K&K 22

20.7K 1.4K 31
                                    

Hallo semuanya...

Aku harap kalian suka sama part ini dan ngasih vote dan coment.

Mau ngasih tahu, di KaryaKarsa sudah sampai part 32.

Terimakasih sudah bersabar menunggu cerita ini update. 🙏💜

Mata Kagumi perlahan terbuka saat rasa perih diarea bawahnya semakin terasa. Perempuan itu mengerjap dan meringis kecil merasakan badannya yang pegal-pegal. Kagumi merengangkan tubuhnya yang masih tertindih tangan suaminya yang memeluknya. Pelan-pelan perempuan itu kembali mengingat apa yang semalam terjadi. Bahkan bunyi kecipak kembali terdengar dalam kepalanya, membuat dia meringis malu sendiri.

Ditatapnya sang suami yang masih memejamkan mata, nyaman tidur sambil mendekapnya. Nafas Kaisan yang teratur meyakinkan Kagumi bahwa suaminya masih tertidur. Diperhatikan wajah tampan suaminya yang masih tampan seperti dulu, hanya sekarang Kaisan lebih matang sesuai umurnya saja. Dan itu justru membuat suaminya itu makin mempesona dan banyak dilirik perempuan diluar sana.

Kagumi belum tahu pukul berapa ini. Kagumi terlalu asik mengagumi setiap lekukan wajah sang suami dari rambut, kening, alis, mata yang terpejam, hidung, pipi, dan terakhir fokusnya lama pada bibir tebal suaminya yang semalam memakan rakus bibirnya sampai bengkak.

Tangannya tiba-tiba nakal, mengusap-ngusap bibir yang sedikit terbuka itu bergantian atas bawah. Fikirannya melayang pada setiap lumanatan yang diberikan pada bibirnya sampai bibir miliknya itu bengkak. Emm... ternyata enak juga ya hihihi, batinnya.

" Mau nambah lagi?"

Asik melamun Kagumi kaget suaminya tiba-tiba bangun, sumpah malu banget dia keciduk begitu.

Perempuan itu dengan cepat menarik tangannya dari bibir sang suami, " A-apaan sih?" katanya, wajahnya memerah karena malu keciduk Kaisan. " Masih perih juga, emang kurang udah tiga kali." Lanjutnya.

Kaisan tertawa renyah mendengar ucapan sang istri yang malu-malu kucing, " Namanya juga baru buka puasa, lama ditahan-tahan padahal ada didepan mata, pas udah waktunya buka ya gas pol." Ucapnya sambil terkekeh.

Kagumi mendengus pelan, namun tak urung wajahnya pun merona. " Minggir ah, mau mandi. Lenget banget badan." Kagumi mendorong pelan dada suaminya.

" Emang jam berapa sih sekarang?" tanya Kaisan tanpa melepaskan pelukannya, dia mengambil hp nya yang tergeletak diatas nakas dengan satu tangan, tangannya yang lain dipakai memeluk istrinya.

" Jam setengah lima." Ujarnya setelah melihat hp, lalu dia simpan lagi hp nya di tempat semula.

" Udah lepasin, nanti keburu siang." kata Kagumi sembari memukul tangan suaminya yang kembali melingar dipinggang polosnya.

Sehabis menyelesaikan sesi ke empat yang berakhir pada jam sebelas, mereka langsung tidur berpelukan. Bangun-bangun subuh begini.

" Mandinya bareng ya?" pinta Kaisan, yang tentunya sang istri langsung jawab...

" Enggak."

" Kenapa?" tahan Kaisan yang ngotot pengen mandi bareng.

" Aku tahu apa yang ada di fikiran kamu ya..." ujar Kagumi.

Tiba-tiba Kaisan tertawa geli, " Emang apaan?" tantangnya, sebelah alisnya menukik dengan senyuman menggodanya.

Kagumi jadi gelagapan sendiri, " Ya-ya, pokoknya nggak mau."

" Nggak bakal diapa-apain juga."

" Idih, prett. Nggak percaya." Kagumi kembali mendorong dada suaminya agar segera terlepas, " Udah dong Kai, awas. Nanti kesiangan solatnya."

" Tapi mandinya bareng." Keukeuh Kaisan.

" Perih Kai, jangan dulu." Mohon Kagumi. Karena memang beneran sakitnya masih terasa sampai saat ini.

" Mandi doang, janji." Ucapnya sungguh-sungguh.

" Beneran?"

" Iya sayang..."

Setelah beberapa saat mencari kesungguhan di wajah suaminya, barulah Kagumi mengangguk. Kemudian Kaisan melepaskan dekapan pada istrinya, membuat Kagumi bernafas lega.

Perempuan itu bangun pelan-pelan sambil meringis menahan perih dibawah sana. Satu tangannya memegang selimut yang menutupi tubuh polosnya.

" Perih banget?" tanya Kaisan dengan wajah tak berdosanya.

" Iyalah." Tuh kan Kagumi jadi ngegas jawabnya.

Lagian udah dibilangin masih perih juga dari ladi. Mungkin area bawahnya itu lecet, Kaisan sempat bar-bar saat melakukan itu waktu ronde terakhir.

Kagumi berjalan tertatih-tatih sambil dipegangi suaminya memasuki kamar mandi. Kaisan jadi kasihan melihat istrinya kalo begini.

*****

Laki-laki itu menepati janjinya, di kamar mandi mereka Cuma mandi doang. Meskipun sesekali Kaisan modus megang-megang asset milik istrinya yang lumayan itu. Tapi, tatapan Kagumi yang setajam silet membuat nyalinya jadi ciut dan nggak berani macam-macam. Takutnya nggak dikasih jatah lagi.

Baju ganti dan alat solat Kaisan nyuruh orang buat kirim ke hotel tempat mereka staycation kemarin, karena mereka memang tiba-tiba cek-in nggak ada planning sama sekali. Lebih tepatnya sih suami Kagumi yang tiba-tiba ngajak nginep di hotel. Jadi nggak ada persiapan.

Kemarin, selesai melakukan itu untuk yang pertama. Kaisan meminta seseorang mengantarkan pakaian ganti dan alat solat untuk mereka selama menginap di hotel. Magribnya yang dimta Kaisan datangdengan membawa barang yang sangat diperlukan itu.

Kagumi sempat ngedumel karena dia nggak bawa alat make up dan per-skincare nya. Yang dia bawa dalam handbag nya cuma bedak buat touchup, lipstick, dan parfum saja. Barang yang selalu Kagumi bawa kemana-mana.

Semalam Ibu Kaisan juga sempat menelpon menanyakan anak dan menantunya ynag nggak pulang-pulang padahal pamitnya cuma ke kondangan aja. Setelah diberiahu sejujurnya mereka menginap di hotel, tanpa bertanya alasannya Ibu Kaisan mengerti. Pasangan baru itu butuh suasana baru, fikir Ibunya yang mengerti.

Kaisan memberi Kagumi waktu hanya dua jam saja. Magrib dan isya, dipakai untuk beribadah dan makan. Setelah itu, dari jam setengah Sembilan sampai kelar Kagumi dihajar habis-habisan sama suaminya tanpa jeda apalagi Kaisan sempat lost control karena saking menikmati sensasi enak luar biiasa yang baru dia rasakan.

Makanya sekarang Kagumi masih meringis kesakitan. Sehabis solat Kagumi masih belum beranjak, di depannya sang suami yang baru menyelesaikan berdoanya berbalik, mendekati Kagumi yang masih terdiam.

" Masih perih?" tanyanya.

Kagumi mengangguk, sumpah demi apapun Kagumi nggak bohong. Area bawahnya masih perih apalagi kalo digerakan.

" Duduknya di kasur ya..." ucap Kaisan lembut, dia meraih istrinya untuk di gendong ala bridal style. Membawanya ke atas tempat tidur, lalu mendudukan istri tersayangnya disana.

" Mukenanya lepasin." Kaisan membantu sang istri melepaskan mukenanya, menyisakan baju rumahan yang kemarin dibawakan.

Kemudian, laki-laki itu membereskan alat solat yang mereka gunakan untuk beribadah tadi.

" Kita kapan pulangnya?" tanya Kagumi mengeluarkan suaranya.

Kaisan yang lagi melipat baju kokonya menoleh pada sang istri, " Abis sarapan kita pulang, atau mau lebih lama disini?"

Tentu saja Kagumi langsung menggelengkan kepalanya. Kaisan yang gemas dengan tingkah sang istri yang kayak mau diapain aja kalo lebih lama di hotel terkekeh.

Kagumi & KaisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang