Di jaman mirip abad pertengahan ini yang namanya perbudakan adalah hal yang amat normal dan termasuk wajar walau Ais tidak ingin mengakuinya.
Tidak ada yang namanya HAM seperti yang sering dikoar-koarkan di jaman modern. Tidak semua orang setara. Itu yang Ais pelajari selama di kelas sejarah.
Outcast, Mereka yang tidak dianggap bagian dari kasta, lebih rendah bahkan daripada rakyat jelata. Walau banyak jenisnya, umumnya Outcast mengacu pada mereka yang diasingkan karena melanggar hukum, anak-anak yang dibuang atau orang tanpa asal usul yang jelas.
Tidak dianggap bagian dari masyarakat berarti hukum yang ada pun tidak akan berlaku pada mereka. Jadi sah-sah saja jika ada yang mau memperjualbelikan mereka sesuka hati.
Kerajaan Zethis sendiri tak terlepas dari budaya ini. Walau begitu masih ada 'peraturan' yang bisa dibilang menstandarisasi perlakuan majikan pada para budak agar tidak sepenuhnya semena-mena di depan, tapi tentu saja tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi di belakang.
Ais jujur saja masih agak skeptis tentang ini, apalagi mengingat Istana sendiri menggunakan budak juga sebagai pekerja terendah, terutama yang laki-laki untuk pekerjaan kasar.
Dan lagi mengingat soal perbudakan membuatnya teringat kembali dengan kejadian malam saat pesta debut Fang itu, saat dirinya diculik dan bertemu dengan anak-anak yang dijadikan budak...
*Semoga mereka baik-baik saja di desa sana... * Batin Ais menatap kobaran merah yang menyala didepannya dengan mata rumit.
Setelah mereka mengambil jalan memutar agar tidak bentrok dengan para tentara bayaran itu, tenda dan perapian pun dibangun saat matahari telah tenggelam. Mau tidak mau mereka harus berkemah malam ini karena melanjutkan perjalanan saat malam hari sangat beresiko.
Makan malam dengan perbekalan seadanya dan daging dari hewan yang telah diburu tidak begitu buruk. Fang doang yang terkejut dengan Ais yang bisa memasak makanan enak dengan bahan seadanya.
"Seumur hidupku baru kali ini aku lihat pangeran masak sendiri. Dari daging hewan liar lagi." Komentar Fang saat mereka makan malam.
Ais yang tengah menunggu daging miliknya matang hanya mendengus geli, "Ini belum seberapa, kau belum nyoba makan daging alien."
"Alien... Itu sebutan untuk mahluk dari luar langit bumi kan? Memangnya gimana rasanya?" ini Fang murni pengen tahu saja. Sekarang karena dia terus bermimpi tentang dunia Ais, membuatnya sedikit penasaran dengan seluk beluk dunia itu.
"Emm... Macem-macem sih. Tapi yang paling berbekas itu saat aku terpaksa makan daging hewan alien Shepivelva. Dagingnya bertekstur permen kapas dengan rasa cabe ijo." Jelas Ais bergidik sendiri mengingat pengalaman lamanya.
"Ok, kau tidak perlu jelaskan lebih lanjut." Ucap Fang yang merasa eneg membayangkan makanan yang diceritakan. Mereka berdua pun makan dalam diam.
Roen datang tak lama kemudian. Hasilnya mengkonfirmasi apa yang Ashley katakan tadi siang, soal tambang yang menggunakan budak anak-anak dan kenyataan bahwa itu adalah ilegal.
Tambangnya, bukan budaknya.
Walau tidak nyaman, Ais memilih untuk tidak mengatakan apapun soal itu dan fokus pada apa yang mereka harus lakukan untuk mendapat FA yang tersembunyi di sekitar sini.
"Kurasa Count mengira bahwa sumber getaran yang sedari tadi kita rasakan itu adalah dari Forgotten Ancients itu. Makannya dia menggali tambang untuk mencari keberadaan nya, sekalian mencari keuntungan mungkin." Fang berpendapat sambil membuat gambar situasi pertambangan.
"Pantas saja meski mereka tidak berhasil menemukan nya sampai sekarang, pertambangan itu masih berlanjut..." Ais menghela nafas sambil meregangkan tangannya yang sedikit kaku, "Hal seperti ini memangnya tidak di cek oleh kerajaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasy[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...