Tiga Puluh Enam

175 27 20
                                    

Thana Asha Kalyna

Gue gak tau amalan apa yang gue lakukan di kehidupan gue yang sebelumnya hingga gue bisa mendapatkan sosok seperti Bintang. Padahal gue gak berharap banyak sama dia, dari awal gue suka sama dia ya yaudah, suka aja, naksir aja, tertarik aja, buat kepikiran jadi pacarnya tuh gak sama sekali. Bukan karena gak pengen, tapi lebih ke merasa gak pantas aja. Bahkan saat gue nerima dia pun gue bakal mikir kalau ah paling ntar juga putus kalau tau gue makin dalam. Belum lagi dari tipe orangnya yang gue pikir bakal cuek terus. Jadi waktu dapatin treat sebegitu baiknya dari Bintang, unexpected tapi sangat gue syukuri.

Setelah gue menemukan bunga daisy yang ditunjukan untuk gue dari Bintang, gue pun hendak mencari sosoknya, tapi belum aja gue melangkah dan baru menoleh gue mendapati Bintang sedang berdiri menyender di pintu sambil bersedekap dada dengan senyum miringnya.

"Bintang!" Panggil gue seraya menghampirinya.

"Itu notesnya aku dapet copas ya."

"Dih? Mana ada copas, emang di google ada yang nyamain daisy sama Thana?"

Bintang terkekeh, "Sori kalau jatuhnya cringe, aku cuma berusaha buat bikin kata-kata manis aja."

"Udah manis banget ini tuh."

"Ya syukur kalau gitu."

"Kamu petikinnya kapan Bintang?"

"Kepo ah."

"Dih?"

"Gak perlu tau effortnya, simpen aja."

Oh berarti ada effortnya ya. Wow, thanks loh.

***

Bintang Abbas Adytama

Bunga yang gue petikin tengah malem itu akhirnya sampai di tangan Thana. Dia tersenyum sumringah banget pagi ini, bikin gue jadi ikut seneng juga lihatnya.

"Oke, kalo perlu aku formalin biar awet."

"Iya, boleh."

"Bintang, sini deh aku bisikin."

"Apa? Ngapain bisik-bisik? Orang gak ada oranglain juga."

"Ya udah gak usah."

Gue berdecak, "Yaudah iya, apa?" Sembari mendekatkan telinga gue ke arahnya.

"Pinjam dulu seratus."

Si anjir emang, randomnya gak ada abis. Baru aja gue mau protes, lengan gue langsung ditarik olehnya dan...

Cup...

Dia cium pipi gue, "Lop u pull, Bintang." Abis itu pergi.

Emang agak lain cewek gue, tapi boleh juga morning kissnya.

Gue melihat Thana yang udah ada halaman villa tubuhnya berbalik ke arah gue, "Udah murahan kayak gitu gue gak dikejar, hah?!"

Mendengar protesnya gue terkekeh. Gak akan Than, gak bakal gue kejar. Dia pikir dicium gitu gak bikin kaki lemes apa?

***

Gue dan Thana memutuskan untuk pulang karena Thana gak mau jalan-jalan keluar, dia masih takut buat keluar di publik, jadi tadi kami cuma jalan-jalan sekitaran kebun dan sarapan bareng aja. Buat berangkat pulang pun Thana sampai tutupin helm semuka dia dengan masker yang menutupi mulutnya juga.

Selama diperjalanan, Thana juga kayak gelisah. Misalnya waktu di lampu merah, dia bisa tiba-tiba aja menunduk sampai helm dia nabrak helm gue, bisa tiba-tiba cengkram jaket gue dengan tangannya,  karena itu pun gue tarik tangannya untuk melingkar di pinggang gue dan gue usap punggung tangan Thana untuk berusaha menenangkannya.

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang