Extra Chapter #10

150 23 12
                                    

Fariz Ikbar Adytama  (Fariz) - 20 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fariz Ikbar Adytama  (Fariz) - 20 tahun

Fariz Ikbar Adytama  (Fariz) - 20 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleta Orla Adytama (Lala) - 15 tahun

***

Bintang Abbas Adytama

"Maaaa!!! Kaos kaki abang dimana ya?"

"Di laci lemari bang!!"

"Mama!!! Gitar aku di mana ya Ma?"

"Loh, adek taruhnya dimana? Masa barang segede itu bisa ilang?"

"Abang pinjem ya?"

"Ih enggak!"

"Bohong!"

"Kagak buset!"

"Terus dimana?"

Tidur gue yang baru 3 jam itu terganggu ketika mendengar keributan itu di luar sana. Gue hanya menghela napas, ya... gak heran lagi memang, keributan yang selalu terjadi di pagi hari.

Gue bangkit untuk duduk di atas kasur, menahan pening di kepala karena terbangun tiba-tiba dan baru tidur sebentar.

Mata gue langsung menangkap sebuah benda yang tadi dibicarakan... gitar. Ternyata gitar itu ada di sini. Gitar milik gue yang gue turunkan pada Aleta Orla Adytama atau Lala, puteri satu-satunya gue.

Gue turun dari kasur, mengambil gitar itu dan keluar dari kamar. Mereka masih ribut di luar sana, anak-anak yang saling menuduh dan mamanya yang kewalahan melerai.

"Kalo mau berantem, yuk Mama sediain sumpit sama sendok," gue terkekeh ketika melihat Thana yang betulan menyodorkan sendok dan sumpit kepada dua anaknya untuk menjadi senjata mereka bertengkar.

"Ma! Ini disuruh berantem apa makan?" Balas Fariz.

"Ide bagus, lebih baik makan dari pada berantem!"

"Gak jelas nih mama kamu La!"

"Mamanya bang Fariz juga!"

Gue masih memerhatikannya dari jauh sambil terkekeh, sebelum mendekat sambil bicara, "Heh! Begitu-begitu juga isteri papa!"

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang