K&K 52

12.2K 1K 51
                                    

Beberapa part lagi cerita ini bakalan tamat, hiks sedih banget... 😢

Kaisan hanya bisa tertunduk tidak berani menampakan wajahnya di depan sang mertua. Sudah lebih dua puluh menit mereka duduk saling diam di depan ruangan rawat Kagumi. Sementara di dalam Kagumi ditemani sang Mama. Kalandra sendiri izin duluan pulang ke Bandung sebab ada pekerjaan dan keluarga kecilnya yang membutuhkan dirinya.

Sejak mertuanya datang, Kaisan tidak merasakan kemarahan dari mertuanya. Mereka masih memperlakukan Kaisan seperti biasanya, seolah Kaisan anak mereka sendiri dan tidak ada masalah dengan Kagumi. Mereka masih menyambut hangat orang yang membuat anak perempuannya terluka.

Dan apa yang dilakukan mertuanya ini justru membuat Kaisan takut dan tidak tenang.

“ Papa tahu permasalahan kalian berdua.” Ayah Kagumi memecah keheningan di koridor depan ruangan Kagumi yang sedang hening.

Reaksi Kaisan langsung tegang begitu Papa mertuanya bicara begitu, tubuhnya menegak dengan jantung yang deg degan. Ayah mertuanya tahu permasalahan mereka, matilah dia.

“ Papa atau Mama tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga kalian, tapi kami masih  berhak menuntun kalian, memberi arahan pada kalian.”

Sebelum melanjutkan ucapannya Papa Kagumi terdengar menghela nafas pelan, “ Kalian sudah dewasa, harus berfikir dengan bijak untuk menyelesaikan masalah. Yang paling penting itu ego. Ego kalian masih tinggi, tidak ada yang mau mengalah. Apalagi kamu sebagai laki-laki, yang merasa bahwa kamu adalah pemimpin dalam rumah tangga. Istri harus dengerin apa kata suami, betul?”

Tidak ada tanggapan dari Kaisan yang masih tertunduk, jadi Ayah Kagumi melanjutkan ucapannya. “ Jujur saja Kai, Papa juga dulu begitu. Betul kan, ego kamu tinggi banget karena merasa kamu adalah seorang suami?”

Barulah Kaisan mengangguk memberi jawaban.

“ Kalo ada masalah bicarakan baik-baik dulu, ngomong sama istri kamu pelan-pelan. Kamu tahu kan Kagumi gimana kalo dikerasin, dia bakalan lebih keras. Diskusikan apa yang membuat kalian bertengakar dan jangan lupa introspeksi diri juga. Saat bicara juga kalian harus dalam keadaan kepala dingin, tenangkan diri dulu kalo sedang dikuasai amarah. Sepengalaman Papa berumah tangga, kami selalu membicarakan apa-apa yang bisa menjadi pertengkaran, sekecil apapun itu. Kalo pasangan kita kritik jangan langsung kita bilang gak suka, hargai apa yang dia sampaikan. Dengarkan apa yang keluar dari mulutnya. Papa bicra kayak gini bukan karena Kagumi anak Papa. Nanti juga Papa akan kasih tahu hal ini sama Kagumi. Papa akan kasih nasihat lagi anak Papa itu. Sekarang kamu juga anak Papa, kalian sama-sama anak Papa yang masih wajar Papa kasih arahan.” Papa mertua Kaisan memberi jeda sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.

“ Kai, sekarang Papa tanya. Adakan yang membuat kamu tidak suka selama pernikahan dengan Kagumi hamil dari didikan Papa? Jika ada, biarkan Papa didik lagi anak Papa itu agar bisa selalu mendampingi kamu dengan baik.” Ujar Papa Kagumi

Kaisan buru-buru menggelengkan kepalanya, “ Nggak ada Pa. Demi Allah Pa, Kagumi gak ada kurangnya sama sekali. Papa sangat baik mendidik Kagumi untuk menjadi istri saya. Junstru saya yang harus minta maaf sudah lalai menjaga Kagumi” Kata laki-laki itu, nada suaranya melemah diakhir kalimat.

Tidak ada lagi pembicraan diantar mereka untuk beberapa saat. Membiarkan keheningan menyelimuti mereka lagi. Papa dari Kagumi itu belum merespon lagi ucapan Kaisan, membuat laki-laki itu ketar-ketir dibuatnya.

“ Kai…” Panggil Papa Kagumi dengan suara pelan namun sarat ketegasan didalamnya. 

Beliau menghela nafas sebelum melanjutkan bicaranya, “ Jujur saja, Papa begitu marah dan gak terima melihat kondisi Kagumi yang seperti itu. Apalagi mendengar ceritanya yang membuat Kagumi begitu membuat Papa sakit hati. Kagumi itu anak yang kami dambakan. Begitu lahir kami sangat menyayanginya, kalau boleh dibandingakan Kami lebih menyayangi Kagumi daripada Kalandra. Kami menjaga dan merawatnya jangan sampai Kagumi terluka. Seberantem apapun kami tidak pernah membuat Kagumi terluka sampai masuk rumah sakit. Kalau kamu mau tahu, sekarang ini Papa sangat marah sama kamu. Tapi, Papa gak mau memaki kamu, menghajar kamu, atau memarahi kamu. Kamu gak butuh itu. Papa yakin, yang kamu butuhkan adalah nasihat dan diarahkan agar kamu tidak salah jalan, agar hati dan fikiranmu terbuka supaya tidak mengulangi kesalahan ini dikemudian hari. Pukulan sudah kamu dapatkan dari kakaknya Kagumi, jadi gak ada gunanya kalo Papa mukulin kamu juga.”

