Thana Asha Kalyna
Percaya gak kalau gue udah di dalam kosnya Bintang, di jam 11 malam dengan dia yang dari tadi menatap gue bingung.
"Lo kenapa sih?" Tanyanya.
"In short i had a bad day, gue mau lo hibur gue."
"Dih? Kenapa gue yang harus bertanggung jawab atas hari buruk lo?"
"Karena gak ada lagi yang bisa hibur gue selain lo."
"Kenapa gitu?"
"Mending lo nyanyiin gue atau gue tembak."
"Hah?!"
"Mau gak lo gue tembak jadi cowok gue?"
Wajah Bintang makin heran, "Lo sakit ya kak?"
"Iya sakit banget, jadi tolong hibur gue Bintang! Biar gak sakit lagi."
"Apa sih? Kenapa maksa-maksa?"
"Ya udah deh kalau gak mau."
"Iya emang gak mau."
"Nyebelin lo!"
Abis itu tu orang diem aja. Gue juga diem. Dia pikir gue ya udah-in terus gue pergi gitu? Ya gak lah! Minimal di ucapin selamat tidur dulu baru gue tidur.... di sini. Hehe.... bercanda. Tapi kalau Bintang mau.... boleh....
Gak deng.
Bintang yang tadi sok sibuk dengan gitarnya, gak dimainin, cuma diliatin aja kayak diperhatiin ada debu apa gak, sekarang mendengak untuk kembali menatap gue. Gue yang dari tadi emang liatin dia langsung tersenyum.
"Lo masih mau di sini?"
"Iya."
"Lo tau gak kalau lo ganggu?"
"Tau."
Tau banget Bintang. Tapi tolong deh. Dari pada gue sendirian di kamar terus gue berakhir melukis tubuh gue sendiri dengan teman sekaligus senjata gue yang tadi kan?
"Gue nyanyi 1 lagu abis itu lo balik!"
"Iya... boleh."
"Bener ya?"
"Iya."
Akhirnya Bintang mulai memetik gitarnya. Gue melihat bagaimana jarinya dengan lihai memainkan alat musik itu, sebelum disusul oleh suara merdunya dan lagi.... lagu yang ia pilih. Kenapa deh... kenapa selalu yang relate ke gue?
Living all alone kinda forgot it's been that long
Since someone's gone
I've been trying to be a little bit strong
And it is not that easy to be exactly who I was
My shit is done
Now it's time for me try to moving onKenapa Bintang berucap seolah dia gak peduli sama gue, dia gak mau tau soal gue yang punya hari buruk, dia terganggu dengan gue yang membutuhkan orang untuk menjadi distraksi gue tanpa sepengetahuan dia. Tapi kenapa lagu yang dia pilih lagi-lagi yang mewakili gue? Gak Thana. Harusnya lo gak perlu mikir terlalu jauh dan kegeeran Than. Mungkin bukan karena Bintang mengerti elo, tapi gimana kalau Bintang juga lagi rasain apa yang lo rasain? Gimana kalau Bintang juga ternyata relate dengan lagu-lagu yang dipilih? Gimana kalau hidupnya Bintang sebenarnya gak seterang namanya?
'Cause if you think I'm such a happy person, no
You are wrong by saying my laughter is
Louder than yours, shut your freakin' mouth
No one knows what I feel and what I suffer
No they dont know, so keep your thoughts
And stop assuming that, someone is always fineBener gitu gak Bintang? Atau lagu ya cuma lagu aja yang gak punya arti spesifik untuk lo nyanyiin? Kalau gue menyembunyikan semua luka gue dengan topeng bahagia. Tapi Bintang, misalnya dia benar punya satu luka yang dia simpan hingga membuat dirinya gak baik-baik aja, dengan perangainya yang dingin dan cetus, menurut gue Bintang lebih pandai menyembunyikannya. Karena disaat ia bernyanyi seperti ini, gue bisa merasakan keprofesionalan dia dalam bernyanyi seolah yaudah dia emang lagi nyanyi aja, tapi di sisi lain gue juga merasakan bagaimana suaranya yang berpadu dengan lirik itu terasa menyampaikan sebuah pesan. Jadi sebenarnya lo yang mana Bintang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (END)
Fanfiction"Bintang, lo terang banget. Mau ya jadi rumah buat gue yang hidupnya gelap ini?" - Thana "Gue gak seterang itu, kak. Gue bintang yang redup." - Bintang