🌼3🌼

3.1K 331 21
                                    

Sabtu, April 2023.

Gerimis turun dalam perjalananku pulang bekerja. Aku mempercepat laju motor melewati area pemukiman warga untuk nantinya menembus ke jalan raya. Jalan satu arah memang membuatku harus memutar untuk sampai ke jalan raya.

Kuharap aku berhasil pergi jauh menghindari hujan. Tapi, begitu keluar dari pemukiman warga... aku tersadar kalau aku tidak ke mana-mana. Aku masih berdiri di bawah langit hujan yang sama. Aku bahkan bisa melihat rumah sakit tempatku bekerja dari tempatku berada.

Mungkin, mencintai Rodie sama halnya dengan yang kualami sekarang. Aku memikirkan hal itu sembari memacu kendaraan menembus hujan.

Menurutku, mencintainya sama seperti berlari di dalam lingkaran. Aku berusaha berlari menjauhinya, tapi sejauh apa pun aku berlari... aku hanya akan menemui titik awal.

Aku tidak akan sampai ke mana pun selama rutenya adalah lingkaran. Semuanya hanya akan membentuk sebuah rantai; jatuh cinta - diabaikan - membencinya - jatuh cinta - diabaikan. Berulang tanpa akhir.

Kuharap suatu hari nanti aku bisa berhasil keluar dari lingkaran itu dan sungguh berlari sejauh mungkin.

Hari sudah gelap ketika aku tiba di rumah. Malam aku habiskan dengan beristirahat. Pada saat-saat seperti ini biasanya perasaanku jadi lebih mellow memikirkan kisah cintaku yang mengenaskan. Aku memendam rindu yang tak bisa kujelaskan tentang kehadiran sosok seperti Rodie. Keadaan itu bertambah parah karena aku tidak bisa melakukan apa pun. Aku bukan tipe wanita yang akan mendekati Rodie sebesar apa pun perasaanku padanya. Sebab aku mau bersabar atas sesuatu yang tak kumiliki.

Terkadang untuk mengobati rasa rindu... aku memandangi foto profil whatsapp Prof Rodie sambil mendengarkan lagu-lagu romantis. Seketika saja semua lagu cinta di dunia seakan tercipta untuknya. Aku sengaja memandangi wajah pria itu terus menerus sampai dia terlihat buruk di mataku. Sampai aku sadar kalau wajahnya ternyata tidak setampan itu. Semakin aku memandangi wajahnya, semakin aku sadar bahwa mungkin aku hanya terpengaruh rasa kagum sesaat.

Malam ini aku berhasil melihat kekurangan di wajahnya: matanya telah sayu dan alisnya mengerut. Rasa cintaku mungkin berkurang dan aku bosan.

Tapi... entah kenapa aku yakin besok aku akan jatuh cinta padanya lagi, membentuk rantai dalam lingakaran yang tak ada habisnya.

-o0o-

Prediksiku tidak meleset.

Aku masih terpaku begitu melihatnya melintas kendati dia tidak pernah melihatku. Dia yang nyata selalu berhasil membuatku terpesona meski kemarin aku merutuki fotonya habis-habisan.

Hari ini dia mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak kecil berwarna gelap. Dipadukan dengan celana jeans kelabu kelam. Kancing kemeja paling atasnya terbuka, menampilkan leher dan sebagian kulit dadanya yang berwarna kuning langsat. Tidak begitu kencang seperti kulit yang kupunya. Miliknya lebih matang.

Dia sibuk membenahi lengan kemeja sembari berderap di lorong rumah sakit. Sampai suatu waktu langkahnya terhenti.

"Prof Rodie! Sehat?"

"Eh, dokter Gamma. Sehat, dok. Mau praktek?"

"Nggak, ini baru selesai, Prof. Sekarang rencananya saya mau jemput istri."

"Dokter Siti praktek di mana memangnya, Dok? Masih di rumah sakit ini? Atau sudah pindah?"

Setahuku, dokter Siti adalah istri dokter Gamma.

"Masih di sini. Sekarang juga sedang praktek."

"Oh? Kenapa atuh dijemput sekarang? Ada keperluan mendadak?"

Bukan Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang