🌼55🌼

2.3K 307 121
                                    


Hari ini Yati ke rumah sakit lagi, entah untuk urusan apa. Aku curiga dia memang sedang berusaha mendekati Rodie kembali, makanya dia bersikap caper begitu.

Sudah tidak aneh.

Yati memang tidak tahu malu. Dia selalu menulis kata-kata bijak dan penuh cinta untuk anaknya di sosial media, yang menggambarkan Yati sangat sayang pada sang anak. Tapi di dunia nyata, dia justru berlaku gatal pada lelaki lain. Sangat tidak mencerminkan rasa sayang dan menghargai anak. Kalau aku jadi anaknya, tentu aku malu dan merasa seperti dilempar tahi rusa kalau punya ibu gatal macam Yati.

"Bu Bidan Yati!"

"Eh, Bu Enin. Saya ikut nunggu di sini, ya."

"Silakan, Bu. Mau ketemu Prof Rodie?"

"Ah, nggak. Ini lagi nunggu dijemput suami. Tadi saya abis ikut interview. Kemarin saya liat ada lowongan kepala ruangan VK di rumah sakit ini. Kebetulan saya memenuhi kualifikasi karena sebelumnya saya pernah jadi kepala ruangan VK."

"Oh begitu. Semoga keterima ya, Bu. Nanti jadi sering ada di rumah sakit ini ya, Bu."

"Hehe, iya."

Aku melirik Enin Rini. Dia terlihat sumringah sekali mendengar kemungkinan Yati bekerja di sini, padahal aku tahu Enin Rini hanya berkamuflase. Jelas-jelas kemarin Enin Rini menjelek-jelekkan Yati sampai skandal hubungan badan Yati dengan lelaki lain tersebar seantero rumah sakit.

"Dokter Liesa masih sering ke sini, Bu?" tanya Yati.

"Nggak begitu. Beliau datang ke sini kalau berobat aja. Kan beliau rutin kontrol ke Prof Rodie. Kenapa gitu, Bu?"

"Saya penasaran saja. Asalnya instagram saya berteman dengan dokter Liesa. Dia juga kadang komen story saya. Ya kami berbalas pesan sewajarnya saja seperti teman. Tapi kemarin saya penasaran, kok Dokter Liesa tidak pernah membalas story saya lagi. Saya carilah instagramnya. Ternyata sudah tidak berteman lagi, Bu. Saya diblokir. Saya sampai bingung. Salah saya apa ya? Padahal terakhir komunikasi juga biasa saja. Tidak ada konflik sama sekali. Kadang malah saya kasih dia tips mendekati Mas Rodie."

"Waduh, saya juga nggak paham, Bu. Sudah lama Dokter Liesa nggak datang ke sini. Jadi saya nggak tau kabar terbarunya bagaimana."

Wajah Yati kelihatan berpikir keras.

"Apa karena parfum saya terlalu nempel ya? Kemarin memang saya sempat diantar pakai mobil Mas Rodie waktu Mas Rodie ketemu Sagara. Apa mungkin Dokter Liesa cemburu karena nyium wangi parfum saya di badan Mas Rodie?"

Aku reflek terbatuk-batuk.

Bukan mengapa, aku hanya tidak habis pikir bagaimana bisa Yati se-percaya diri itu? Selama aku bertemu Yati, tidak sedikit pun aku mencium wangi parfumnya. Yang ada aku mencium bau asam behanya yang tertinggal waktu itu. Juga bau ketiaknya yang tidak sedap.

Bisa-bisanya dia berpikir Liesa memblokirnya karena menghirup parfum Yati di Rodie? Cuih.

"Eh, Teh Nana kenapa? Keselek?"

"Ohok-ohok! Huekh! Ohok-ohok. Nggak apa-apa. Aku keselek ludah sendiri."

Aku menepuk dadaku berkali-kali.

"Sabar. Tenang, Teh," kata Itoh sembari mengusap punggungku.

Tak lama dari situ, seorang lelaki muda datang ke arah nurse station dengan tampang kebingungan. Lelaki itu berbadan tinggi tegap, bahunya liat dan besar sehingga bajunya tampak ketat.

"Eh, Ayah."

Yati langsung berdiri menghampiri lelaki itu. Oh, ternyata ini suami Yati. Aku baru melihatnya sekarang. Badannya memang bagus dan menggiurkan. Dia juga tampak lebih muda dari Yati. Tidak heran Yati berpaling pada lelaki ini sampai tergoda untuk melakukan hubungan badan di belakang Rodie. Tapi sepertinya, lelaki ini hanya modal kelamin doang. Entah kenapa instingku berkata kalau Yatilah yang menghidupi lelaki ini.

Bukan Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang