Gue hanya bisa mengangguk.

"Sekarang apa yang dirasain?"

"Perutnya kenceng gitu kayak tadi, gak nyaman," keluh gue.

Tangan Bintang terus mengusap-usap perut gue, keliatan banget kalau dia nahan ngantuk karena kepalanya manggut-manggut sendiri, dan itu bikin gue terkekeh bersamaan dengan perut gue yang jadi nyeri karena ketawa.

"Aduh...," jadi gak sengaja deh terlontar suara mengaduh, dan itu bikin Bintang yang udah setengah tertidur tadi langsung sadar.

"Kenapa kenapa?"

Gue tersenyum dengan kedua tangan yang menangkup pipinya, "Kamu tidur lagi gih, ayang!!! Muka kamu ngantuk banget tau! Besok kan kerja."

"Perut kamu gimana? Masih gak nyaman?"

"Udah mendingan, yuk bobok lagi!"

Gue mulai menidurkan diri lagi, disusul juga Bintang karena kalau nggak gue duluan yang berbaring lagi, Bintang juga gak akan.

"Kamu gak ngantuk ya?" Tanya Bintang.

"Heem, tapi kalau kamu mau tidur gapapa banget tau!"

"Ya udah aku temenin."

"Tidur aja sayangku, cintaku, gantengku, suamiku!!!"

"Kamu tidur, aku tidur, kamu nggak, aku juga nggak."

"Huh! Ribet!"

"Sekarang kamu mau aku ngapain? Cerita? Nyanyi? Atau apa?"

Gue tersenyum, "Nyanyi boleh."

"Request lagu apa?"

"Apa aja!"

"Oke."

Bintang pun dengan matanya yang berusaha terbuka itu mulai bernyanyi, tangan sebelahnya masih setia ada di atas perut gue, sedangkan satunya lagi ada di puncak kepala gue, mereka bergerak mengusap-usap lembut di sana.

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang