Keadaan di meja makan pagi ini begitu hening, hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring. Kedatangan Tante Tiah tentunya yang menjadi penyebab rusak suasana pagi ceria keluarga Kaisan. Ibu dan Kaisan masih mendiami Tante Tiah, keeradaan dia seolah0olah tidak ada diantara mereka.
Yang masih berbaih hati cuma Kagumi, meskipun perempuan itu dulu suka disensiin Tante Tiah tetapi Kagumi masih berbaik hati sama beliau. Kagumi mengajak Tante Tiah meski ada penolakan dari suaminya yang masih keras hatinya.
" Bu aku beangkat ya." Pamit Kaisan ketika dia sudah menyelesaikan sarapannya.
" Kalian barengan berangkatnya?" tanya Ibu Kaisan.
Kaisan mengangguk, " Iya Bu. Kita juga pulangnya bakalan telat soalnya mau cek kandungan Kagumi dulu sekalian makan malem diluar." Ujarnya.
" Oh gitu, ya udah hati-hati."
Kaisan mengangguk lagi, " Yuk sayang." Ajaknya pada sang istri.
Kemudian kedua pasutri itu beranjak drai ruang makan untuk pergi bekerja.
Di dalam mobil seperti biasa ada obrolan-obrola kecil antara mereka. Apalagi sekarang Kaisan suka mengajak ngobrol bayi nya yang masih ada dalam kandungan Kagumi membuat suasana dalam mobil tidak sepi. Sesekali tangan Kaisan mengusap-ngusap perut Kagumi yang mulai membuncit.
" Adek, nanti sore Papa sama Mama mau lihat Adek. Nanti lihatin ya sama kami kamu cewek atau cowok. Jangan diumpetin kayak anaknya Tante Anggun." Bicara Kaisan pada bayi nya sambil ngusap-ngusap perut Kagumi.
Kagumi yang mendengar hanya tersenyum geli, ada-ada aja calon Papa itu. Tapi emang bener sih, seminggu yang lalu waktu Anggun mau USG pengen tahu jenis kelaminnya belum kelihatan soalnya ditutupin terus sama si bayi.
" Mam." Panggil Kaisan.
Kebetulan saat ini Kagumi sedang membalas chat dari asistennya jadi tidka terlalu memperhatikan kegiatan sang suami disampingnya.
" Apa?" jawabnya pelan.
" Kalo kandungan udah masuk empat bulan suka bikin pengajian ka? Soalnya Kak Laras juga suka bikin. Bahkan Kak Laras suka bikin dua, empat bulanan sama tujuh bulanan." Ucap Kaisan.
" Oh iya." Hampir aja Kagumi lupa, untung suaminya ngingetin. " Kita bikin juga, kamu bisanya kapan?"
" Weekend ini aja, biar sodara sama temen banyak yang datang." Jawab Kaisan.
" Mepet banget, emang bakalan keburu?" balik tanya Kagumi.
" Bisa keburu, sederhana aja, gimana?"
" Ya udah nggak papa. Nanti langsung bilang aja ke Ibu." Ucap Kagumi tidak mepermaslahkan acaranya gimana.
" Meskipun acaranya sedrhana yang penting do'a nya sampai ke kita kan, Mam?" kata Kaisan meminta pendapat, takutnya sang istri nggak setuju dan pingin acara kayak artis-artis gitu.
" Betul Papa, percuma bikin acara yang wah tapi nggak ada keikhlasan di dalamnya dan bertujuan untuk pamer doang atau cuman ala-ala doang ikut-ikutan yang lain. Padahal maksain bikin acaranya juga biar dipandang mampu."
Kaisan tersenyum melihat tanggapan Kagumi yang biasa aja, kirain dia Kagumi bakalan minta yang wah-wah atau istrinya ngambek acaranya sederhana. Tapi, ternyata Kagumi menerima pendapatnya.
*****
Sorenya, selesai bekerja mereka langsung pergi ke rumah sakit tempat Kagumi periksa kandungan. Dan saat ini Kagumi dan Kaisan tengah mengantri untuk giliran diperiksa.
Mereka menunggu cukup lama untuk dipanggil, karena sore ini memang banyak pasien yang mau periksa. Namun, hal itu tidak lantas membuat semangat dua pasutri yang ingin menengok sang jabang bayi luntur. Mereka nenunggu dengan tertib sampai giliran Kagumi yang dipanggil.
Sapaan ramah dari deokter dan asistennya yang pertama mereka dapatkan. Selanjutnya Kagumi dan Kaisan dipersilahkan untuk duduk dan sesi pemeriksaan pun dimulai.
Seperti biasanya dari awal-awal kehamilan Kagumi ditanya mengenai pola makannya atau ada gejala lain dalam sebulan ini oleh dokter. Sampai tiba disesi yang paling ditunggu-tunggu.
" Mari Bu berbaring." Kata Dokter yang menangani Kagumi dari awal kehamilan, namanya Dokter Hilma.
Kagumi berbaring di ranjang brangkar yang tersedia disana. Kaisan pun ikut menemani dengan berdiri disampingnya. Tentu juga dia ingin melihat bagaimana anaknya di dalam perut Kagumi.
Baju Kagumi pada bagian perut dibuka sedikit, kemudian perutnya diberi gel yang terasa dingin diperut.
Jantung keduanya cukup berdebar saat yang dinanti-nantikan akan segera tiba. Dokter Hilma pun mulai meng-USG peut Kagumi dengan alatnya.
Tangan Kaisan menggenggam tangan sang istri, tapi matanya terfokus pada layar yang menampilkan sesuatu yang ada dalam perut Kagumi meski warnanya remang-remang. Seketika haru menyeruak dalam hati Kagumi dan Kaisan melihat itu.
" Aduh, Adek aktif banget yaaa. Seneng ya bisa dilihat Mama Papa." ujar Dokter Hilma.
Memang benar, Kagumi merasakan anaknya yang bergerak-gerak dengan lincahnya. Semakin saja mereka dibuat senang dengan keadaan sang jabang bayi yang sangat baik-baik aja.
" Dek, coba dong perlihatin ke Bu Dokter, Mama sama Papa Adek cewek apa cowok." Kata Dokter Hilma mengajak bayi yang ada dalam kandungan Kagumi berinteraksi.
" Wow, Adek punya kerang ya. Insha Allah Adek cewek Mama, Papa." Ucap Dokter Hilma memberitahu jenis kelamin bayi Kagumi dan Kaisan.
" Waduh." Spontan Kaisan membuat semua orang yang ada disana reflek melihat kearahnya yang reaksinya begitu.
Apalagi Kagumi yang langsung memberikan atensi mematikan pada sang suami dengan kilatan dikedua bola matanya.
" Kenapa?" tanya Kagumi langsung.
" E-enggak." Gelagapan Kaisan, takut dengan sang istri yang sepertinya marah.
Ya iyalah marah, reaksinya gitu pas tahu anaknya bakalan cewek. Anehkan, Kagumi juga jadi curiga. Namun perempuan itu hanya mendelik saja, tidak melanjutkannya sampai terjadi perdebatan. Diruangan itu bukan hanya mereka berdua, malu kalo berantem. Nanti aja introgasinya di rumah aja.
Dokter Hilma kembali melanjutkan pemeriksaannya meski sekarang rasanya canggung dan kaku.
Setelah selesai pemeriksaan Kagumi dan Kaisan keluar dari ruangan Dokter Hilma. Dan sepertinya Kagumi mempermasalahkan kejadian tadi, buktinya sepanjang jalan di koridor rumah sakit perempuan itu diam dan dingin. Tidak seantusias biasanya saat setelah periksa kehamilan.
" Kamu nggak mau punya anak cewek?" tanya Kagumi to the point saat mereka keluar dari rumah sakit dan berjalan meuju parkiran.
" Nggak kok, mau. Cewek sama cowok kan sama aja." Jawab Kaisan mulai ketar ketir, apalagi melihat wajah sang istri yang sendu membuatnya menjadi merasa bersalah tadi keceplosan.
" Terus kenapa tadi responnya gitu?" desis Kagumi pelan namun tajam.
" Kaget aja, Yang." Jawab Kaisan tidak bisa lagi mengelak dari cercaan pertanyaan sang istri.
" Kalo kaget berarti kamu nggak siap punya anak cewek." Seru Kagumi sinis.
" Bukan gitu sayang. Aku cuma, gimana ya jelasinnya."
" Ya udah nggak usah jelasin." Judes Kagumi, kemudian perempuan itu melengos namun langsung ditahan sang suami.
" Sayang, jangan ngambek." Tahannya. " Aku kaget aja, tanggung jawab punya anak cewek tuh gede banget. Ngejagain kamu aja aku masih suka was-was takut kamu kenapa-kenapa, apalagi nambah yang versi kecilnya. Penjagaan aku nya harus lebih ekstra lagi. Gitu, Yang. Nggak ada maksud aoapun kok. Aku mah mau anak kita cewek atau cowok juga nggak papa, nggak mempermasalahin. Jangan marah ya, maaf." ujarnya
Btw, di KaryaKarsa udah part 53 lho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kagumi & Kaisan
ChickLitKagumi Arcadya, perempun berusia dua puluh tujuh tahun yang masih santai melajang diera gempuran teman-temannya yang sudah menikah, hamil, sudah memiliki anak atau bahkan sudah mengantar anaknya sekolah TK. Bukan Kagumi tidak laku, banyak yang datan...