"Itu tadi adalah pertunjukan dansa yang sangat luar biasa."
Mata Ais melebar, melihat bagaimana kerumunan tamu-tamu itu dengan hening membukakan jalan, membiarkan seseorang berjalan ke arah mereka.
"Aku benar-benar kagum, Pangeran Air sangat berbakat."
Tubuhnya tinggi tegap, dengan baju resmi bernuansa emas dan coklat di balut jubah hitamnya memberi kesan berwibawa, manik emas berkilau dan senyum terpampang di wajah orang itu dengan menawan.
Berdiri dihadapan mereka, adalah pangeran ketiga dari kerajaan Zethis, Pangeran Gempa.
Ais sama sekali tidak pernah menyangka, orang yang dicarinya selama seminggu ini malah berada tepat didepannya sekarang, menampakkan dirinya di momen yang penting seperti ini.
Terlebih, manik emasnya mengingatkannya pada manik safir pangeran kedua... Kenapa hanya mereka berdua yang memiliki mata berwarna beda? Sementara Putra mahkota memiliki mata coklat sepertinya dan saudara-saudara nya yang lain?
"Itu... Pangeran ketiga?"
"Pangeran yang katanya sedang menempuh pendidikan di luar negeri itu? "
"Di saat seperti ini?"
Suara kerumunan berubah, bisik demi bisikan mulai merajalela, menatap orang-orang yang menjadi pusat perhatian acara ini dengan tatapan penuh kehati-hatian.
"Ah, benar... Kita belum pernah bertemu bukan?" Tanya Gempa dengan kekehan kecil melihat ekspresi tertegun keempat wajah didepannya, "Kalau begitu, mari berkenalan. Aku Gempa de'Ruvia Zethiras, kakak ketiga kalian, salam kenal dan selamat ulang tahun adik-adikku."
"Anda adalah... Kakak ketiga kami?" Tanya Ais secara refleks, begitu sikut Api menyentuh tubuhnya barulah Ais sadar akan apa yang baru saja ia katakan, dan segera menutup mulutnya bungkam.
Gempa tersenyum lembut yang membuat nafas Ais tercekat, "Itu benar, senang bertemu dengan mu Air."
Rasanya menyakitkan. Orang itu, benar-benar adalah Gempa.
Penampilannya, perilakunya, wibawanya, semuanya sangat mirip, sangat, hingga kalau saja Ais lupa siapa yang membuat kerajaan Zethis hancur di alur novel, dia mungkin sudah menerjang orang ini dalam pelukan rindu.
Bagaimana mungkin dia tidak? Saat wajah didepannya sangat mengingatkan nya pada wajah orang yang sama di saat terakhirnya dulu, bagaimana wajah itu tersenyum padanya ditengah rasa sakit dan lumuran darah sebelum memudar menyusul yang lain.
Meninggalkannya sendiri.
*Takdir sungguh kejam. *Batin Ais mengepalkan tangannya.
Ais paham, dia tidak seharusnya merasa emosional di saat seperti ini, di hari dimana dia harusnya menunjukkan rasa suka cita pada khalayak umum, di depan banyak orang, tidak semestinya dia menangis.
Terlebih untuk orang 'asing' yang baru ia temui.
"Hohoho... Lihatlah siapa yang datang," Suara lantang sang Raja membuat Ais tersentak kecil, melihat ke arah Raja yang berjalan menuruni altar dengan senyum andalannya, "Bukankah ini pangeran ketiga kita, Pangeran Gempa? Sungguh sebuah kejutan untuk melihatmu disini, Apa ada gerangan hingga membuatmu akhirnya pulang?"
"Saya memberi salam pada yang mulia, Raja," Gempa membungkuk dengan hormat begitu melihat Raja kemudian segera menegakkan badannya, menatap sang raja dengan senyum sopan, "Tidak ada gerangan khusus atas kedatangan saya hari ini. Saya hanya ingin memeriahkan debut adik-adik saya juga, atau mungkin, yang mulia mengatakan saya seharusnya tidak ada disini?"
Boboiboy menyunggingkan senyumnya, "Ho... Apa yang kau maksud? Tentu saja kau sangat diterima di sini. Aku hanya sedikit khawatir, mengira kau dalam masalah hingga harus datang tiba-tiba seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasia[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...