Debutant : "Pencarian Ilham Karya"

972 114 6
                                    

"KENAPA? KATAKAN PADAKU KENAPA KAK?!!" teriak pemilik Manik coklat menatap kakak sulung nya

"..........." Si sulung hanya diam, menatap dingin adik bungsunya yang mulai mengisak tangis dengan mata menyala bagai ruby yang bersinar.

Sementara dirinya hanya bisa menatap mereka berdua dalam diam, tidak tahu harus bagaimana, dia tidak bisa membela siapapun

Sang adik masih terisak-isak, ingin dia memeluknya untuk menghiburnya, namun mengingat apa yang telah dia lakukan, dia jadi sungkan, dia tidak pantas melakukan nya.

Karena dia adalah penyebab mereka jadi seperti ini.

"Sayangnya aku tidak punya alasan khusus..." sang sulung membuka suara dengan dingin "Hanya melakukan apa yang harusnya ku lakukan... Sebagai putra mahkota, menyingkirkan apa yang menjadi benalu di kerajaan ini"

Mata sang bungsu melebar, tampaknya ketakutan dan putus asa mendengar jawaban kakaknya, sebelum menangis lebih keras lagi

Dia juga... Merasa hati nya tercincang dengan jawaban kakaknya itu... Apa.. Sebenarnya apa... Yang membuat kakak sulung mereka melakukan hal kejam seperti ini?

"Lihat? Anak cengeng seperti kalian tidak akan mengerti, jadi diam dan kembalilah ke kamar, Terutama kau Taufan. "Kata si sulung meninggalkan mereka berdua di koridor gelap nan sunyi.

Manik safir itu terbuka, Nafasnya tersengal-sengal sementara matanya berlinang air. Mimpi itu lagi....batin Taufan yang mengusap wajahnya lelah...

Menatap jam dinding, jarum pendek berada di angka tiga, di luar masih gelap gulita. Taufan tahu, kenapa ia kembali mengingat mimpi yang tidak menyenangkan itu.

Karena Kakak satu-satunya dia, Halilintar, tampaknya mendapat berita tentang adik pertamanya dia, yang pergi merantau jauh di luar negeri, katanya menimba ilmu.

"Merantau heh... Kau hanya melarikan diri Gempa...." Lirih Taufan menatap langit dari jendela kamarnya.

Taufan tidaklah bodoh, dia tahu dunia politik memang kejam, bahkan antar sesama anggota keluarga yang sedarah pun bisa terjadi pertikaian yang berujung nyawa sebagai bayarannya.

Kakak kembarnya, Halilintar, yang sudah mengeksekusi beberapa keluarga bangsawan yang terkenal di depan umum atau pun dibalik layar dan tentunya juga berperang karena kebodohan mereka yang mengancam posisi nya.

Sifat nya yang gila darah itu juga membuat adik pertama nya memilih untuk pergi ke luar kerajaan, jauh dari kekuasaan politik kakaknya itu.

Taufan mengerti, Gempa tidak bisa memaafkan Halilintar atas apa yang ia telah perbuat, meski begitu menentang Halilintar sama saja dengan eksekusi mati.

Halilintar adalah putra mahkota, dia ditetapkan di posisi itu oleh ayah mereka saat usia nya 7 tahun, sangat belia, namun di situlah awal permasalahan mereka bertiga dimulai.

Halilintar melakukan sesuatu yang Gempa sebagai pewaris ketiga tidak bisa melakukan apapun, dia belum mengerti apa pun, Gempa masih terlalu kecil untuk itu begitupun dirinya sendiri.

Taufan kecil tidak mengerti, ia adalah anak bebas yang akan mengatakan isi hati nya secara lantang, tak peduli siapa pun lawan bicaranya.

Dia adalah pangeran kedua, maka dari itu dia tidak takut mengatakan apa yang di benaknya pada orang lain, baik maupun buruk, karena yang bisa menghukum nya hanyalah ayah dan ibunya.

Selama itu, dia pikir tidak ada masalah tentang perilakunya yang blak-blakan, tidak akan ada yang menentangnya, melawannya, namun bila Taufan sekarang bisa kembali ke masa lalu... Ia ingin sekali membungkam mulutnya sendiri, mulutnya yang menyebabkan hubungan mereka bertiga retak bagai pecahan kaca.














The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang