Alkisah di suatu masa pembangunan berakhir. Kala umat manusia mulai menginginkan hal lebih diluar kemampuan mereka, dimulai lah era penemuan manusia akan bumi ini.
Satu demi satu ilmu dunia di buka, dipelajari dan disebar luaskan tanpa henti, seraya mereka mulai merusak dan menghakimi yang tidak dapat mengikuti.
Perang dan konflik pun terjadi setelah perdamaian di bangun sekian lama. Ketamakan dan keserakahan yang tidak terbendung menguras moral dan budi manusia, membuat mereka lupa akan batas dan meminta yang mustahil tanpa sadar diri.
Sang Penyihir Agung kembali murka.
Tak hanya peradaban yang dibangun setelah sekian lama kini berpecah dan saling menghancurkan, mereka yang dulu dia lindungi kini memaksanya untuk menyerahkan diri.
Tahu era nya telah berakhir, namun enggan untuk membiarkan para manusia memiliki apa yang dia punya tanpa balasan. Sebuah tabu pun dia lakukan.
"Maka mulai hari ini, kalian adalah saudara sehidup semati." Ucapnya pada mereka yang didalam dinding bening, "Pergi lah, jelajahi dunia ini. Bawa semua yang ku ketahui, jangan biarkan mereka yang keji menguasai. Berdirilah kokoh dengan keinginan kalian sendiri."
Gelembung air bergerak di antara buramnya penglihatan mata yang masih kabur, mempertanyakan alasan dibalik kata-kata yang terdengar sangat sendu.
"Biarlah waktu mempertemukan kalian kembali nanti."
Itu adalah kata-kata terakhir yang ia dengar dari orang itu sebelum kegelapan kembali menyelimuti dirinya, menarik kesadaran nya ke dalam lubuk hati.
– Huh... Apa sudah waktunya?
Ais yang tengah menyusuri hutan sedikit kaget saat tiba-tiba RoH bersuara, hampir saja kepalanya kena ranting pohon jika saja dia tidak punya refleks untuk menghindar.
"Radiance of Hearts?" Gumamnya untuk memastikan apa si penipu itu benar-benar barusan berbicara atau hanya khayalan nya saja.
"Yang mulia?"
Ais tersentak saat terpanggil, menengok ke arah belakang dimana terdapat dua prajurit yang menatap nya bingung dan khawatir.
Ah, mungkin mereka kaget karena Ais berhenti tiba-tiba di tengah jalan. Ais tersenyum kecil sambil menggerakkan tangan tanda mereka lanjut jalan, "Tidak ada apa-apa. Aku baik. Ayo lanjut."
Ais kini sedang di hutan, jalan kaki. Hal yang amat membuatnya repot karena susah meyakinkan para prajurit dan pelayan bahwa dirinya akan baik-baik saja berjalan untuk 4 jam ke depan didalam hutan rimba.
Memang sih Air kan belum pernah beraktivitas fisik seberat itu, tapi mau bagaimana lagi? Jalan menuju tempat FA saudaranya RoH belum dibangun, kereta kuda tidak akan bisa masuk mengingat banyaknya akar dan batang pohon yang menjulang tanpa arah.
Jadi mau tidak mau, walau Ais sebetulnya sangat malas, mereka harus masuk ke dalam hutan itu dengan kaki mereka sendiri.
Atas dasar itu juga, Ais diminta untuk tetap membawa beberapa prajurit untuk jaga-jaga. Fang dan Roen saja belum cukup sementara Ashley masih harus menyembunyikan dirinya dari orang-orang dan bergerak terbang di atas untuk mengarahkan jalan diam-diam. Mereka tidak akan yakin kalau Ais akan aman dengan hanya dua orang mendampingi.
Mana selain hewan liar, mereka juga mungkin berhadapan dengan suku terpencil di sana.
Karena merasa bersalah setelah menghilang kemarin, Ais pun dengan berat hati membiarkan beberapa prajurit untuk ikut. Sungguh, dia tidak tega melihat wajah mereka yang sudah pucat pasti saat Ais mengusulkan pergi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasy[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...