Bahu Kagumi bergetar dengan kepala yang terus menunduk, dia menangis lirih dibawah tekanan sang Kakak yang masih menceramahinya. Sepertinya Kalandra belum puas meski sudah hampir satu jam memarahi Kagumi. Ya iyalah, gimana nggak marah? Kagumi berani lagi meminum alcohol. Sebenarnya kasus ini bukan pertama kalinya, beberapa kali Kagumi melakukan hal yang sama yaitu meminum alcohol dan pasti ketahuan. Entah itu ada yang mengadukan pada keluarganya atau dia sendiri yang keceplosan.
Pertama kali Kagumi melakukan itu saat tunangannya ketahuan berkhianat, dia sampai dikurung di rumah oleh sang Papa dan tidak boleh keluar untuk beberapa hari. Mungkin Kagumi ketagihan untuk kembali menyicipi minuman haram itu sampai beberapa kali dia datang dengan sadar ke sebuah club atau saat ada temannya yang mengadakan party di club.
" Kayaknya kata Papa beneran deh, kamu lebih baik di jodohin aja." Ucap Kalandra yang sudah mulai frustasi.
" Ihh nggak mau, apa-apaan sih Aa." Kagumi langsung menolaknya, dia balas menatap wajah Kakanya. Kalau begini Kagumi akan melawan.
" Kamunya yang udah nggak mau diurus sama kita, jangankan Aa. Papa aja kamu langgar aturannya, kamu nggak dengerin apa kata Papa. Udah capek diurusin sama kita? Udah nggak mau diurus sama keluarga lagi? Jangan mentang-mentang kamu udah sukses kamu bisa seenaknya aja."
" Ya kenapa merembet kesana? Pake jodoh-jodohin segala?" debat Kagumi. Wajahnya memerah dan sudah dibanjiri air mata.
" Aa tanya sekarang, kamu maunya apa? Kenapa masih bandel minum-minum yang kayak begituan? Aa sama Papa nggak pernah nyicipi minuman haram itu sedikit pun, dankami pun nggak pernah ngajarin kamu buat melakukan hal itu. Ini kamu bukan sekai loh ngelakuinnya. Aa sama Papa sampai berbusa marahin kamu tapi kamu nggak dengerin, Mama sampai nangis. Nggak kasihan kamu sama orangtua yang udah ngebesarin kamu? Nggak kasihan ngelihat Mama nangisin kamu gara-gara dimarahin Papa sama Aa karena kamu berulah? Mikir dong."
Kalandra adalah sosok yang sangat penyayang, dia begitu lembutdan sangat menghormati oranglain apalagi keluarga yang sangat disayanginya. Namun, saat marah dia bisa meledak-ledak seperti sekarang. Bahkan istrinya pun tidak bisa berbuat apa-apa. Gia sendiri hanya bisa menjadi penonton diambang pintu kamar. Ingin menolong tapi justru dia yang akan kena imbasnya.
" Aa bakalan minta Papa buat cepat-cepat cari jodoh buat kamu atau Aa sendiri yang akan cariin."
" NGGAK MAU! AKU NGGAK MAU NIKAH! SAMPAI KAPANPUN AKU NGGAK BAKALAN NIKAH! AKU MAU SENDIRI AJA SAMPAI MATI! CARIIN AJA SAMPAI KE UJUNG DUNIA SEKALIPUN, AKU TETAP NGGAK AKAN MAU BUAT MENIKAH. KALIAN NGGAK BAKALAN BISA PAKSA AKU!!!" teriak Kagumi penuh emosi. Suaranya bergetar dan serak. Dadanya kembang kempis.
" TERSERAH!" balas Kalandra sama berteriak. Ayah satu anak itu kemudian beranjak dari hadapan Kagumi yang menangis meraung di lantai.
Saat melewati sang istri yang berdiri diambang pintu Kalandra berucap pada Gia, " Kasih Kagumi pelukan, nanti makanannya anterin aja ke kamar buat dia."
Bagaimana pun dia tetap seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya, saat marahpun Kalandra masih memperhatikan adiknya itu.
Gia mengangguk dan mebiarkan suaminya pergi untuk meredakan amarahnya. Dia masuk ke dalam kamar, menghampiri Kamu yang menangis di lantai. Dipeluknya kagumi untuk memberikan ketenangan, diusapnya kepala sang adik ipar.
" Udah ya nangisnya..." ucap Gia yang merasa iba pda Kagumi. "Maksud Aa baik kok... nggak mau kamu kenapa-napa, nggak mau terjadi sesuatu yang buruk sama kamu makanya dia bertindak kayak begini. Stop juga minum-minum, jangan minum yang kayak gitu lagi. Udah jadiin ini yang terakhir."
" Aku nggak mau dijodohin, aku nggak mau nikah. Sampai kapanpun aku nggak mau nikah. Sampai matipun aku nggak akan nikah" racau Kagumi.
" Nggak boleh ngomong kayak gitu, pamali. Emang hidup sendiri itu enak? Kamu bakalan kesepian dan nggak akan ada yang nemenin kamu saat tua nanti."tanya Gia.
" Itu lebih baik daripada ada yang nemenin tapi nyakitin. Kalo nanti tua ya tinggal di panti jompo aja, aku udah bikin tabungan buat masa tua nanti. Kita juga nggak tahu kan kalo umur sampai kapan, bisa aja aku ati muda."
" Huss... kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Jangan mendahului apa yang sudah Allah tetapkan. Kita nggak tahu kedepannya kayak gimana, sekarang kamu punya segalanya tapi nggak tahu bisa jadi besok kamu kehilangan apa yang kamu miliki saat ini. Dengerin Teteh,"
Gia melepaskan pelukannya pada Kagumi, duduk saling berhadapan. Gia menangkup wajah Kagumi agar menatapnya. " Coba kamu lihat yang ada disekeliling, Papa nggak pernah ngekhianati Mama, Aa nggak pernah ngekhianati Teteh atau nyakitin dalam bentuk apapun, lihat suami Anggun, lihat calon suami Anya, mereka tidak menyakiti pernah menyakiti pasangannya. Bahkan Anggun dan suaminya sudah menjalin hubungan dari zaman sekolah bukan? Masih banyak laki-laki diluaran sana yang baik, setia dan bertanggung jawab. Nggak semua laki-laki seperti mantan kamu yang pengkhianat itu, dia hanya sampah yang nggak berguna, nggak penting."
" Coba buka mata kamu, lihat dunia. Masih banyak laki-laki yang setia dan tulus. Gimana kamu mau menemukan yang tetpat kalo kamu menutup mata dan hati kamu. Kejadian dulu jangan dijadikan acuan. Yang lalu jadikan pelajaran agar lebih hati-hati, tapi jangan sampai kamu terlalu larut dalam rasa takut karena itu akan merugikan kamu. Takdir itu siapa yang tahu."
Untuk waktu beberapa saat keduanya terdiam. Dirasa Kagumi sudah tenang, Gia bangikit. " Ayo pindah ke kasur, Teteh ambilin makanan dulu buat kamu. Nanti Teteh akan coba bicara sama A Kalandra biar nggak usah nyari jodoh buat kamu, biar kamu cari sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kagumi & Kaisan
ChickLitKagumi Arcadya, perempun berusia dua puluh tujuh tahun yang masih santai melajang diera gempuran teman-temannya yang sudah menikah, hamil, sudah memiliki anak atau bahkan sudah mengantar anaknya sekolah TK. Bukan Kagumi tidak laku, banyak yang datan...