RoyalDuty : "Hentakan Hati, Dinginkan Rasa"

397 72 38
                                    

Situasinya kurang lebih, seperti apa yang Ais perkirakan.

Jangan salah sangka, Suku Aljinz itu sangat kuat. Karena kekuatan mereka lah yang membuat Kerajaan Zethis tidak dapat menaklukkan wilayah mereka, hingga harus menandatangani perjanjian bersama agar masing-masing tidak saling merugi.

Namun mereka punya kelemahan yang sebetulnya tidak fatal dalam kasus biasa.

Suku Aljinz adalah ras yang unik, mereka punya wujud fisik manusia namun jiwa mereka lebih mengarah pada para elemental. Konon menurut catatan yang leluhur mereka tinggalkan, mereka adalah keturunan elemental kelas atas yang mengambil wujud manusia dan berbaur dengan nya.

Menciptakan keturunan yang bisa memiliki tubuh fisik manusia dengan kekuatan memanipulasi alam langsung. Di satu sisi ini membuat mereka lebih mudah bertahan dalam adu kekuatan fisik, sebuah kelemahan yang elemental biasa punya. Namun disisi lain, ini juga membuat mereka lebih mudah terkena efek dari perubahan mana, semacam Mana mati.

Hal yang mirip itu dalam jumlah kecil mungkin masih bisa mereka tangani, tapi jika itu ditimbun bertahun-tahun lamanya—

"Bisa Tuan sekalian lihat, Kami seperti terjangkit wabah misterius, ini membuat tubuh kami mengering."

Lengan yang menghitam dan mengerut kering, hampir memperlihatkan tulang dan nadi yang masih berdetak di balik kulit yang tampak bisa terkelupas kapan saja itu.

Pria tua yang bercerita itu adalah Kepala Suku Aljinz, Asnedin. Pria tua yang tampak begitu renta, bahkan tak mampu menopang tubuh kurus nya sendiri saat duduk, jika tongkat nya tidak digunakan.

Kondisinya masih terbilang lebih baik dari warga yang terpapar lainnya, untuk bisa berbicara dengan fasih selama ini, sedang yang lain kebanyakan sudah dalam kondisi tak mungkin untuk bangkit dari tempat tidur mereka.

Padahal suku Aljinz tak memiliki perbedaan yang terlihat dengan manusia biasanya dalam sekilas, namun dengan pendeteksian Mana, mudah membedakannya dengan manusia biasa. Namun wabah ini memperjelas perbedaan inti kehidupan mereka.

Dan sejujurnya itu bukan pemandangan yang enak dilihat, apalagi untuk ditunjukkan secara gamblang pada tamu yang dijamu.

"Walau berbeda fraksi, Count tetaplah bagian dari bangsawan Kerajaan Zethis, dan aku juga seorang pangeran dari kerajaan ini." Ais menatap tegas prajurit yang hendak menghadang nya melihat keadaan warga, "Pantas kah aku berkata akan membantu mereka tanpa melihat apa yang telah Count perbuat? Menutup mata akan kematian puluhan orang dan tindakan kriminal yang terjadi, berlagak seolah pahlawan tanpa dosa?"

Maka tidak ada dari orang-orang nya yang menghentikan Ais saat dirinya meminta untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana warga-warga yang sudah tidak terselamatkan di kubur.

Tidak semua suku Aljinz terpapar akan fenomena ini. Dari cerita Asnedin, Ais menyimpulkan kebanyakan yang terpapar adalah mereka yang berinteraksi langsung dengan kumpulan mana mati di dekat tambang, dengan kata lain, pemuda-pemuda yang  menjadi penjaga suku, mereka yang hendak menyelamatkan orang-orang yang ditangkap.

Yang mana membuat kekhawatiran lainnya bertambah seiring waktu, jumlah penduduk mereka bisa berkurang jumlah penduduk yang tidak seimbang.

Sudah tidak dapat melawan, Ras mereka juga terancam punah selagi sebagian yang tidak sempat mengungsi menjauh tertangkap dan dijadikan budak.

"Dan mereka menyerang menggunakan kekuatan aneh anda bilang? Maaf, tapi boleh dijelaskan bagaimana persisnya?" Tanya Ais pada Asnedin dengan hati-hati, tidak ingin membuat sang kepala suku merasa tersinggung harus kembali mengingat hal yang pahit yang mereka alami.

The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang