🌼11🌼

2.6K 368 95
                                    


Bukan ini yang kuinginkan. Pak Tarno jadi intens menanyaiku pada Itoh semenjak tahu kalau aku menyukai Rodie. Mungkin Pak Tarno kira... dia punya kesempatan karena tahu aku suka lelaki yang jauh lebih tua. Padahal aku juga punya kriteria tersendiri, bukan sekadar melihat usia tua.

"Na! Liat, Na! Pak Tarno nanyain kamu lagi."

Itoh menunjukkan layar ponselnya. Kulihat pesan.

Pak Tarno
Neng Itoh, ada Teh Nana?

Itoh
Ada pak.
Kenapa?

Pak Tarno
Teh Nana nuju naon?
(Teh Nana lagi apa?)

Itoh
Nuju damel, Pak
(Lagi kerja, Pak)

"Ihhh, apa maksudnya nanyain aku? Emang mau ngapain?!"

"Nggak tau, Na. Dari waktu itu Pak Tarno nanyain terus. Kan dia bilang, jangan suka sama Bapak. Suka sama dia aja, ceunah. Mungkin karena itu dia nanyain kamu terus."

"Ya ampun. Udah nggak usah dibales lagi kalau nanyain aku, Teh. Ngapain coba?!"

"Iya, siap, Na!"

Jujur... aku jadi ngeri sendiri. Memangnya dia akan melakukan apa kalau tahu aku ada di sini? Pakai acara menanyaiku segala.

Ini bukan pertama kali aku didekati lelaki lansia. Sebelumnya aku pernah begini juga. Mungkin karena seleraku tua, sehingga aura yang kupancarkan memantul pada lelaki tua sehingga yang datang juga lelaki tua. Tapi sekali lagi... bukan ini yang kuinginkan.

Dalam sekejap mata, Rodie melintas di hadapan kami menuju ruangannya. Aku dan Itoh diam terpaku. Lelaki itu hanya mengangguk sopan pada Itoh, sementara aku? Tentu saja dia lewatkan. Dianggap tidak ada.

Lama-lama aku terbiasa....

"Bu, ini oleh-oleh dari bapak waktu kemarin ke Jakarta."

Pak Tarno datang tak lama kemudian di belakang Rodie. Pria itu menyerahkan bungkusan besar pada Enin Rini. Kilihat raut Enin Rini sontak sumringah.

"ADUH, HATUR NUHUN! BAKAL IBU BAGI DUA SAMA NENG ITOH!"

Cih, lihat perangai ibu tua itu. Dengan bangganya dia membesarkan volume suara karena diberi Rodie.
Dengan bangga pula dia mengatakan bahwa oleh-olehnya hanya akan dia bagi dua. Tidak membagiku.

"Neng, ini oleh-oleh dari Prof Rodie. Simpen ya. Kita bagi dua. Ibu masuk ke ruangan Prof Rodie dulu."

"Oh, iya, Bu."

Kulihat kantong besar itu di bawah meja Itoh. Isinya banyak sekali.

"Teh Nana mau nggak? Bagi dua aja sama aku," katanya sembari menyodorkan sekantong keripik dan makanan lainnya.

"Nggak usah, Teh. Lagian kan Prof Rodie ngasihnya buat kalian. Bukan buat aku."

"Nggak apa-apa! Jatah aku biar dibagi dua aja sama Teh Nana!"

"Nggak perlu. Nggak enak juga sama Teh Itoh dan yang lainnya. Aku nggak mau memaksakan diri kalau emang nggak dikasih sama yang punya acara."

"Serius, Teh? Aku jadi nggak enak."

"Serius! Aku nggak apa-apa kok."

"Maaf ya Teh Nana."

Aku mengangguk sambil tersenyum, kendati sebenarnya hatiku teriris. Sudah sejak dulu Rodie selalu berlaku begini padaku. Ditambah lagi kelakuan Enin Rini yang sangat posesif, seakan tidak mau mengijinkan aku mengenal dokter obgynnya sedikit pun.

Bukan Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang