K&K 8

21.6K 1.4K 9
                                    

Setelah seharian sibuk di acara nikahan Anya, saat ini Kagumi tengah beristirahat. Perempuan itu sedang memainkan HP nya. Membuka aplikasi medsos yang dia punya dang mengunggah kegiatannya tadi pagi hingga sore di pernikahan sangat sahabat.

Tok... Tok... Tok...

Kagumi mengalihkan perhatiannya dari hp yang sedang dia pegang saat mendengar pintu kamarnya diketuk. Belum juga Kagumi menyuruh yang mengetuk masuk, pintu sudah terdorong dari luar. Seorang pria paruh baya melemparkan senyuman lebar saat pintu sudah terbuka.

" Papa," kata Kagumi begitu tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Kagumi yang sedang rebahan diatas tempat tidurnya langsung duduk.

" Kagumi belum tidur?" tanya sang Papa yang masih berdiri diambang pintu.

" Belum Pa, sini masuk." Kata Kagumi, dia menepuk tempat di sebelahnya agar sang Papa duduk disebelahnya.

Papa Kagumi melangkah masuk ke dalam kamarnya setelah sang anak mempersilahkan, beliau duduk disebelah Kagumi sesuai permintaan anak bungsunya itu. Begitu sang Papa duduk Kagumi langsung merapatkan dirinya dan memeluk sang Papa dari samping. Meskipun sudah dewasa, Kagumi tetap manja pada Papa dan Mama nya. Biasa, anak bontot.

"Ada yang ingin Papa bicarakan sama Kagumi." Ucap pria paruh baya itu sambil mengelus kepala anaknya.

" Apa?" tanya Kagumi yang merasa pembicaraan ini akan serius. Jarang-jarang aja sang Papa kalo ada yang mau disampaikan bilang dulu, biasanya langsung aja bicara. Kalo atmosfernya kayak gini pasti yang dibicarakan serius.

Kagumi melepaskan pelukannya, sang Papa juga tidak menolak. Memberi jarak agar lebih leluasa memperhatikan Papa nya berbicara.

Sebelum mulai berbicara Papa mengelus kepala anaknya dengan penuh kasih sayang sembari menatap lekat satu-satunya itu yang sudah dewasa, padahal rasanya Papa baru kemarin menggendong Kagumi yang sangat kecil saat dilahirkan kedunia.

" Kagumi tahu kan, Papa, Mama, sama A Kala sayang banget sama Kagumi?" Papa mulai berbicara.

Kagumi mengangguk, dia sangat disayang sama banyak orang. Bukan hanya orangtua serta kakak nya, keluarga besarnya pun sangat menyayanginya dan memanjakannya, hal itu tidak perlu diragukan lagi.

" Tahu. Semuanya sayang Kagumi dan harus selalu sayang Kagumi banyak-banyak."

Papa tersenyum, dimatanya Kagumi tetaplah anak kecilnya, puterinya yang sangat dia sayangi meski sudah dewasa.

" Sampai kapan pun kita akan selalu sayang sama Kagumi, karena Kagumi adalah permata hati kita. Bahkan sampai Papa sudah berada di tempat yang seharusnya setelah dipanggil Allah, Papa akan selalu sayang Kagumi. Terus berdoa ya agar kita bisa dipersatukan kembali nanti."

Kagumi merengut tidak suka, " Iya, Kagumi tahu Papa dan semuanya sayang banget sama Kagumi. Tapi, Papa jangan ngomongnya kejauhan dong, serem tahu."

Papa tertawa kecil melihat anaknya yang merengut lucu, " Lah, emang bener ucapan Papa. Cepat atau lambat kita pasti dipaggil sama yang nyiptain kita, jaga-jaga aja Papa bilang gini mah. Siapa tahu umur Papa nggak lama lagi."

" Ih Papa kok ngomongnya gitu. Kagumi nggak suka ya Papa bicaranya kayak gitu. Papa akan terus nemenin Kagumi selamanya." Ujar Kagumi dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kalo Papanya ngomong gini tuh Kagumi takut dan sedih.

