Tujuh Belas

135 25 6
                                    

Thana Asha Kalyna

"Wah neng mitosnya kalau lampu pecah berarti ada makhluk halus," gue memicingkan mata ketika mendengar komentar ibu kos yang ada di samping gue setelah gue panggil karena lampu kamar mandi gue tiba-tiba pecah.

"Yang bener aja bu, jangan nakutin dong," sungut gue.

"Beneran loh, kata orang."

"Itu mah tahayul bu, saya lebih percaya Byun Baekhyun dari Exo itu calon suami saya."

"Justru itu yang lebih tahayul!" gue terkekeh.
"Ya udah nanti ibu suruh tukang ya buat ganti lampunya."

"Oke bu."

Bukannya pergi, si ibu kos malah menatap gue lamat-lamat. "Kamu sekarang gimana, Thana?'

Gue menyatukan alis ketika mendengar pertanyaan seperti itu dari ibu kos. Setelah beberapa detik, gue baru paham dan ingeti kalau ibu kos mengetahui tentang luka gue, beliau juga yang ikut mengantar gue ke rumah sakit bersama Bintang.  Bintang sempat menceritakannya. Jadi gue cuma tersenyum tipis, "Baik kok bu."

Jujur aja gue merasa kurang nyaman ketika orang lain tau mengenai ini. Rasanya kayak kepergok berbohong. Sekarang ada Bintang dan ibu kos yang tau kalau Thana yang mereka lihat bukanlah Thana yang sebenarnya. Thana yang sebenarnya adalah Thana yang mereka temui malam itu, Thana dengan luka-lukanya yang jelek di tubuhnya.

"Kalau butuh apa-apa bisa ke ibu ya?"

Gue menyengir, "Gak nyesel nih ngomong gitu bu?"
"Kalau saya butuhnya rumah dan mobil gimana?"

Tak....

Aduh. Gue dijitak.

"Cari suami kaya kalau mau itu!"
"Saya serius loh Thana, maksudnya kalau kamu ada kesulitan jangan sungkan buat minta bantuan ke saya."

Sambil tersenyum lagi, gue menjawab, "Iya, ibu. Makasih banyak ya."

"Btw, kamu pacaran ya sama Bintang?"

Pertanyaan apa lagi ini.

"Hah? Gak lah! Gosip dari mana lagi?"

"Ya abis saya perhatiin Bintang kayak panik banget waktu mau bawa kamu ke rumah sakit, dia juga bela-belain nungguin kamu sampe besok, nemenin kamu semaleman, masa yang kayak gitu bukan pacaran?"
"Terus akhir-akhir ini kayaknya kalian lebih akrab, biasanya kan liat muka kamu si Bintang mukanya asem banget."

Bombastic side-eyes gue jadi muncul untuk menatap ke si ibu kos. Bener-bener ya, perasaan gak segitunya. Emang si Bintang aja yang mukanya datar.

"Ya Allah bu, jadi ibu mau prihatin apa mau menghina saya?"

"Hehe... bercands Thana, saya malah seneng kalau kamu sama Bintang deket."
"Nah nanti Dimas tinggal deket sama saya."

Gue ngucap dalem hati. Tiba-tiba jadi parno, takut adik gue kena santet beneran sama si ibu. Mon maap banget ini mah jadi suudzon.

"Haha... omong-omong soal Dimas, kalau ketemu, ibu jangan kasih tau dia soal saya ya."

Si ibu memberikan tatapan itu lagi. Tatapan kasihan pada gue, "Tapi Thana..."

"Tolong banget ya bu. Saya gak mau Dimas tau."

Si ibu menghela napas, "Yaudah, gimana baiknya kamu."

Gue tersenyum lebar, "Makasih banyak bu."

Si ibu pun akhirnya pamit untuk segera memanggilkan tukang yang akan membetulkan lampu kamar mandi gue.

Sambil menunggu, gue pun berdiri di ambang pintu melihat ke sekitar kosan yang tampak sepi. Ini weekend deh perasaan, tapi kenapa kosan sepi banget kayak gak ada penghuni ya? Termasuk tetangga gue samping gue, siapa lagi kalau bukan Bintang. Hari ini gue belum lihat dia. Terakhir tuh, gue lihat malam kemarin sepulangnya gue kerja, dia lagi ngerokok di depan. Gue menghampiri untuk duduk di sampingnya. Tapi sebelum itu gue melihat dia yang hendak mematikan rokoknya.

Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang