Rodie tidak praktek lagi.Kali ini dia dirawat di rumah sakit. Aku mendengar selentingan kabar bahwa dia dan Yati bercerai. Aku tercenung, menyadari betapa Rodie mencintai Yati sampai-sampai Rodie masuk rumah sakit ketika berpisah dengan wanita itu.
Jangankan Rodie, kabar perceraian itu juga membuatku benar-benar kaget. Entah apa yang terjadi dalam pernikahan mereka. Aku penasaran apa alasan mereka bercerai. Apalagi aku tahu Rodie sangat lengket dengan Yati. Tentu saja aku heran mengapa mereka akhirnya berpisah.
Apa mungkin karena Rodie yang selingkuh lagi? Atau mungkin sebaliknya? Yati yang mengkhianati Rodie? Tapi kurasa mustahil lelaki kardus seperti Rodie dipermainkan perempuan. Dia selalu jadi pihak yang mempermainkan. Aku angkat topi jika Yati bisa mempermainkan Rodie. Wanita itu berarti benar-benar jalang.
Petugas poli klinik bergantian menjenguk Rodie. Hanya aku yang tidak datang. Lagi pula, kehadiranku tidak akan membawa pengaruh apa pun. Jadi kuputuskan untuk tidak menjenguknya.
"Nana!"
Aku menoleh ketika Bu Rosy menyerukan namaku.
"Iya, Bu?"
Wanita itu berjalan cepat menuju aku dengan wajah berseri-seri.
"Tengok Prof Rodie!" katanya.
"Biar diwakilkan sama temen-temen yang lain aja, Bu. Hehehe."
"Eh, sini!"
Bu Rosy melambaikan tangannya, mengisyaratkanku mendekat. Dia bicara pelan padaku.
"Tadi Prof Rodie tidur sambil ngigau, Na! Dia manggil nama kamu. Nana-Nana, gitu katanya!"
"Hah? Bukannya dia baru cerai sama Bu Yati ya? Kenapa jadi nama aku yang disebut?"
"Iya, dia emang baru cerai sama Bu Yati. Tapi kayaknya dia sakit bukan karena itu deh, Na! Dia sakit karena kemarin keseleo, terus banyak pikiran dan pisah sama kamu!"
Aku mengerutkan dahiku bingung.
"Ibu serius! Tanya aja sama yang jaga di rawat inap. Prof Rodie terus aja ngigau nama kamu. Seenggaknya kamu temui dia dulu supaya pikiran Prof Rodie tenang. Ibu harap dengan cara itu Prof Rodie bisa pulih dengan cepat."
"Ramina!"
Aku melihat seorang sepuh datang menghampiriku. Dia kepala ruangan tempat Rodie dirawat.
"Eh, Bu Rosy. Udah disampaikan kepada Ramina, Bu?"
"Sudah. Sudah saya sampaikan," jawab Bu Rosy.
"Jadi begitu keadaannya, Na. Sama seperti yang tadi Bu Rosy sampaikan. Prof Rodie terus mengigaukan nama kamu dari hari pertama dirawat. Awalnya kami pikir hanya mengingau biasa. Tapi ternyata setelah kami kaji lebih lanjut, ternyata permasalahan ini menjadi salah satu alasan Prof Rodie jatuh sakit. Mentalnya tertekan. Untuk itu kami mau mengajak kamu menjenguk Prof Rodie. Temui dia. Mudah-mudahan dengan cara ini Prof Rodie bisa kembali pulih."
Aku terdiam beberapa saat.
"Saya ijin dulu sama suami saya ya, Bu."
Kepala ruangan itu seperti baru teringat.
"Ah, iya. Kamu sudah menikah ya?"
Aku mengangguk samar.
"Sulit juga ya," gumamnya.
Aku pulang sambil terus memikirkan permasalahan ini. Jujur aku dilema. Pihak rumah sakit mengharapkan kontribusiku pada kesembuhan Rodie. Sementara di sisi lain, aku sudah memiliki Ian yang harus kuhormati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
Roman d'amourAku mencintainya. Aku mengaguminya. Aku menginginkannya, tapi di sini aku bukan pemeran utama. 25/3/2023