“ Kai, yang sangat perlu kamu tahu memiliki anak perempuan itu sangat susah. Dari cara mendidiknya, menjaganya, menyayanginya. Tanggung jawab seorang ayah yang memiliki anak perempuan itu begitu besar. Banyak ketakutan apalagi si anak kalo sudah beranjak dewasa. Apalagi kamu tahu kan bagaimana pergaulan Kagumi seperti apa, kamu fikir itu bukan beban? Tapi, meskipun beban Papa sangat menikmati dalam menjaga putri kesayangan Papa itu. Sulit menjaga anak perempuan itu Kai, kamu akan merasakannya ketika kamu memiliki anak perempuan. Kamu akan tahu rasanya seperti apa.” Lanjut Papa Kagumi berbicara.

Sementara itu Kaisan hanya diam mendengarkan mertuanya cerita panjang lebar sambil menunduk, dia tidak berani mengangkat kepalanya. Jemarinya saling memilin untuk meminimalisir kegugupan.

“ Ketika kamu mengambil alih tugas dan tanggung jawab Papa untuk melanjutkan menemani dan menjaga Kagumi sepenuh hati. Mencintai dan menyayanginya, Papa begitu lega rasanya. Papa begitu percaya sama kamu untuk mengambil alih tanggung jawab untuk melindungi Kagumi dengan menikahinya. Papa menaruh harapan besar sama kamu, meskipun kenyataannya sekarang tidak sesuai ekspetasi Papa.”

“ Maaf membuat Papa kecewa.” Gumam Kaisan yang masih didengar Papa Kagumi.

Papa Kagumi menganggukan kepalanya, “ Kai, jika kamu sudah tidak sanggup buat menjaga Kagumi tolong kembalikan putri Papa itu dalam keadaan baik-baik saja seperti saat kamu mengambilnya dari Papa. Kalo kamu udah gak sayang dan cinta lagi sama Kagumi bilang sama Papa, jangan bilang sama Kagumi. Papa gak mau dia sedih denger kalo kamu gak cinta lagi sama dia. Biar Papa yang ambil Kagumi lagi.” Ujarnya membuat Kaisan panic.

Laki-laki itu langsung menggelengka kepalanya, rasa takut yang mulai mereda akibat pembawaan Papa Kagumi yang tenang dan bijak kembali muncul lagi.

“ Nggak Pa, Kaisan masih sanggup menjaga Kagumi. Tolong percaya sama Kaisan. Kaisan gak akan ngulangi kesalahan ini. Jangan ambil Kagumi dari Kaisan, tolong Pa.” pintanya penuh ketakutan dan panic.

Bahkan laki-laki itu sampai bersujud di kaki Papa Kagumi sambil menangis.

“ Kaisan, jangan kayak gini. Ayo bangun, duduk lagi.” 

Papa Kagumi meraih bahu Kaisan yang berada dibawahnya, sedikit memaksa karena Kaisan terus bersujud di kakinya. Setelah berhasil dia membawa Kaisan untuk duduk lagi di tempat semula.

“ Oke Kai, tapi untuk sekarang tolong izinkan Kagumi tinggal sama Papa dulu buat sementara. Biarkan kami menjaga sebentar sampai kondisi Kagumi lebih baik. Di rumah ada kami yang akn full mengurusnya. Papa tidak akan melarang kamu buat nemuin dia kalo memang dia ingin ketemu.” Ujar Papa Kagumi.

“ Maaf Pa, gak bisa. Di rumah Kaisan juga bakalan ada Ibu dan tante kaisan yang menjaga Kagumi selama Kaisan kerja, selebihnya Kaisan yang akan menjaga Kagumi Pa.” tolak Kaisan langsung.

“ Papa tahu, tapi Papa yakin Kagumi lebih nyaman diurus Ibu nya sendiri. Dan juga kamu mengertilah kenapa Kagumi harus badrest di rumah Papa.”

Maksud mertuanya membuat Kaisan mengerti bukan karena Ibu nya yang mengurus. Tapi,kejadian ini ada Kaitannya dengan sekitaran rumah Kaisan yang bisa jadi membuat Kagumi tidak nyaman dan stress.

“ Kalo kamu mau, boleh kok kamu juga tinggal di rumah Papa.” Bujuk Ayah Kagumi.

Kaisan diam tidak langsung menjawab. Beberapa menit kemudian barulah dia mengangguk meskipun terpaksa demi kebaikan sang istri dan calon anak mereka.

“ Ya udah, Kaisan titip Kagumi di rumah Papa.” Pasrah Kaisan.

“ Pesen Papa terakhir, tolong segera selesaikan masalah yang berisik diluar sana. Kamu harus yakin kalo Kagumi tidak seperti itu. Segera basmi hama-hama yang mengganggu rumah tangga kalian.” Pesan Papa Kagumi.

“ Baik Pa.” balas Kaisan pada mertuanya yang langsung masuk ke dalam ruangan Kagumi meninggalkan Kaisan sendirian di koridor depan ruangan inap istrinya itu.

Kagumi & KaisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang