Yati hanya bisa melamun karena telah salah mengambil langkah. Dia kira Rodie akan mengejarnya, tapi ternyata lelaki itu menyetujui keinginan Yati untuk berpisah.Selama seharian Yati membuat belasan status galau di sosial media. Usianya tidak lagi muda. Dia bahkan telah memiliki anak usia dua puluh tahun dari pernikahannya terdahulu, tapi Yati masih saja sibuk mengurus dunia cinta layaknya remaja pubertas.
Rekan kerja Yati telah menyadari itu. Mereka menebak tabiat Yati yang selalu bergejolak urusan asmara disebabkan oleh hormon Yati yang tinggi. Mereka meyakini ini ada hubungannya dengan dada Yati yang sebesar buah kelapa. Sehingga hormon percintaan wanita itu masih saja membara di usia empat puluh tahun ke atas. Tidak heran kalau yang ada dalam hidup Yati hanya perkara didekati lelaki dan galau karena cinta saja.
Rekan kerja Yati telah hafal pola yang Yati buat. Setiap Yati membuat status galau, maka besar kemungkinan wanita itu tidak masuk kerja esok harinya. Mereka langsung mengatur jadwal untuk menutupi ketidakhadiran Yati. Pola ini sangat merepotkan sebab jadwal yang telah diatur jadi berantakan hanya karena ketidakprofesionalan Yati. Pegawai yang tak punya persiapan sama sekali, terpaksa mendadak masuk pagi karena Yati tidak hadir perkara patah hati.
Pukul enam pagi, Yati menghubungi rekan kerjanya.
"Pagi, Tit. Maaf, bisa gantikan saya dines pagi? Hari ini saya nggak bisa masuk kerja. Badan saya mendadak demam."
"Oh, iya, Bu. Saya berangkat."
Mau tidak mau, rekan kerjanya menyanggupi meski dongkol. Tersiar kabar bahwa rekan kerja Yati (Tito) menabrak motor di perjalanan kerja dikarenakan mengantuk berat. Tito baru tidur jam lima subuh karena merasa hari ini dia masuk malam, tapi kemudian mendadak diminta masuk pagi karena Yati patah hati. Tentu saja Yati tidak demam. Itu hanya alasan saja.
Kejadian semacam itu semakin sering setelah Yati menikah dengan Rodie. Hampir setiap minggu wanita itu ijin tidak masuk kerja dikarenakan galau memikirkan Rodie. Dia telah mahir membohongi rekan kerjanya dengan berbagai alasan, padahal sebenarnya dia pergi ke Bandung untuk menyusul sang suami.
"Ke mana Bu Yati?"
"Biasa. Nggak masuk lagi."
"Demam lagi ya?" gosip yang lain.
"Iya. Entah alasan apalagi yang dia pake minggu depan."
"Gue lama-lama kesel deh sama si Bu Yati. Kayaknya gue udah obrak-abrik dia kalau seumuran. Sekarang gue menghormati dia cuma karena dia yang paling tua di sini."
"Iya. Gue juga lama-lama sebel sama dia. Bang Tito nabrak motor gara-gara diminta mendadak masuk pagi sama dia. Bener-bener deh. Keterlaluan!"
"Lagian dia nggak masuk mulu kenapa sih?!"
"Banyak alesan. Nganter anaknya, sakit, ada urusan keluarga, ada pelatihan, dan sebagainya. Tapi kayaknya bohong. Gue yakin itu karena dia galau. Soalnya dia pasti nggak masuk kerja setiap udah bikin status galau."
"Lakinya siapa sih?"
"Dia baru nikah tahun ini sama dokter obgyn di Bandung. Gue sempet cari nama dokter itu di google. Ternyata emang ganteng banget. Badannya juga bagus. Tipa-tipe hot daddy gitu."
"Dih, pantes aja Bu Yati sering galau karena dia."
"Iya, Bu Yati jadi sering galau brutal kayak gini semenjak menikah. Gue sih nggak peduli mau dia galau, patah hati, nangis darah sekali pun. Yang penting jangan ganggu urusan kerja. Lah ini? Kerjaan jadi berantakan! Ngeselin!"
Yati bahkan tidak dipanggil ketika ada pemanggilan karyawan untuk seleksi calon pegawai tetap. Padahal wanita itu sudah mengabdi cukup lama di rumah sakit ini. Tapi, entah kenapa pihak manajemen tidak pernah memperjuangkan status kepegawaiannya. Seolah-olah perjuangan Yati selama ini tak berharga di mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
RomanceAku mencintainya. Aku mengaguminya. Aku menginginkannya, tapi di sini aku bukan pemeran utama. 25/3/2023