RoyalDuty : "Kembali Pada Hampa"

440 76 20
                                    

Bukan tanpa alasan mengapa Ais bertanya tentang nama.

Didalam kotak itu berisi macam-macam barang; selembar foto tua, lima lembar surat yang telah menguning dengan berbagai bahasa yang hanya 2 diantaranya Ais bisa baca, dan beberapa batu mulia dengan berbagai bentuk.

Yang membuatnya tercengang adalah isi dua surat yang Ais bisa pahami tersebut.  Awalnya tidak ada yang istimewa, isinya kurang lebih sama; sebuah surat perpisahan. Masalahnya adalah siapa yang menulis keduanya itu.

Adiarsa, si pemilik surat berbahasa dari dunianya. Dari caranya menulis, Ais tahu dia adalah seorang perempuan.

Lalu kemudian, ada nama pemilik surat berbahasa dunia ini yang membuat Ais terdiam, Odette Crayle Helios O.

Entah kenapa namanya terasa familiar, Ais memikirkan sebuah robot kuning membacanya.

"Kalau Ya, memangnya kenapa?"

Suara feminin itu membuyarkan lamunan Ais yang sesaat kembali ke dalam pikirannya.

Perempuan yang memakai kebaya itu kini berjalan dengan santai namun anggun ke depan, memperlihatkan wajah yang penuh rasa ketertarikan, "Ini menarik, tak hanya ada dua orang, tapi kalian yang pertama kali datang dan langsung mengobrak-abrik isi toko tanpa panik. Nyali kalian boleh juga."

"Konyol, justru karena kami panik makannya kami—" Mulut Fang segera di bekap oleh telapak tangan Ais yang masih menatap perempuan itu dengan tajam.

Hening untuk sesaat. Perempuan yang kini terkonfirmasi sebagai Adiarsa itu masih menampilkan senyum yang tidak luntur saat mengamati Ais dan Fang dari ujung kepala hingga kaki. Matanya mengkilap seolah menemukan sesuatu yang menarik, "Waktu ku tidak lama, aku sarankan kalian cepat mengatakan hal yang kalian inginkan sebelum perbedaan waktu nya menjadi terlalu besar. Kalian pastinya tidak mau pulang jadi kakek kan?"

"Tunggu sebentar," Sela Ais yang mulai sadar akan sesuatu dengan wajah pucat, "Jangan bilang, karena toko ini di luar ruang dan waktu, waktu di dunia Fang berjalan dengan kecepatan berbeda?"

Fang yang mendengar penuturan Ais mulai ikut memucat walau kurang percaya, "Itu tidak mungkin... Kalau benar... Bisa jadi kita—"

"Belum seminggu kok, Ocho bilang sejam di sini sama dengan sehari di sana. Kalian paling baru hilang dua hari." Adiarsa meneruskan dengan santai.

"Tamatlah riwayat ku..." Fang menunduk sambil menutupi wajahnya dengan pasrah. Pasrah akan nyawanya yang bisa saja melayang jika mereka kembali nanti.

Ais yang paham dengan penuh simpati menepuk pundak Fang, "Hanya untuk yang ini, aku akan membantumu. Aku juga ada andil kok... Yah, palingan kau tidak akan di hukum mati."

Fang menatap datar wajah Ais "Itu tidak membantu sama sekali, kau tahu?"

"Salah kamu yang malah ngomongin toko ini tadi, jadi beneran kejadian kan." Ais mengendikan bahu, dirinya lebih fokus pada nama yang keluar dari perkataan Adiarsa.

*Jadi bacanya beneran Ocho... * Ais tahu kalau siapapun itu kemungkinan besar hanya kebetulan punya nama yang sama, lagipun itu bukan nama yang jarang dipakai. Namun, merasa waktunya sempit, Ais memilih untuk mengabaikan nya dan fokus pada tujuan mereka kemari, "Aku punya banyak pertanyaan. Tapi pertama, tolong jelaskan, Sebenarnya toko apa ini? Dan apa hubungannya dengan mu?"

Adiarsa berkedip, lalu mengangguk mengerti, "Kurasa kita harus mulai dari sana. Cukup wajar kalau orang jaman sekarang sudah mulai melupakan toko ini. Dengarkan baik-baik karena aku tidak suka mengulang."

Ais mengangguk setuju sementara Fang mau tidak mau harus ikut serta, waktu mereka terbatas jadi lebih baik untuk menyelesaikan ini secepat mungkin.

Adiarsa menatap keduanya sebentar, lalu kemudian tangannya mengambil tusuk konde yang dia kenakan.

The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang