🌼49🌼

2K 298 90
                                    


Malam tadi aku memimpikan Ian lagi. Di sana dia menggenggam tanganku selagi kami berjalan. Aku tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini aku selalu memimpikannya. Mungkin alam bawah sadarku terlalu menginginkan Ian sehingga dia selalu hadir dalam mimpiku.

Hari ini aku masuk kerja seperti biasa. Aku sempat melihat Rodie melintas ke ruangannya ketika aku di nurse station, setelahnya aku tidak tahu apa-apa lagi sebab aku tidak peduli. Aku memilih fokus mengerjakan tugasku. Begitu sadar dan melihat sekitar, aku merasa ada yang aneh. Ataukah ini hanya perasaanku saja?

Orang-orang melihat ke arahku dengan tatapan sinis. Tidak ada senyum sama sekali. Setiap petugas yang mampir ke nurse station pasti mengobrol ramah dengan Siska, tapi mengabaikan keberadaanku. Aku mulai bertanya-tanya apa yang salah dengan diriku?

Sudah cukup aku diabaikan Rodie. Sekarang orang lain juga melakukan itu padaku?!

"Toh, kenapa ya orang-orang pada jutek ke aku? Tadi waktu ada dokter residen obgyn datang juga nggak saling sapa sama sekali."

Kulihat Itoh memandangku prihatin. Sepertinya dia tahu sesuatu, tapi merasa tidak enak mengatakannya padaku.

"Teh Nana—hmm, sebenernya...."

"Apa?"

"Kemarin Bu Yati datang ke sini buat ketemu Prof Rodie. Terus sambil nunggu Prof Rodie selesai praktek, dia ngobrol sama Enin Rini. Kamu tau sendiri kan kalau Enin Rini itu biang gosip banget. Mulutnya lemes banget."

"Iya. Emangnya mereka ngomongin apa?"

"Aku juga tau dari Enin Rini ya, Na. Bu Yati bilang dia pernah mergokin kamu sama Prof Rodie mesum di ruangannya. Pelukan sambil cium-ciuman gitu. Padahal saat itu kamu udah punya suami. Nah, siangnya kamu langsung kena azab. Suami kamu meninggal. Kata Bu Yati, Ramina kena azab suaminya meninggal karena Ramina mesum di ruangan Rodie. Gitu."

"Astagfirulloh. Dia bilang gitu?!"

"Iya. Maaf ya, Na. Aku juga antara percaya dan nggak sih."

"Pantesan seisi rumah sakit kayak sinis ngeliat aku. Apa gosip ini udah nyebar ke seluruh RS?"

"Aku nggak tau sih, Na. Tapi kan kamu tau sendiri kalau Enin Rini itu ribut banget kalau ada gosip hot. Kayaknya... seisi RS udah tau skandal kamu."

"Hah..."

Jantungku rasanya mau copot.

Pantas saja seharian ini aku merasa auranya berbeda. Orang-orang melihatku dengan tatapan tidak suka. Ah, Yati licik. Dia tahu siapa yang harus dia beritakan tentang kejadian itu. Enin Rini dipilihnya karena memang mulut wanita tua itu seperti ember bocor.

Aku sama sekali tidak kepikiran kalau kejadian itu akan tersebar. Kukira Yati akan melupakannya begitu saja waktu memergoki kami. Toh, dia sudah tidak ada hubungan apa pun dengan Rodie maupun aku. Aku juga tidak pernah membeberkan gilanya Rodie pada siapa pun. Aku berusaha menutupi kejadian itu. Tapi ternyata Yati tidak puas sebelum melihat aku menderita.

Detik itu jantungku langsung berdegup kencang karena tidak menyangka. Aku benar-benar malu. Harga diriku rasanya benar-benar hancur.

Aku berusaha berpikir positif. Ah, mungkin hanya segelintir orang yang tahu tentang gosip itu. Tapi, keadaan orang sekitarku seolah meruntuhkan keyakinanku.

Bukan Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang