Dua Puluh

209 30 8
                                    

Thana Asha Kalyna

"Terus... lo mau gak jadi cewek gue?"

Gue membulatkan mata ketika mendengar pertanyaan yang sama sekali gak gue duga akan keluar dari mulut Bintang. Kalo aja gak inget ni orang ganteng, udah gue pukul mulutnya pake sendal.

"Buset, bismillah dulu bang."

"Udah dalam hati."

"Lo nih bercandanya dah makin jago ya?"

"Lo tuh yang bercanda mulu. Gue sih serius."

Gue terdiam. Sedangkan Bintang menatap gue makin dalam, menunjukan melalui matanya bahwa dia sama sekali lagi gak bercanda, karena gue gak sanggup untuk membalasnya, gue pun menundukan kepala.

"You don't deserve me, Bintang. You deserve better. Gue bakal cuma ngerepotin lo. Lo udah repot sama masalah lo, ngurusin cewek kayak gue cuma nambah beban aja."

"Gak nyambung, Than. Yang gue tanya, lo mau jadi cewek gue gak? Jawabannya cuma mau atau enggak."

"Enggak."

Tau kan kalau gue lagi bohongin diri gue sendiri?

"Kenapa?"

"Alesannya udah gue bilang tadi."

"Alasan itu gak bisa gue terima, karena itu perspektif lo, bukan gue! Kalau alasan lo karena gak suka sama gue itu baru boleh."

"Ya udah, gue gak suka sama lo!"

"Bohong! Jelas lo yang naksir gue duluan!"

Sumpah ya. Bintang jadi nyebelin banget. Kepede-an banget dah dia, tapi bener. Jadi kan sebel.

Gue merengut menatap Bintang, entah karena salah tingkah atau apa Bintang yang tadi dengan percaya diri menatap gue dengan tatapan tajamnya kini tiba-tiba memalingkan wajah sambil menggaruk lehernya.

"Pokoknya udah jelas kalau kita saling suka, Than!"

Sialan. Makin deg-degan kan gue.

Gue menghela napas, "Gue pengen jadi cewek lo Bintang. Tapi gue pengen jadi cewek lo sebagai Thana yang cukup lo kenal sebagai tetangga kosan lo, bukan Thana yang punya masa lalu kelam. Lo harusnya gak perlu kenal Thana yang itu. Thana yang itu gak seharusnya balik lagi Bi," balas gue memberanikan diri untuk menatapnya berharap bahwa dia bisa lebih mengerti maksud gue.

Tatapan Bintang berhenti lagi pada mata gue, kali ini lebih lembut,
"Gimana bisa lo bilang dia gak seharusnya balik lagi di saat dia bahkan gak pernah pergi? Lo cuma menyembunyikannya. Thana dengan masa lalu itu cuma muncul untuk dikenal sama diri lo sendiri. Di depan orang lain umpetin masa lalu lo yang sebenarnya udah sesak karena selalu ingin keluar. Than, jangan terlalu jahat sama diri sendiri. Thana yang dulu juga butuh dimaafin, butuh disembuhin, lo cuma makin nyiksa diri lo kalau biarin dia terus ada cuma untuk lo benci. Gue bisa temenin lo untuk damai sama masa lalu lo."

Ucapan Bintang kembali membuat gue nyaris kehilangan kata-kata. Hingga gue baru bisa membalas setelah menghela napas berat, "Bintang, gue udah bilang, masalah lo aja udah banyak gak perlu lah lo urusin cewek kayak gue. Coba yakinin aja dulu perasaan lo, barangkali lo cuma kasihan sama gue."

"Gue jatuh cinta sama lo," pernyataan langsung membuat jantung gue seperti ditembak saat itu juga. Kalau gue lagi berdiri, mungkin gue udah terjatuh karena lemas.

"Sama Thana yang mana?" Gue bertanya.

"Thana yang cuma Thana aja. Mau Thana yang suka cengengesan depan ibu kos, atau Thana yang suka nangis malem-malem. Gue suka sama Thana yang kuat ataupun lemah. Gue suka sama semua versi diri lo... gue jatuh cinta sama lo kak Thana Asha Kalyna."

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang