Aku menopang dagu sembari mengamati gosip yang beredar di sosial media. Tersiar kabar artis yang berselingkuh. Di situ aku melihat wajah pelakor yang mirip dengan istri sah. Kusimpulkan bahwa sang lelaki memang memiliki ketertarikan pada wanita berwajah setipe.Aku jadi teringat Rodie yang dulu menyukaiku karena katanya aku mirip dengan Issa. Mungkin tipe wajahku dan Issa memang selera Rodie. Tapi kemudian aku teringat Yati. Dari segi mana pun aku tidak melihat kemiripan antara Issa dan Yati. Yati satu-satunya istri Rodie yang berbeda sendiri. Dia tua, bau badan, tidak punya harga diri dan berhati busuk. Kalau dijajarkan seperti mawar (Issa), mawar (aku), lantas bunga bangkai (Yati). Perbandingannya anjlok sekali.
Sampai sekarang aku tidak mengerti kenapa Rodie bisa tergila-gila pada Yati. Tapi, kalau kupikir-pikir dan kuposisikan diriku sebagai lelaki, sebetulnya aku tahu alasan Rodie cinta mati pada Yati. Tentu karena wanita itu memiliki dada sebesar buah kelapa. Ditambah lagi Rodie kagum pada kegigihan Yati berjuang mengarungi hidup yang keras, sehingga munculah rasa kasihan yang kemudian menjadi kasih sayang di hati lelaki itu.
Ah, aku jadi teringat sesuatu.
Kulihat sosial media Yati untuk mendapat kabar terbarunya. Ternyata sekarang dia telah memiliki lelaki baru yang lebih muda dari Rodie. Mereka ternyata sudah menikah dengan acara sederhana. Foto-foto mesra mereka terpajang di instagram Yati. Ada yang sedang berpelukan. Ada pula yang sedang mencium pipi satu sama lain. Dan... ada pula foto mereka berciuman bibir.
Hoek, cuih. Menjijikan sekali. Rasanya aku ingin muntah melihat kemesraan yang mereka yang umbar.
Tapi setidaknya Yati tidak akan mengganggu aku lagi kalau sudah begini. Kami sudah benar-benar tidak ada urusan karena sudah bahagia dengan pasangan masing-masing.
Rodie apa kabar, ya? Sepertinya dia cemburu buta kalau melihat foto-foto Yati. Apalagi kulihat suami baru Yati lebih gagah. Badannya bagus dengan dada bidang dan tubuh tinggi besar.
Apa ini yang membuat Rodie dan Yati bercerai? Karena Yati sudah punya lelaki yang lebih perkasa di ranjang. Sebab aku yakin itu yang Yati cari karena dia memang gila seks.
Sudahlah. Aku tidak mau membebani pikiranku dengan semua pikiran sampah itu.
Kuletakkan ponselku ke dalam saku seragam kerja. Sebentar lagi jam tiga sore. Aku akan menunggu Ian menjemputku pulang. Syukurlah sekarang aku sudah terlepas dari belenggu Rodie dan menemukan kebahagiaan lewat kehadiran Ian. Bagiku... Ian itu seperti perpanjangan tangan Tuhan. Hanya dengan melihatnya hatiku merasa tentram. Kalau bersama Ian, aku tidak khawatir dia mengkhianatiku.
"Ramina!"
Aku menoleh gelagapan. Enin Rini memanggilku.
"Kamu dipanggil ke ruangan Prof Rodie."
"Eh, ada apa, Bu?"
"Nggak tau. Masuk aja, Na."
Aku langsung mengingat-ingat apa aku membuat kesalahan.
"Permisi."
"Iya, silakan masuk, Non. Tutup pintunya."
Perasaanku semakin tidak enak. Sepertinya Rodie akan menegurku. Atau bahkan marah atas segala kesalahanku dalam bekerja. Tapi aku masih mencoba mengingat-ingat letak kesalahanku.
"Silakan duduk."
"Iya, terima kasih, Prof. Ada apa?" tanyaku hati-hati.
"Jadi begini, Non. Saya mau ngomong serius sama kamu. Saya minta maaf kalau selama ini saya abai sama kamu. Saya sudah berlaku tidak adil sama kamu. Mungkin kamu juga menyadari itu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
RomanceAku mencintainya. Aku mengaguminya. Aku menginginkannya, tapi di sini aku bukan pemeran utama. 25/3/2023