Papa nya tersenyum melihat anaknya yang ketakutan itu, " Oke-oke, terserah lah Kagumi aja Papa mah ngalah. Ekhem..." Kalo sang Papa sudah berdehem dan kembali ke mode srius Kagumi harus siap menghadapi apapun.

" Kagumi harus percaya apapun yang Papa, Mama, dan A Kala lakukan adalah bentuk kasih sayang kami sama kamu. Kami ingin yang terbaik untuk kamu. Kami melakukannya berdasarkan kasih sayang yang besar untuk kamu, dan kami nggak sembarangan menentukannya. "

Papa Kagumi mengambil tangan anaknya untuk dia genggam. Kagumi sendiri memperhatikan ayahnya yang berbicara serius dengan cemas, bahkan jantungnya ikut berdetak lebih kencang.

" Papa sudah menemukan laki-laki yang menurut kami terbaik untuk kamu." Lanjutnya.

Mata Kagumi membulat, dia kira rencana mencari jodoh untuknya sudah lewat. Papa nya lupa atau cuma ancaman untuk Kagumi saja.

" Pa?"

"Dengerin Papa dulu, nak." Intrupsi Papa nya saat Kagumi akan berbicara. " Papa yakin sama laki-laki itu, Papa sudah tahu dan melihatnya langsung. Laki-laki itu akan baik untuk Kagumi."

" Yang terbaik menurut Papa belum tentu yang terbaik untuk Kagumi Pa!" Kagumi berbicara tegas, dia menahan emosinya agar tidak meledak kepada Papanya.

" Tapi Papa yakin ini juga akan terbaik untuk Kagumi!!" Papanya lebih tegas.

" Sampai kapan pun Kagumi nggak mau nikah Pa, Papa tahu itu. Papa mau Kagumi disakitin cowok lagi? Papa mau Kagumi sakit lagi? Papa mau Kagumi sedih terus? Trauma Kagumi dikhianati belum sembuh Pa. Kagumi cuma mau sama Papa selamanya, itu cukup kok." tangis Kagumi pecah.

Mendengar penuturan sang purti, Papa menarik Kagumi kedalam pelukannya.

" Kamu nggak bisa sembuh karena kamu nggak ngelawan trauma itu. Dengerin Papa nak, nggak semua laki-laki suka berkhianat. Masih banyak yang baik dan salah satunya dia. Percaya sama Papa. Tolong kali ini turuti permintaan kami. Papa udah tua, udah sakit-sakitan juga. Papa akan sayang sama kamu selamanya tapi Papa nggak bisa jagain kamu selamanya. Papa yakin dia akan menjaga kamu dengan baik."

" Papa jangan ngomong kayak gitu dong.." rengek Kagumi dalam tangisannya. Perempuan itu menangis tersedu-sedu dalam pelukan sang Papa. Tempat ternyamannya. "Kagumi juga bisa kok jaga diri Kagumi sendiri."

" Nak, tolong. Jangan tolak dia yang sudah Papa pilihkan untuk kamu." Lirih Papa yang masih mendekap anaknya.

" Tapi, Pa..."

" Dia bukan hanya pilihan Papa, dia juga pilihan A Kala. Kami yakin dia akan menjaga kamu dan menyayangi kamu dengan baik seperti apa yang telah Papa dan A Kala lakukan."

Kagumi tidak membalas, dia cemas, takut, bingung. Perempuan itu hanya bisa menangis tanpa menjawab permintaan sang Papa. Traumanya masih terus menghantuinya, menjadi bayangan gelap yang membuat Kagumi sulit membuka hati. Kejadian lalu sangat menyakitkan dan sulit dilupakan.

" Besok dia akan kesini, Papa harap kamu bisa menerimanya. Tadi kita sudah bertemu dipernikahan Anya. A Kala kenal dia dan sepertinya kamu juga mengenalnya." Ucap sang Papa sebelum menyematkan satu kecupan dipuncak kepala sang anak.

Kagumi & KaisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang