Bintang Abbas Adytama
Motor yang gue kendarai berhenti tepat ketika gue yang datang bersama Thana sampai di kosan kami. Thana turun dari motor, dia berdiri menunggu gue memarkirkan dan turun dari motor.
"Bintang..."
"Ya?"
"Makasih."
"Iya, santai, kan sekalian balik."
Thana tersenyum, "Bukan itu."
"Terus apa?"
"Makasih karena gak tanya apapun."
"Gue masuk ya?"Gue gak melihat Thana yang penuh energi, gue gak lihat Thana yang suka menyengir, gue gak lihat Thana yang suka menggoda gue. Yang ada cuma Thana, dengan bahunya yang tampak turun juga wajahnya yang murung.
"Boleh gue tanya satu hal aja ke lo, kak?" Tanya gue ketika Thana baru aja berbalik dan mengambil satu langkah untuk pergi meninggalkan gue.
"Apa?" Dia menoleh dan bertanya.
"Lo... baik-baik aja?"
Thana tersenyum tipis, "Enggak, Bintang."
"Lo...."
"Satu pertanyaan aja kan?" Thana memotong ucapan gue yang selanjutnya.
"Apapun yang bikin lo penasaran, simpen aja ya."
"Sekali lagi, makasih, Bintang."Thana pun melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam kamar kosnya.
Padahal gue gak mau bertanya lagi. Padahal tadi gue cuma mau bilang, "Lo kalau butuh ditemenin, boleh ke gue."
Karena gue merasa seperti saat dia dibegal dan dia yang tiba-tiba datang ke gue, minta dinyanyiin gue rasa Thana sedang ketakutan dan dia butuh teman, sama seperti tadi, Thana terlihat ketakutan dan gue kira dia butuh ditemani juga kayak waktu itu. Tapi Thana justru pergi gitu aja.
Entah karena Thana gak betulan takut, atau justru ini lebih menakutkan lagi baginya.
Karena bagaimana enggak? Gue merasakan cengkramannya pada jaket gue, gue bisa mendengar bagaimana bicaranya yang jadi tidak lancar, terpatah-patah seperti ia kesulitan bernapas, ketika ada dua orang yang tiba-tiba menyapa Thana, mengakui kalau mereka adalah om dan tantenya Thana. Berbeda dengan mereka yang antusias bertemu Thana kembali, Thana justru berbanding terbalik. Gue melihat ketakutan itu. Gue merasakan kegelisahan itu. Walaupun sebenarnya gue gak tau penyebabnya apa.
Tapi gue seperti mengerti situasinya, gue jadi teringat dengan diri gue sendiri ketika gue bertemu Papa.
"Thana, gue harap mereka bukan orang yang pernah menyakiti atau melukai lo."
***
Hari ini gue gak ada bimbingan, atau kegiatan lainnya, gue juga lagi mager banget buat keluar jadi sampai jam menujukan pukul 12 siang, gue masih setia rebahan di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar sebelum pikiran gue terisi oleh seseorang yang gak tau kenapa tiba-tiba mampir di kepala gue.
Tok...tok...tok
"Bintang!!!"
"Main yuk!"Gue nyaris menampar diri gue sendiri ketika suara dari sosok yang mampir di kepala gue tadi terdengar secara nyata bersama dengan suara ketukan pintu.
Gue bangkit untuk membukakan pintu kamar gue untuk kemudian mendapati sosoknya yang menyambut gue dengan senyuman cerahnya sambil menyodorkan sekotak salad buah.
Iya. Thana orangnya.
"Siang Bintang, kata Hoshi sebenernya lo suka banget sama salad buah, jadi gue buatin yang ukuran large buat lo."
"Semoga suka ya saladnya, fresh from the oven banget loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (END)
Fanfiction"Bintang, lo terang banget. Mau ya jadi rumah buat gue yang hidupnya gelap ini?" - Thana "Gue gak seterang itu, kak. Gue bintang yang redup." - Bintang