Tiga Puluh Sembilan

153 23 20
                                    

Bintang Abbas Adytama

Gue menatap crwek gue yang lagi beresin kasur gue setelah tadi ia pakai tidur. Gak. Jangan salah paham dulu. Jadi tadi gue ke kampus, ya biasalah urusin tugas akhir, nah Thana tadi pinjem kamar kos gue dengan alasan dia suntuk dengan kamar kosnya, jadi dia butuh nuansa baru katanya, pas gue balik dia lagi tidur. Gue pernah bilang gak sih kalau Thana lagi tidur itu cantik? Enggak kan ya? Seinget gue enggak. Karena jujur emang enggak cantik woi.

Monmaap banget, tapi emang gak bisa kan dibilang cantik kalau saat tidur mulutnya sedikit terbuka, kadang berpose juga, yang akhirnya bikin berantakan satu kasur. Tapi gapapa gue masih sayang. Gue justru gemas liatnya dan bersyukur, karena Thana kalau udah tidur kayak gitu, itu artinya tidur dia nyenyak beda kalau dia tidur kalem-kalem aja, dan gue justru senang kalau Thana bisa tidur lebih nyenyak sekarang walaupun ya ini di siang hari.

"Than," panggil gue. Dia pun menoleh.

 Dia pun menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?"

"Udah beresin kasurnya, biarin nanti sama aku, sini dulu mau ngomong!"

"Bentar, dikit lagi!"

Dia melipat selimut yang tadi tercecer di lantai, gak tau deh karena dia buang atau dia tendang, gak ngerti.

Selesai melipat selimut, ia pun menghampiri gue, "Ada apa?" kini posisinya Thana setengah berdiri dengan kedua lututnya untuk memeluk gue, sedangkan gue sendiri sedang duduk bersila.

"Skripsi aku udah di Acc, sebentar lagi sidang!"

Mendengar kabar itu, Thana langsung membulatkan matanya lalu tiba-tiba berhambur ke pelukan gue, "Aaakkkk, bentar lagi Bintang jadi dokter."

Gue tersenyum membalas pelukannya, "Masih lama dong Than, masih panjang buat bisa bener-bener dapatin gelar dokter," jawab gue.

Thana melepaskan pelukan kami dan tanpa sungkan dia berubah posisi jadi duduk di atas pangkuan gue, tepat di sisi kaki gue yang bersila. Ya semoga aja gak ada yang liat dari luar karena pintunya tertutup hanya setengah.

"Gapapa, pokoknya buat sampai di sini aja kamu tuh udah keren banget Bintang, keren abis parah gokil!"
Gue terkekeh melihat gestur tangannya yang membentuk metal. Kayak biasa, randomnya gak ilang.

"Doain ya Than."

"Tanpa kamu minta aku selalu doain yang baik-baik untuk kamu yang udah super baik sama aku."

Gue tersenyum lagi, kali ini gue raih tangannya untuk gue genggam, "Makasih banyak."

"Makasih juga lebih banyak Bintang," ucapnya sebelum ia memeluk gue lagi, gue bisa merasakan bagaimana Thana mengistirahatkan dagunya di bahu gue. Tangan gue otomatis melingkar di pinggangnya, memberikan usapan lembuh dengan ibu jari gue di sana.

Tidak ada percakapan lagi selanjutnya, kami sama-sama menikmati posisi ini dengan kensunyian untuk beberapa saat sebelum Thana bersuara untuk bertanya,"Berarti kita berdua sama-sama mau sidang ya?" Oh iya, sidang Thana juga akan dilaksakan dalam hitungan hari.

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang