Pasutri yang masih bucin itu keluar dari kamar, rencananya pagi ini mereka akan sarapan di tukang bubur ayam yang ada di taman komplek. Sekalian jalan-jalan pagi, kata dokter Kagumi harus sering berjalan-jalan asal jangan kecapean aja. Karena hari-hari biasanya mereka sibuk kerja, jadinya hari minggu ini mereka akan melakukannya.
Si bumil itu juga sedang ngidam pengen makan bubur ayam, langsung aja Kaisan turuti bukan hal yang susah ini.
Di meja makan ada Ibu dan Tante Tiah yang sudah duluan sarapan. Saat melihat mereka keluar Ibu langsung menyuruh mereka sarapan. Meskipun weekend, di keluarga Kaisan nggak ada istilah bangun siang atau menyatukan sarapan dan makan siang. Semuanya tetep harus on time, mau ada kegiatan atau nggak.
" Mau sarapan bubur ayam yang di taman Bu." Kata Kaisan pada Ibunya.
" Oh kalian mau makan disana?" tanya Ibu.
Kaisan mengangguk, " Iya, Ibu mau dibawain nggak?"
" Nggak usah, Ibu baru sarapan. Bawain ini aja pulangnya Kai, kue balok Kai atau serabi disana kan juga ada."
" Oke Bu."
Lalu laki-laki itu mengandeng tangan istrinya untuk segera berangkat ke taman. Namun saat baru akan melangkah Kagumi menahannya. Kaisan menatap sang istri yang malah menahannya.
" Apa?" tanyanya.
" Tanyain yang semalem." Desis Kagumi sambil memberi kode lewat ekspresi wajahnya.
Ternyata perempuan itu masih ingat dan ingin membahas yang semalam. Mengenai siapa yang mengundang Nisya ke acaranya kemarin. Hal sepele, tapi bagi Kagumi bisa berdampak besar.
Kaisan berdecak, mau tidak mau dia harus menanyakannya pada sang Ibu. Daripada kena marah sang istri yang berujung dia dapat punggung saat tidur, nggak bisa meluk apalagi nyentuh Kagumi. Lebih baik selesaikan dengan cepat.
" Oh iya Bu." Ucap Kaisan, membuat Ibu mengalihkan fokusnya pada sang anak. " Ibu kemarin ngundang tetangga siapa aja?"
" Ya itu pak Rt sama bapak-bapak dan Ibu-ibu pengajian, mereka kan tetangga kita. Gimana sih Kai !!! emang kenapa?"
Kaisan melirik istrinya sekilas, tapi Kagumi membuang muka dan pura-pura melihat ke arah lain padahal suaminya minta bantuan.
" Nisya juga Ibu yang ngundang?" tanya Kaisan to the point biar nggak bertele-tele.
" Hah, emang Nisya kemarin ada gitu?" balik tanya Ibu Kaisan.
Dan yang menjawab adalah Tante Tiah, " Ada, Mbak. Aku yang ngundang. Mbak kan sibuk jadi nggak ketemu, dari awal acara anaknya sama aku terus kok. Kemarin saudara-saudara pada ngejauhin aku, untung ada Nisya yang nemenin aku. Jadi aku nggak sendirian."
Kaisan dan Ibu nya saling tatap. Mungkin ini terkesan jahat, tapi Ibu Kaisan juga memang sengaja tidak mengundang Nisya atau keluarganya. Selain keluarga Nisya yang jarang ada di rumah, Ibu juga menghargai menantunya.
Dia dan Kagumi sama-sama perempuan, tahu lah bagaimana perasaan menantunya jika ada perempuan yang naksir suaminya datang ke acaranya sendiri. Ibu juga tahu kalau Nisya itu naksir anaknya. Makanya sebisa mungkin dia memberikan batasan dengan Nisya, tidak sedekat dulu lagi.
Apalagi setelah kejadian tidak mengenakan beberapa waktu yang lalu yang membuat Ibu sadar bahwa semuanya sudah berubah, tidak bisa sedekat dululagi untuk menghargai persaan Kagumi sebai istri Kaisan dan menantunya.
" Tante yang ngundang? Siapa yang nyuruh Tante?" tanya Kaisan agak sengit.
Ya gimana kedatanga Nisya kemarin hampir membuat dia ada dalam perang dunia ketiga dengan istrinya. Tanpa sepengetahuan dirinya atau Ibu Kaisan, Tante Tiah malah berani ngundang orang ke acara Kagumi dan Kaisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kagumi & Kaisan
ChickLitKagumi Arcadya, perempun berusia dua puluh tujuh tahun yang masih santai melajang diera gempuran teman-temannya yang sudah menikah, hamil, sudah memiliki anak atau bahkan sudah mengantar anaknya sekolah TK. Bukan Kagumi tidak laku, banyak yang datan...