Debutant : "Api Unggun Gila"

771 111 5
                                    

"Dan mereka pun bahagia, tamat. "

Dengan menutup buku itu, Dia mengakhiri sesi cerita tidur untuk dua anak yang masing-masing berbaju tidur hijau dan kuning yang menatap nya dengan mata sayu di balut selimut merah kasurnya. "Nah, sesuai perjanjian. tidurlah."

"Ermh..." Sang baju kuning itu mengangguk lemah, mengeratkan pelukannya pada guling bermotif bintang nya sambil menguap.

"Kakak...nggak tidur...? " Sementara sang baju hijau malah menatap kakaknya yang masih duduk dikursi dekat kasur tempat mereka berbaring.

"Kakak masih ada kerjaan, kalian tidur duluan aja.." ujar Sang kakak sambil membelai pelan Surai coklat mereka bergantian.

"Hmph, Padahal Kak Hali yang bilang gak boleh bergadang....! Tapi kakak bergadang!"

"Daun, Kecilkan suaramu. Cahaya sudah mau tidur" Kata Halilintar sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir, sementara Daun dengan sigap menutup mulutnya dengan kedua tangan sebelum menengok pelan ke arah adiknya.

Mata Cahaya sudah hampir tertutup sempurna, sesekali sedikit terbuka sebelum akhirnya benar-benar tertutup dengan suara dengkuran yang mulai terdengar dari mulutnya.

"Maap...." Kata Daun pelan sambil menatap kembali kakaknya yang membelai rambutnya lembut "tapi kak... Daun masih belum ngantuk...."

Melihat Manik coklat yang masih lumayan segar menatapnya dengan tatapan polos, Halilintar menghela nafas, seperti nya kerjaannya harus di tunda lebih lama lagi.

"Haish... Baik baik. Kakak akan temani Daun sampai tertidur.." ucapnya sambil menatap lekat adiknya yang masih terjaga "Tapi suaranya jangan keras-keras ya?"

"Um! Okeh..." Senyum mengembang tapi suaranya sangat pelan, Daun menaati perintah kakak nya dengan baik, lagipula dia tidak ingin membangunkan adik kembarnya.

"Jadi? Apa ada hal menarik yang kamu ingin katakan, Daun?"

Daun sebenarnya adalah anak yang mudah tidur malam, namun kadang kalau ada sesuatu yang membuatnya menjadi kepikiran, entah apa itu, dia akan tetap terjaga sampai itu bisa dikeluarkan dari kepala nya.

Misalnya dengan bertanya atau bercerita, Yang Daun perlukan adalah orang yang mau mendengarkan atau berkomentar tentang topik itu hingga ia puas.

Karena itu Halilintar yakin kalau Daun kini sedang memikirkan sesuatu, tampaknya hal yang menyenangkan, terlihat dari mata yang berbinar cerah menatap ke arahnya.

"Hehe.. Jadi kak. Tadi kan Daun ama Cahaya jalan-jalan di kota sama Amy dan Siti sama Tobi, Hans, Ubora, Kein—" Daun mulai berceloteh dengan menyebut nama pelayan dan prajurit yang ikut mereka jalan-jalan satu demi satu.

Halilintar hanya bisa berkeringat mendengarkan Daun yang hafal semua nama pengawal kerajaan yang ikut menemani mereka jalan-jalan yang mencapai 10 orang prajurit dan 2 pelayan wanita.

Daun bercerita tentang jajanan yang ia beli, melihat atraksi trik sihir di jalanan kota, Memberi makan burung, Buku yang Cahaya beli, hingga tentang si Tobi yang ternyata gak tahan makanan pedes hingga harus minjem toilet salah satu toko karena mules.

Halilintar hanya menjawab seadanya karena dia sendiri bingung harus berkata apa mendengar cerita-cerita random dari Daun.

"Lalu tiba-tiba ada orang gendong Daun menjauh dari Amy,"

Alis Halilintar berkedut mendengar penuturan Adiknya.

"Dia larinya ceeeepeeet banget, Hans sama Dori sampai ketabrak gerobak waktu ngejar Daun, mungkin karena buru-buru kali ya kak?"

The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang