🌼44🌼

1.9K 327 123
                                    


Sebisa mungkin Rodie berusaha melupakan Ramina. Meskipun tidak mudah, tapi seiring waktu Rodie mulai terbiasa. Dia sengaja tidak menatap Ramina ketika mereka berpapasan. Lelaki itu tetap menatap ke depan, berjalan dengan cepat tanpa menoleh sama sekali. Rodie berjalan tanpa menengok Ramina ketika meninggalkan rumah sakit. Dia berusaha tak peduli wanita itu pulang naik apa dan dengan siapa. Setiap ada acara di rumah sakit yang mengharuskan mereka bertemu, maka Rodie menganggap Ramina tidak ada.

Seperti dulu, Ramina jadi satu-satunya orang yang tidak Rodie sapa ketika Rodie menyapa yang lain. Semua orang Rodie berikan senyuman, tapi Ramina tidak. Hanya Ramina yang tidak Rodie undang dalam acara peresmian tempat praktek miliknya dan Yati. Bahkan pada suatu malam, Rodie membagikan kue pemberian pasien pada tenaga kesehatan yang bertugas, kecuali Ramina. Hanya Ramina yang tak diberi.

Yang menjadi fokus Rodie saat ini hanyalah Yati seorang. Ketika melamun memandangi wajah Yati yang terlelap, Rodie sadar bahwa dirinya jatuh cinta setiap hari pada wanita itu. Rasa yang selama ini selalu dia kira sebagai belas kasihan, ternyata adalah rasa cinta yang teramat dalam.

Seharian ini Yati kerepotan menangani pasien yang datang. Tak heran jika wanita itu sudah tidur sejak pukul tujuh malam karena kelelahan. Bahkan dia tidak sempat menyambut Rodie yang baru pulang dari rumah sakit.

Begitu tiba di rumah kecil, Rodie mendapati Yati sudah tertidur pulas. Lelaki itu tersenyum kecil. Dia berjalan dan merebahkan diri di kasur dengan hati-hati karena tidak ingin membangunkan istri tersayang, satu-satunya yang dia miliki.

"Capek ya, Mom?" bisik Rodie sembari mengusap rambut Yati pelan. Yati masih tetap terlelap tanpa terganggu sama sekali.

"Pasiennya tadi banyak ya? Pasien saya hari ini juga banyak. Maaf saya jadi pulang kemalaman sampai kamu ketiduran. Pasti capek sekali ya, Mom?"

Yati tidak juga bangun. Wanita itu masih terlarut dalam mimpi.

Rodie tersenyum, berpikir bahwa mungkin inilah akhir cintanya. Dia ditakdirkan mencintai Yati saja. Bukan Issa, bukan pula Ramina.

Lelaki itu menoleh, melihat ponsel Yati yang terasa menarik perhatiannya. Diraihnya ponsel itu. Kuncinya terbuka. Rodie iseng melihat isi chat Yati. Digulirnya ponsel itu sambil mengulum senyum, tapi perlahan senyumnya memudar ketika membaca percakapan Yati dengan seorang pria.

Mardiansyah
Sayang, lagi apa?

Yati
Lagi diem aja. Capeeek.
Tadi pasiennya banyak, Yah

Mardiansyah
Istirahat ya.
Gimana yang kemarin?
Puas ga, Yang?

Yati
Ya gitu aja.

Mardiansyah
Kenapa kok jawabnya gitu.
Bukannya kamu ngga puas sm suami kamu.

Yati
Jangan bahas itu..

Mardiansyah
Knp?

Yati
Males..
Bahas ttg kita aja, Yah.

Mardiansyah
Ok🤫
Sabtu mau ktmu lgi?

Yati
Boleh...
Jam brapa?
Di hotel yg kemaren?
Jangan lebih dr jam 7 mlem ya.
Rodie pulang jam sgitu..

Mardiansyah
Kalau bisa sih kita ketemunya yang lama, Yang,
Dari jam dua siang aja bisa?
Biar lama mainnya.

Bukan Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang