RoyalDuty: "Didalam Kalbu"

579 82 22
                                    

"Manusia dingin yang tidak dingin. Sampai kapan kamu akan terus tidur?"

"Ugh..." Ais mengeluh pelan saat merasakan ada beban berat di tubuhnya yang berbaring lemas dikasur. Nuansa biru laut menyambut penglihatan nya yang buram dan matanya yang berair, kepalanya masih pusing hingga Ais sendiri tidak tahu apakah dia bisa bangun atau nggak.

"Naga kecil, kau seharusnya tidak menimpa tubuh Air gitu...dia tidak bisa bernafas."

"Kak... Api... ?" Tanya Ais dengan suara serak dan pelan, menolehkan kepala nya ke samping kanan untuk melihat siluet orang berbaju jingga yang sedang mengangkat sesuatu berbentuk bulat lonjong berwarna abu-abu.

"Ah, Manusia dingin sudah bangun, Manusia panas!" benda abu-abu itu bergerak mendekatinya dari pelukan si orang berbaju jingga, menduselkan kepalanya pada selimut yang menutupi si tubuh yang terbaring.

Ais tidak bereaksi pada goyangan pelan di tubuhnya itu, matanya terus fokus pada si baju jingga yang sedang meletakkan tangan nya di dahi Ais, sebelum menghela nafas, "Hadeh... Syukurlah demamnya nurun. Bisa-bisa nya ada orang di dunia ini yang langsung demam parah waktu mau di jodoh kan...padahal masih wacana juga."

"Jangan ingetin..." Keluh Ais dengan muka cemberut, mendengar hal itu lagi membuatnya agak merasa malu dan terbebani, secara fisik dan mental.

Ya, Api tidak sedang bergurau. Ais langsung drop parah setelah dia pulang dari pesta, demam tinggi selama seminggu setelah percakapan nya dengan raja waktu itu. Tampaknya tubuh Air benar-benar amat lemah hingga tidak sanggup menahan stress berlebih dari Ais.

Entah, murni karena syok atau emang dia sangat lelah habis mengadakan pesta besar malam itu, intinya Ais benar-benar pusing memikirkan apa yang harus ia lakukan mulai sekarang.

"Yaudah ku panggil pelayan dulu. Kamu sarapan sekarang. Ashley, jangan di timpa lagi Airnya, dia udah kurus banget, kamu berat." Ujar Api membantu Ais untuk duduk dikasurnya, sebelum pergi memanggil pelayan dari pintu kamar.

"Aku nggak berat!" bantah si naga kecil, yang Ais kasih nama Ashley karena warna abu-abu dan Ais terlalu capek kalau harus memanggil nya naga kecil, naga hebat, naga apalah terus.

Sarapan pagi ini adalah bubur, makanan yang Ais tidak tahu sudah berapa kali ia makan sejak datang ke dunia ini, teman setianya setiap kali dia bangun dari keadaan sakit.

Bahkan Ais mulai bisa membedakan siapa koki yang membuatkannya makanan ini dari perbedaan rasa walau masih berupa bubur dengan resep yang seharusnya sama.

*Kalau gini, kayaknya aku harus bikin menu bubur baru biar nggak eneg... *

Karena memang dirinya mulai eneg makan makanan setengah cair ini. Mana bumbunya hambar, entah dianya yang lagi sakit atau memang lidah orang-orang disini lebih suka makanan dengan bumbu ringan, sebagai orang Asia, tentunya kurang pas di lidahnya.

"Kangen bubur Bang Gem..." gumam Ais sangat pelan tanpa sadar. Kenangan lama nya tentang bagaimana sang kakak ketiga dengan sabar dan hangat menemani dirinya atau saudara-saudara mereka yang lain dikala sakit, membuatkan bubur hangat  resep turun menurun keluarga mereka lalu berceramah panjang soal mereka yang terlalu ceroboh dan sebagainya.

Ais tersenyum sendu, ah—bahkan meski dirinya mungkin sudah menghabiskan 2-3 bulan disini, diri nya benar-benar masih terjebak dalam masa lalu, dia belum bisa menerima, dia tidak mau... Dia tidak sanggup.

"Air? Kenapa kau menangis?" Api buru-buru menghampirinya begitu sadar bahwa sang adik tengah menitikkan air mata.

"Mata ku perih kak." bohong Ais yang mengusap air matanya pelan, mungkin efek dia sedang sakit jadi dirinya jauh lebih sensitif terhadap perubahan emosi seperti tadi.

The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang