RoyalDuty : "Dua Arus Perubahan"

590 84 20
                                    

Ais belum pernah ke istana Platinum. Amy pernah menjelaskan, bahwa sejak dulu istana itu memang seharusnya menjadi tempat para anak dari raja yang berkuasa tinggal dan dibesarkan, terpisah dari istana ibu mereka.

Dia dan yang lain harusnya juga tinggal disana, Tapi katanya, Ayah mereka, Boboiboy, menolak tradisi itu dan membiarkan Ratu kedua tinggal satu atap bersama anak-anaknya.

Karena itu, Istana Platinum kini hanya ditempati oleh dua orang, Pangeran kedua, walau juga jarang karena kabarnya dia suka bepergian, dan yang baru Pangeran ketiga yang baru saja kembali. Putra mahkota sudah punya istana nya sendiri jadi dia tidak tinggal disana.

Dan... Tidak ada yang istimewa disini.

Ais sudah terlalu capek kalau harus terus mengagumi seluk beluk kekayaan keluarga kerajaan yang menurutnya amat sangat luar biasa jadi sekarang dia pasrah saja.

Selain dengan warna istana ini yang didominasi oleh warna putih dan interior platinum mengkilap, tidak ada hal khusus yang perlu ia puji karena pada dasarnya semua istana ya... Seperti itu saja.

Megah, mewah, berkelas—mengesampingkan fakta kalau ada kandang ayam di halaman belakang istana Rose Quards— semua kata deskripsi yang bisa menggambarkan bagaimana 'istana' semestinya.

"Aku senang kamu mau menerima undangan ku, Air."

Dan setelah hampir 4 bulan disini, dirinya sendiri, sudah cukup terbiasa untuk bersikap selayaknya pangeran untuk bisa rileks di situasi yang agak canggung ini.

"Terimakasih juga telah mengundang ku."

Gempa tersenyum seraya menuangkan air teh ke dalam cangkirnya sendiri, terlihat begitu tenang seolah puas dengan jawaban yang Ais berikan.

Acara minum teh mereka sebetulnya tidak terlalu buruk. Cemilan nya enak, tehnya hangat, angin di gazebo taman sepoi-sepoi, ditambah pemandangan indah dari taman yang terawat, pokoknya cocok lah.

Gempa, dalam pengamatan Ais adalah individu yang cukup tenang dan ramah, tentunya ini palingan karena ingin menjaga image nya didepan orang yang baru dikenal, atau mungkin dia merasa tidak perlu waspada pada orang macam Ais.

"Kudengar kamu akan berangkat besok, Apa persiapan mu benar-benar sudah cukup? Rasanya persiapan mu terlalu sepi untuk seorang pangeran." Tanya Gempa sambil mengaduk gula di tehnya.

Ais hanya tersenyum kecil, "Ah, itu mungkin karena aku meminta ayahanda untuk tidak membuat perjalanan ini terlalu megah, jadinya aku hanya membawa seperlunya saja."

"Begitu." Gempa mengangguk mengerti, masih dengan senyum yang sama sekali tidak luntur, "Aku tidak percaya beliau benar-benar mengabulkan nya. Bukankah resiko nya terlalu besar? Apa kamu akan baik-baik saja dengan jumlah pengawalan sebanyak itu?"

"Mm, kurasa itu sudah cukup. Toh, tujuan ku hanya untuk bersantai bukan sebuah perjalanan bisnis." Jawab Ais sambil mengunyah biskuit.

"Kau terlalu santai untuk ini." Manik emas Gempa menatap Ais dengan seksama,"Bisnis atau tidak, perjalanan panjang seperti itu tetap beresiko untuk seorang pangeran, kau tahu? Terlebih jalan ke daerah sana terkenal rawan."

"Aku tidak tahu kalau Pangeran begitu perhatian dengan perjalanan pertamaku." komentar Ais dengan tenang, membalas tatapan Gempa dengan senyum kecil.

Gempa tidak membalas langsung komentar Ais, dia menutup matanya sambil tersenyum. Kedua tangannya dikepal diatas meja dengan dagu ditopang, lalu membuka kedua matanya yang menampilkan Manik emas bersinar,"Tentu saja, kita ini saudara bukan? Mengkhawatirkan satu sama lain adalah hal yang wajar."

*Ah... Sudah kuduga, berbicara dengannya akan sulit.*Batin Ais yang masih mencoba mempertahankan senyuman di wajahnya.

Senyum nya terlalu mirip dengan nya, Ais benci ini.

The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang