Bintang Abbas Adytama
Malam ini Thana bakal datang ke rumah gue. Iya, rumah ya. Bukan kosan. Udah 1 bulan ini sejak gue keluar dari rumah sakit pasca kecelakaan, gue menetap kembali di rumah. Sama seperti usaha Papa untuk menerima Thana yang artinya mau memperbaiki hubungannya dengan gue, gue pun demikian, tapi gue gak nyangka kalau Papa bakal undang Thana buat makan malam, setidaknya gak secepat ini juga. bahkan belio ini mengundang serta Fariz dan Dimas. Iya sih, ini cuma makan malam biasa aja, cuma tetep aja gue kaget.
Apalagi Thana, dia beberapa kali nanya, "Beneran gak Bintang?" Atau gak "Lu ngibul ya?" Tapi pada akhirnya Thana bersedia datang bersama Fariz dan Dimas.
Melihat kedatangannya, gue kaget.
Sebelumnya, gue tuh selalu lihat Thana, dengan penampilan seperti ini:
Karena gue memang lebih banyak menemaninya di kosan, kalau jalan mentok-mentok juga warung taichan, paling rapih ya waktu dia datang ke sidang skripsi gue. Ya, harusnya gue bisa lihat dia dadan yang cantik buat hadir di wisuda gue, cuma kan... dianya gak ada waktu gue wisuda. Jadi waktu gue lihat penampilannya sekarang, gue sampe mengerjapkan mata.Rambutnya tergerai, pakai dress warna putih dengan riasan yang gak berlebihan di wajahnya.
Terserah kalau lo semua mau bilang gue udah ketularan lebaynya Thana, tapi beneran... cantik banget anjir, gue sampe pusing dikit liatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (END)
أدب الهواة"Bintang, lo terang banget. Mau ya jadi rumah buat gue yang hidupnya gelap ini?" - Thana "Gue gak seterang itu, kak. Gue bintang yang redup." - Bintang